Baharuddin Afandi : Pengaruh Co
2
Karbondioksida Murni Terhadap Pertumbuhan Mikroorganisme Pada Produk Minuman Fanta Di PT. Coca-Cola Bottling Indonesia Unit Medan, 2009.
“Pengaruh CO
2
Karbondioksida Murni Terhadap Pertumbuhan Mikroorganisme Pada Produk Minuman Fanta Di PT. Coca Cola Bottling Indonesia Unit Medan”
1.2. Permasalahan
Salah satu metode pengawetan makanan adalah dengan penambahan zat kimia berupa gas karbondioksida. Bagaimanakah pengaruh karbondioksida CO
2
murni berdasarkan kadarnya yang terlarut di dalam minuman Fanta, terhadap penghambatan
pertumbuhan mikroorganisme pada produk minuman Fanta di PT. Coca-cola Bootling Indonesia Unit Medan.
1.3. Batasan Masalah
Studi pengamatan ini dilakukan di PT. Coca-cola Bootling Indonesia Unit Medan dan kemudian dipelajari hubungan antara kadar CO
2
Karbondioksida yang terlarut dalam minuman Fanta terhadap pertumbuhan mikroorgansime.
1.4. Tujuan
Untuk mengetahui dan mempelajari pengaruh CO
2
Karbondioksida yang terlarut dalam minuman Fanta terhadap pertumbuhan mikroorgansime di PT. Coca-
cola Bootling Indonesia Unit Medan.
1.5. Manfaat
Mengetahui pengaruh CO
2
Karbondioksida yang terlarut dalam minuman Fanta terhadap pertumbuhan mikroorgansime, sehingga dapat diterapkan dengan
kerja-kerja yang berhubungan dengan hal ini.
Baharuddin Afandi : Pengaruh Co
2
Karbondioksida Murni Terhadap Pertumbuhan Mikroorganisme Pada Produk Minuman Fanta Di PT. Coca-Cola Bottling Indonesia Unit Medan, 2009.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Karbondioksida
Pada tahun 1772, dua tahun sebelum dia menemukan oksigen, Joseph Priestley menemukan bahwa dapat menstimulasi air mineral tertentu oleh pemisahan
karbondioksida dalam air minuman biasa. Air minuman biasa itu tidak sama bahwa dia telah memprediksikan keanehan jumlah dari minuman berkarbonasi yang harum
air mengandung karbondioksida dibawah tekanan dapat dengan aman dikonsumsi. Hari ini di United States, konsumsi minuman berkarbonasi per kapita bersaing dengan
air minuman yang lain. Karbondioksida adalah sebuah gas yang tidak berwarna yang tidak beracun pada konsentrasi biasa sesuai. Gas karbondioksida berada dalam
atmosfir sekitar 0,03 persen mol dan dalam nafas kita, dimana gas karbondioksida dihasilkan dari oksidasi biologi dari subtansi makanan. Karena dari densitas gas
karbondioksida sekitar 1,5 lebih besar dari pada yang berada di udara, gas karbondioksida cenderung berkumpul dalam wilayah rendah dan kurang akan udara
dan dapat menyebabkan aspiksiasi oleh pengeluaran oksigen. Sifat dari pengeluaran oksigen ini berguna dalam pemadaman api. Gammon, 1985
Baharuddin Afandi : Pengaruh Co
2
Karbondioksida Murni Terhadap Pertumbuhan Mikroorganisme Pada Produk Minuman Fanta Di PT. Coca-Cola Bottling Indonesia Unit Medan, 2009.
Karbondioksida adalah gas yang tidak berwarna dan tidak berbau. Ketika dihirup pada konsentrasi yang lebih tinggi dari konsentrasi karbondioksida di
atmosfer, ia akan terasa asam di mulut dan mengengat di hidung dan tenggorokan. Efek ini disebabkan oleh pelarutan gas di membran mukosa dan saliva, membentuk
larutan asam karbonat yang lemah. Sensasi ini juga dapat dirasakan ketika seseorang bersendawa setelah meminum air berkarbonat misalnya Coca Cola. Konsentrasi
yang lebih besar dari 5.000 ppm tidak baik untuk kesehatan, sedangkan konsentrasi lebih dari 50.000 ppm dapat membahayakan kehidupan hewan.
Pada keadaan STP, rapatan karbondioksida berkisar sekitar 1,98 kgm³, kira kira 1,5 kali lebih berat dari udara. Molekul karbon dioksida O=C=O mengandung
dua ikatan rangkap yang berbentuk linear. Ia tidak bersifat dipol. Senyawa ini tidak begitu reaktif dan tidak mudah terbakar, namun bisa membantu pembakaran logam
seperti magnesium.
Pada suhu −78,51° C, karbondioksida langsung menyublim menjadi padat
melalui proses deposisi. Bentuk padat karbondioksida biasa disebut sebagai es kering. Fenomena ini pertama kali dipantau oleh seorang kimiawan Perancis, Charles
Thilorier, pada tahun 1825. Es kering biasanya digunakan sebagai zat pendingin yang relatif murah. Sifat-sifat yang menyebabkannya sangat praktis adalah karbondioksida
langsung menyublim menjadi gas dan tidak meninggalkan cairan. Penggunaan lain dari es kering adalah untuk pembersihan sembur.
Baharuddin Afandi : Pengaruh Co
2
Karbondioksida Murni Terhadap Pertumbuhan Mikroorganisme Pada Produk Minuman Fanta Di PT. Coca-Cola Bottling Indonesia Unit Medan, 2009.
Cairan kabondioksida terbentuk hanya pada tekanan di atas 5,1 atm; titik tripel karbondioksida kira-kira 518 kPa pada
−56,6 °C Silakan lihat diagram fase di atas. Titik kritis karbon dioksida adalah 7,38 MPa pada 31,1 °C.
Terdapat pula bentuk amorf karbondioksida yang seperti kaca, namun ia tidak terbentuk pada tekanan atmosfer. Bentuk kaca ini, disebut sebagai karbonia,
dihasilkan dari pelewat bekuan CO2 yang terlebih dahulu dipanaskan pada tekanan ekstrem 40-48 GPa atau kira-kira 400.000 atm di landasan intan. Penemuan ini
mengkonfirmasikan teori yang menyatakan bahwa karbon dioksida bisa berbentuk kaca seperti senyawa lainnya yang sekelompok dengan karbon, misalnya silikon dan
germanium. Tidak seperti kaca silikon dan germanium, kaca karbonia tidak stabil pada tekanan normal dan akan kembali menjadi gas ketika tekanannya dilepas.
http:id.wikipedia.orgwikiKarbon_dioksida.
2.2. Karbondioksida Dalam Air