Popyram Asriyani : Budaya Lokal Sebagai Aset Pariwisata Di Gorontalo, 2009. USU Repository © 2009
Aspek Adat Istiadat Daerah. Aspek cerita Rakyat Daerah.
Aspek Geografi Budaya Daerah. Aspek Ensiklopedi Musik dan Tari Daerah.
Adat istiadat daerah sebagai salah satu aspek mengandung beberapa unsure budaya daerah yang pada pokoknya berintikan “system ekonomi atau mata pencaharian hidup,system
teknologi atau perlengkapan hidup, system kemasyarakatan, dan system religi atau kepercayaan hidup di dlaam masyarakat
”.Dan di Gorontalo sebagai salah satu suku yang ada di Pulau Sulawesi memiliki aneka ragam kesenian daerah, baik tari, lagu, alat musik
tradisional, adat-istiadat, upacara keagamaan, rumah adat, dan pakaian adat.
4.1.1 Prosesi Pernikahan Adat Gorontalo
Termasuk adat pernikahan di Gorontalo yang sangat bernuansa Islami.Prosesi pernikahan dilaksanakan menurut upacara adat yang sesuai tahapan atau Lenggota Lo
Nikah.Tahapan pertama disebut Mopoloduwo Rahasia, yaitu dimana orang tua dari pria mendatangi kediaman orang tua sang wanita untuk memperoleh restu pernikahan anak mereka.
Apabila keduanya menyetujui, maka ditentukan waktu untuk melangsungkan Tolobalango atau Peminangan.Tolobalango adalah peminangan secara resmi yang dihadiri oleh pemangku adat
Pembesar Negeri dan keluarga melalui juru bicara pihak keluarga pria Lundthu Dulango Layio dan juru bicara utusan keluarga wanita Lundthu Dulango Walato. Penyampaian
maksud peminangan dilantunkan melalui pantun-pantun yang indah.Dalam Peminangan Adat Gorontalo tidak menyebutkan biaya pernikahan Tonelo oleh pihak utusan keluarga calon
pengantin pria, namun yang terpenting mengungkapkan Mahar Maharu dan penyampaian acara yang akan dilaksanakan selanjutnya.
Pada waktu yang telah disepakati dalam acara Tolobalango maka prosesi selanjutnya adalah Depito Dutu antar mahar maupun antar harta yang terdiri dari 1 paket mahar, sebuah
Popyram Asriyani : Budaya Lokal Sebagai Aset Pariwisata Di Gorontalo, 2009. USU Repository © 2009
paket lengkap kosmetik tradisional Gorontalo dan kosmetik modern, ditambah seperangkat busana pengantin wanita, sirih, dan bermacam buah-buahan dan dilonggato atau bumbu
dapur.Semua hantaran ini dimuat dalam sebuah kendaraan yang didekorasi menyerupai perahu yang disebut Kola-Kola. Arak-arakan hantaran ini dibawa dari rumah Yiladiya
kediamanrumah raja calon pengantin pria menuju rumah Yiladiya pengantin wanita diringi dengan gendering adat dan kelompok Tinilo diiringi tabuhan rebana melantunkan lagu
tradisional Gorontalo yang sudah turun temurun, yang berisi sanjungan, himbauan dan doa keselamatan dalam hidup berumah tangga dunia dan akhirat.Pada malam sehari sebelum akad
nikah digelar serangkaian acara Mopotilandthu malam pertunangan. Acara ini diawali dengan Khatam Quran, proses ini bermakna bahwa calon mempelai wanita telah menamatkan atau
menyelesaikan ngajinya dengan membaca Wadhuha sampai surat Lahab. Dilanjutkan dengan Molapi Saronde yaitu tarian yang dibawakan oleh talon mempelai pria dan ayah atau wali laki-
laki. Tarian ini menggunakan sehelai selendang. Ayah dan calon mempelai pria secara
bergantian menarikannya, sedangkan sang calon mempelai wanita memperhatikan dari kejauhan atau dari kamar.Bagi calon mempelai pria ini merupakan sarana Molile Huali
menengok atau mengintip talon istrinya, dengan tarian ini calon mempelai pria mencuri-curi pandang untuk melihat calonnya. Saronde dimulai dengan ditandai pemukulan rebana diiringi
dengan lagu Tulunani yang disusun syair-syairnya dalam bahasa Arab yang juga merupakan lantunan doa-doa untuk keselamatan.Lalu sang calon mempelai wanita ditemani pendamping
menampilkan tarian tradisional Tidi Daa tau Tidi Loilodiya. Tarian ini menggambarkan keberanian dan keyakinan menghadapi badai yang akan terjadi kelak bila berumah tangga.
Usai menarikan Tarian Tidi, calon mempelai wanita duduk kembali ke pelaminan dan talon mempelai pria dan rombongan pemangku adat beserta keluarga kembali ke
rumahnya.Keesokan harinya Pemangku Adat melaksanakan akad nikah, sebagai acara puncak dimana kedua mempelai akan disatukan dalan ikatan pernikahan yang sah menurut Syariat
Popyram Asriyani : Budaya Lokal Sebagai Aset Pariwisata Di Gorontalo, 2009. USU Repository © 2009
Islam. Dengan cara setengah berjongkok mempelai pria dan penghulu mengikrarkan ijab kabul dan mas kawin yang telah disepakati kedua belah pihak keluarga. Acara ini selanjutnya ditutup
dengan doa sebagai tanda syukur atas kelancaran acara penikahan ini. Dalam adat perkawinan Gorontalo sebelum hari H dilaksanakan acara “Dutu“, di
mana kerabat pengantin pria akan mengantarkan harta dengan membawakan buah–buahan, seperti buah jeruk, nangka, nenas, dan tebu. Setiap buah yang dibawa juga punya makna
tersendiri, misalnya buah jeruk bermakna bahwa ‘pengantin harus merendahkan diri’, duri jeruk bermakna bahwa ‘pengantin harus menjaga diri’, dan rasanya yang manis bermakna
bahwa ‘pengantin harus menjaga tata kerama atau bersifat manis supaya disukai orang. Nenas, durinya juga bermakna bahwa pengantin harus menjaga diri, dan begitu pula rasanya yang
manis. Nangka dalam bahasa Gorontalo Langge lo olooto, yang berbau harum dan berwarna kuning emas mempunyai arti bahwa pengantin tersebut harus memiliki sifat penyayang dan
penebar keharuman. Tebu warna kuning bermakna bahwa pengantin harus menjadi orang yang disukai dan teguh dalam pendirian.
4.1.2 Alat Musik