Perumusan Masalah Hipotesis Tujuan Manfaat Kerangka Konsep Penelitian Loperamid Hidrokloridum

Winda Gusti Enda : Uji Efek Antidiare Ekstrak Etanol Kulit Batang Salam Syzygium polyanthum Wight Walp. Terhadap Mencit Jantan, 2010.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka perumusan masalah pada penelitian ini adalah a. bagaimana karakteristik simplisia dari kulit batang salam, sehingga dapat dijadikan acuan dalam melakukan karakterisasi simplisia ? b. apakah ekstrak etanol kulit batang salam mempunyai efek antidiare ?

1.3 Hipotesis

Berdasarkan perumusan masalah diatas maka hipotesis pada penelitian ini adalah a. simplisia kulit batang salam mempunyai karakteristik yang dapat digunakan sebagai acuan dalam melakukan karakterisasi simplisia. b. ekstrak ertanol kulit batang salam mempunyai efek antidiare.

1.4 Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah a. untuk mengetahui karakteristik simplisia kulit batang salam yang diteliti. b. untuk mengetahui efek antidiare ekstrak etanol kulit batang salam.

1.5 Manfaat

Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah a. menambah data penelitian dalam usaha pemanfaatan tumbuhan salam sebagai obat antidiare pada manusia. b. dapat memberikan informasi tentang karakteristik simplisia kulit batang salam. Winda Gusti Enda : Uji Efek Antidiare Ekstrak Etanol Kulit Batang Salam Syzygium polyanthum Wight Walp. Terhadap Mencit Jantan, 2010.

1.6 Kerangka Konsep Penelitian

Variabel bebas Variabel terikat Parameter Gambar 1. Bagan Konsep Penelitian Ekstrak Etanol Kulit Batang Salam Mencit + Oleum ricini Loperamid HCl Diare meningkat Diare menurun Saat mulai terjadinya diare Konsistensi feses Frekuensi diare Lama terjadinya diare Kadar air Kadar sari larut dalam air Kadar sari larut dalam etanol Kadar abu total Mikroskopik Kadar abu tidak larut dalam asam Makroskopik Simplisia Kulit Batang Salam Karakteristik Simplisia Winda Gusti Enda : Uji Efek Antidiare Ekstrak Etanol Kulit Batang Salam Syzygium polyanthum Wight Walp. Terhadap Mencit Jantan, 2010. BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Uraian Tumbuhan

Salam adalah nama pohon penghasil daun rempah yang dipergunakan dalam masakan nusantara Anonim d , 2009. Tumbuhan ini juga dikenal dengan nama lain seperti ubar serai Melayu, manting Jawa dan gowok Sunda. Dalam bahasa Inggris dikenal dengan nama salam leaf, sedangkan nama ilmiahnya adalah Syzygium polyanthum Wight. Walp atau Eugenia polyantha Wight Hariana, 2008.

2.1.1 Sistematika Tumbuhan

Sistematika tumbuhan salam sebagai berikut: Kingdom : Plantae Superdivisi : Spermatophyta Kelas : Dicotyledoneae Ordo : Myrtales Famili : Myrtaceae Genus : Syzygium Spesies : Syzygium polyanthum Wight. Walp.

2.1.2 Morfologi Tumbuhan

Pohon bertajuk rimbun tinggi sampai 25 m. Batang bercabang-cabang, arah tumbuh batang tegak lurus, berkayu, biasanya keras dan kuat, bentuk batang bulat, permukaan batang beralur. Cara percabangan monopodial karena batang pokok selalu tampak jelas. Arah tumbuh cabang tegak sebab sudut antar batang dan Winda Gusti Enda : Uji Efek Antidiare Ekstrak Etanol Kulit Batang Salam Syzygium polyanthum Wight Walp. Terhadap Mencit Jantan, 2010. cabang amat kecil. Termasuk dalam tumbuhan menahun atau tumbuhan keras karena dapat mencapai umur bertahun-tahun belum juga mati Anonim b , 2007. Daun bila diremas berbau harum, berbentuk lonjong sampai elip atau bundar telur sungsang, pangkal lancip sedangkan ujung lancip sampai tumpul, panjang 5 cm sampai 15 cm, lebar 35 mm sampai 65 mm, terdapat 6 sampai 10 urat daun lateral, panjang tangkai daun 5 mm sampai 12 mm Dit Jen POM, 1980. Perbungaan berupa malai, keluar dari ranting, berbau harum. Bila musim berbunga, pohon akan dipenuhi oleh bunga-bunganya. Kelopak bunga berbentuk cangkir yang lebar, ukuran ± 1 mm. Mahkota bunga bewarna putih, panjang 2,5 mm sampai 3,5 mm. Benang sari terbagi 4 kelompok panjang ± 3 mm bewarna kuning lembayung Dit Jen POM, 1980. Akar termasuk akar tunggang, berbentuk seperti tombak karena pangkalnya besar dan meruncing keujung dengan serabut-serabut akar sebagai percabangan atau biasa disebut akar tombak Anonim b , 2007. Buah buni, bewarna merah gelap , berbentuk bulat dengan garis tengah 8 mm sampai 9 mm pada bagian tepi berakar lembaga yang sangat pendek Dit Jen POM, 1980.

2.1.3 Kandungan Kimia Tumbuhan

Kandungan kimia salam antara lain minyak atsiri, tanin dan flavonoid. Anggota famili Myrtaceae memiliki sifat rasa kelat,wangi dan astringen Hariana, 2008. Kulit batang salam mengandung tanin dan flavonoid Anonim c , 2007.

2.1.4 Kegunaan Tumbuhan

Daun salam digunakan terutama sebagai rempah pengharum masakan di sejumlah negeri di Asia Tenggara, baik untuk masakan daging, ikan, sayur mayur, Winda Gusti Enda : Uji Efek Antidiare Ekstrak Etanol Kulit Batang Salam Syzygium polyanthum Wight Walp. Terhadap Mencit Jantan, 2010. maupun nasi. Daun ini dicampur dalam keadaan utuh, kering ataupun segar dan turut dimasak hingga masakan tersebut matang. Rempah ini memberikan aroma yang khas. Kayunya bewarna coklat jingga kemerahan dan berkualitas menengah. Kayu yang tergolong ke dalam kayu kelat nama dalam perdagangan ini dapat dipergunakan sebagai bahan bangunan dan perabot rumah tangga. Kulit batang salam mengandung tanin, sering dimanfaatkan sebagai ubar mewarnai dan mengawetkan jala dan anyaman dari bambu. Dari segi kesehatan, daun salam efektif menurunkan kadar gula darah, menurunkan tekanan darah, menurunkan kadar kolesterol darah, menurunkan kadar asam urat, mengobati sakit maag gastritis, gatal-gatal pruritis, kudis scabies dan eksim. Daun salam juga mampu menghambat pertumbuhan bakteri-bakteri penyebab penyakit, seperti bakteri Escherichia coli, Vibrio cholera dan Salmonella Sp, karena daya antibakteri ini daun salam juga dapat mengatasi serangan diare. Selain daunnya, tumbuhan salam memiliki bagian lain yang juga berpotensi sebagai obat alam. Kulit batang atau kulit pohon dan buah salam juga bisa digunakan sebagai obat antidiare. Buah salam mempunyai kelebihan lain, diantaranya bisa menetralisasi efek mabuk karena mengkonsumsi alkohol terlalu banyak Anonim a , 2004 ; Anonim d , 2009. 2.2 Simplisia dan Ekstrak 2.2.1 Simplisia Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum mengalami pengolahan apapun juga dan kecuali dinyatakan lain, berupa bahan yang telah dikeringkan. Simplisia dibedakan simplisia nabati, simplisia Winda Gusti Enda : Uji Efek Antidiare Ekstrak Etanol Kulit Batang Salam Syzygium polyanthum Wight Walp. Terhadap Mencit Jantan, 2010. hewani dan simplisia pelikan mineral. Simplisia nabati adalah simplisia berupa tumbuhan utuh, bagian tumbuhan atau eksudat tumbuhan Dit Jen POM, 2000.

2.2.2 Ekstrak

Ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan mengekstraksi zat aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian sehingga memenuhi baku yang telah ditetapkan Dit Jen POM, 1995. Ekstraksi adalah kegiatan penarikan zat aktif dengan menggunakan pelarut yang sesuai. Metode ekstraksi dengan menggunkan pelarut dapat dibagi kedalam dua cara yaitu: a. cara dingin, yaitu: 1. maserasi, adalah proses pengekstraksian simplisia dengan menggunakan pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada temperatur ruangan kamar. Maserasi kinetik berarti dilakukan pengadukan yang terus menerus. Remaserasi berarti dilakukan pengulangan penambahan pelarut setelah dilakukan penyarian maserat pertama, dan seterusnya. 2. perkolasi, adalah ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru sampai sempurna exhaustive extraction yang umumnya dilakukan pada temperatur ruangan kamar. Proses terdiri dari tahapan pengembangan bahan, tahap maserasi antara, tahap perkolasi sebenarnya penetesan penampungan ekstrak terus Winda Gusti Enda : Uji Efek Antidiare Ekstrak Etanol Kulit Batang Salam Syzygium polyanthum Wight Walp. Terhadap Mencit Jantan, 2010. menerus sampai diperoleh akstrak perkolat yang jumlahnya 1-5 kali bahan. b. cara panas, yaitu: 1. refluks, adalah ekstraksi dengan pelarut pada temperatur titik didihnya, selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif konstan dengan adanya pendingin balik. 2. soxlet, adalah ekstraksi menggunkan pelarut yang selalu baru yang umumnya dilakukan dengan alat khusus sehingga terjadi ekstraksi kontinu dengan jumlah pelarut relatif konstan dengan adanya pendingin balik. 3. digesti, adalah maserasi kinetik dengan pengadukan kontinu pada temperatur yang lebih tinggi dari temperatur ruangan kamar, yaitu secara umum dilakukan pada temperatur 40°-50°C. 4. infus, adalah ekstraksi dengan pelarut air pada temperatur penangas air bejana infus tercelup dalam penangas air mendidih, temperatur terukur 96°-98°C selama waktu tertentu 15–20 menit. Dekok, adalah infus pada waktu yang lebih lama ≥30 menit dan temperatur sampai titik didih air Dit Jen POM, 2000.

2.3 Uraian Diare

Diare adalah buang air besar dengan frekuensi yang tidak normal meningkat dan konsistensi tinja yang lebih lembek atau cair. Diare selalu dikaitkan dengan gastroenteritis radang lambung-usus karena umumnya diare muncul sebagai akibat adanya gangguan pada saluran gastro intestinal Sriyanto, 2004. Dalam definisi lain diare adalah keadaan buang air dengan banyak cairan Winda Gusti Enda : Uji Efek Antidiare Ekstrak Etanol Kulit Batang Salam Syzygium polyanthum Wight Walp. Terhadap Mencit Jantan, 2010. mencret dan merupakan gejala dari penyakit-penyakit tertentu atau gejala-gejala lainnya Tan, 2002. Secara fisiologi, dalam lambung makanan dicerna menjadi bubur chymus, kemudian diteruskan ke usus halus untuk diuraikan lebih lanjut oleh enzim-enzim. Setelah terjadi absorpsi, sisa chymus tersebut yang terdiri dari 90 air dan sisa- sisa makanan yang sukar dicernakan, diteruskan ke usus besar colon. Bakteri- bakteri yang biasanya selalu berada di sini mencernakan lagi sisa-sisa makanan tersebut, sehingga sebagian besar daripadanya dapat diserap pula selama perjalanan melalui usus besar. Airnya juga direabsorpsi kembali, sehingga lama kelamaan isi usus menjadi lebih padat Tan, 2002.

2.3.1 Klasifikasi Diare

Berdasarkan klasifikasinya, diare dibagi kedalam tiga kelompok yaitu: a. berdasarkan adanya infeksi, dibagi atas: 1. diare infeksi enteral, yaitu diare karena infeksi di usus misalnya infeksi bakteri Vibrio cholera, Eschericia coli, Salmonella dan Shigella, infeksi virus Rotavirus dan Enterovirus dan infeksi parasit cacing, protozoa, dan jamur. 2. diare infeksi parenteral, yaitu diare karena infeksi di luar usus misalnya infeksi saluran pernapasan. b. berdasarkan lamanya diare, dibagi atas yaitu: 1. diare akut, yaitu diare yang terjadi secara mendadak yang segera berangsur sembuh pada seseorang yang sebelumnya sehat. Diare akut biasanya berlangsung dalam waktu kurang dari 2 mingggu. Winda Gusti Enda : Uji Efek Antidiare Ekstrak Etanol Kulit Batang Salam Syzygium polyanthum Wight Walp. Terhadap Mencit Jantan, 2010. 2. diare kronis, yaitu diare yang timbul perlahan-lahan berlangsung 2 minggu atau lebih, baik menetap atau bertambah hebat Sriyanto, 2004. c. berdasarkan penyebab terjadinya diare, dibagi atas: 1. diare spesifik, yaitu diare yang disebabkan oleh adanya infeksi misalnya infeksi yang disebabkan oleh virus, bakteri, parasit dan enterotoksin. 2. diare non spesifik, yaitu diare yang tidak disebabkan oleh adanya infeksi misalnya alergi makanan atau minuman intoleransi, gagguan gizi, kekurangan enzim dan efek samping obat Tan, 2002.

2.3.2 Penyebab Diare

Diare disebabkan oleh meningkatnya peristaltik usus, sehingga pelintasan chymus dipercepat dan masih banyak mengandung air pada saat meninggalkan tubuh sebagai tinja. Selain itu, diare disebabkan karena bertumpuknya cairan di usus akibat terganggunya keseimbangan absorpsi dan sekresi. Terjadinya gangguan keseimbangan ini, sering terjadi pada keadaan radang lambung-usus yang disebabkan oleh kuman atau toksinnya. Faktor-faktor yang menyebabkan diare: a. virus Misalnya influenza perut dan travellers diarrhoea yang disebabkan oleh rotavirus dan adenovirus. Virus melekat pada sel-sel mukosa usus, yang menjadi rusak sehingga kapasitas absorpsi menurun dan sekresi air dan elektrolit memegang peranan. Diare yang terjadi bertahan terus sampai beberapa hari sesudah virus lenyap dengan sendirinya, biasanya dalam 3-6 hari. Winda Gusti Enda : Uji Efek Antidiare Ekstrak Etanol Kulit Batang Salam Syzygium polyanthum Wight Walp. Terhadap Mencit Jantan, 2010. b. bakteri Diare yang disebabkan oleh bakteri mulai berkurang terjadi karena meningkatnya higiene masyarakat. Bakteri-bakteri tertentu pada keadaan tertentu, misalnya bahan makanan yang terinfeksi olah banyak kuman menjadi invasif dan menyerang kedalam mukosa. Di sini, bakteri-bakteri tersebut memperbanyak diri dan membentuk toksin-toksin yang dapat direabsorpsi ke dalam darah dan menimbulkan gejala-gejala, seperti demam tinggi, nyeri kepala dan kejang-kejang, disamping mencret berdarah dan berlendir. Penyebab utama dari jenis diare ini adalah bakteri Salmonella, Sigella, Campylobacter, dan jenis Coli tertentu. c. parasit Parasit yang sering menyebabkan diare seperti protozoa Entamoeba histolytica , Giardia lambia, Cyptosporidium dan Cyclospora, yang terutama terjadi di daerah tropis atau sub tropis. Diare akibat parasit-parasit ini biasanya bercirikan mencret cairan yang intermiten dan bertahan lebih lama dari satu minggu. Gejala lain dapat berupa nyeri perut, demam, anorexia, nausea, muntah- muntah dan rasa letih malaise. d. enterotoksin Diare jenis ini lebih jarang terjadi, tetapi lebih dari 50 dari wisatawan di negara-negara berkembang dihinggapi diare ini. Penyebabnya adalah kuman- kuman yang membentuk enterotoksin, yang terpenting adalah E. coli dan Vobrio cholerae , dan sebagian kecil Shigella, Salmonella, Campylobacter dan Entamoeba histolytica . Toksin melekat pada sel-sel mukosa dan merusaknya. Diare jenis ini juga bersifat selflimiting artinya akan sembuh dengan sendirinya Winda Gusti Enda : Uji Efek Antidiare Ekstrak Etanol Kulit Batang Salam Syzygium polyanthum Wight Walp. Terhadap Mencit Jantan, 2010. tanpa pengobatan dalam lebih kurang 5 hari, setelah sel-sel mukosa yang rusak diganti dengan sel-sel mukosa yang baru. e. penyakit Sejumlah penyakit ada yang menyebabkan diare sebagai salah satu gejalanya, seperti kanker usus besar dan beberapa penyakit cacing misalnya penyakit cacing gelang dan cacing pita. f. obat-obatan Obat-obatan dapat menimbulkan diare karena efek sampingnya, misalnya antibiotik berspektrum luas golongan ampisilin dan tertasiklin, sitostatik, dan penyinaran dengan sinar-X radioterapi. g. makanan Makanan yang sulit diserap oleh usus akan mengakibatkan tekanan osmotik usus meningkat sehingga menghalangi absorpsi air dan elektrolit dan menimbulkan diare. Alergi makanan, makanan dan minuman yang telah terkontaminasi dengan toksi bakteri dan makanan yang tercemar logam berat juga dapat menyebabkan diare. h. pengaruh psikis Keluhan dalam diare dapat timbul sebagai salah satu gejala penyakit atau sebagai akibat kelainan jiwa atau psikologis, misalnya ketegangan jiwa, emosi, stres dan lain-lain. Diare karena penyebab ini dikenal dengan istilah diare psikogenik. Seseorang yang mengalami gangguan psikologis cendrung menyebabkan hidupnya tidak teratur. Sering kali disertai dengan keadaan jiwa yang tidak tenang, tidur tidak nyenyak, makan yang tidak teratur dan lain sebagainya. Dalam Winda Gusti Enda : Uji Efek Antidiare Ekstrak Etanol Kulit Batang Salam Syzygium polyanthum Wight Walp. Terhadap Mencit Jantan, 2010. keadaan seperti ini terjadi rangsangan berlebihan pada saraf-saraf terutama pada daerah hipotalamus yang dapat menimbulkan hiperperistaltik. Karena meningkatnya peristaltik maka absorpsi air dan elektrolit akan terganggu dan terjadilah diare. i. penyebab lain Penyebab lain diare seperti terjadinya gangguan gizi dan kekurangan enzim- enzim tertentu Tan, 2002.

2.3.3 Pengobatan Diare

Pengobatan diare dapat dibagi kedalam dua kelompok, yaitu: a. pengobatan spesifik, dilakukan dengan memberikan obat-obat kemoterapeutik setelah diketahui penyebab yang pasti melalui pemeriksaan laboratorium. Diberikan pada keadaan infeksi. b. pengobatan non spesifik, dilakukan dengan mengurangi peristaltik otot polos usus, menciutkan selaput lendir usus astringensia, menyerap racun dan toksin adsorbensia dan memberikan cairan elektrolit. Kelompok obat yang sering digunakan pada keadaan diare, yaitu: a. kemoterapeutik , untuk terapi kausal yaitu memberantas bakteri penyebab diare, seperti antibiotika, sulfonamida, kinolon dan furazolidon. b. obstipansia , untuk terapi simtomatis, yang dapat menghentikan diare dengan beberapa cara, yaitu: 1. zat-zat penekan peristaltik, sehingga memberikan lebih banyak waktu untuk absorpsi air dan elektrilit oleh mukosa usus. Termasuk kadalam kelompok ini adalah candu dan alkaloidnya, derivat-derivat petidin Winda Gusti Enda : Uji Efek Antidiare Ekstrak Etanol Kulit Batang Salam Syzygium polyanthum Wight Walp. Terhadap Mencit Jantan, 2010. difenoksilat dan loperamid dan antikolonergika antropin dan ektrak belladonna. 2. astringensia, yang menciutkan selaput lendir usus, misalnya asam samak tanin dan tannalbumin, garam-garam bismut dan aluminium. 3. adsorbensia, misalnya carbo adsorbens yang pada permukaannya dapat menyerap adsorpsi zat-zat beracun atau toksin yang dihasilkan oleh bakteri atau yang berasal dari makanan. c. spasmolitika , yaitu zat-zat yang dapat meredakan kejang-kejang otot yang sering kali mengakibatkan nyeri perut pada diare, misalnya papaverin dan oksifenonium Tan, 2002.

2.4 Loperamid Hidrokloridum

. HCl Loperamidi Hydochloridum atau Loperamid Hidroklorida 4- p- Klorofenil- 4– hidroksi- N, N- dimetil- , - difenil- 1 piperidina butiramida monohidroklorida mempunyai rumus kimia C 29 H 33 ClN 2 O 2 .HCl dan berat molekul 513,51. Pemerian berupa serbuk putih sampai agak kuning, melebur pada suhu lebih kurang 225° disertai peruraian. Mudah larut dalam methanol, dalam isopropyl alcohol dan dalam kloroform, sukar larut dalam air dan asam encer Anonim e , 2009; Dit Jen POM, 1995. Winda Gusti Enda : Uji Efek Antidiare Ekstrak Etanol Kulit Batang Salam Syzygium polyanthum Wight Walp. Terhadap Mencit Jantan, 2010. Derivat difenoksilat dengan khasiat obstipasi yang 2-3 kali lebih kuat tetapi tanpa khasiat terhadap susunan saraf pusat, sehingga tidak mengakibatkan ketergantungan. Lagi pula zat ini mampu menormalkan kembali keseimbangan absorpsi dan sekresi dari sel-sel mukosa, yaitu memulihkan sel-sel yang berada dalam keadaan hipersekresi ke keadaan absorpsi normal. Mulai kerjanya lebih cepat, juga bertahan lebih lama. Efek samping berupa rasa mengantuk, pusing dan mulut kering. Efek samping sangat jarang terjadi Tan, 2002. Loperamid tersedia dalam bentuk tablet 2 mg Imodium ® dan sirup 1 mg5 ml dan digunakan dengan dosis 4-8 mg per hari Sardjono, 1995.

2.5 Oleum Ricini

Dokumen yang terkait

Karakterisasi Ekstrak Etanol Daun Salam (Syzygium polyanthum Wight) Dari Tiga Tempat Tumbuh Di Indonesia

26 149 115

PENGARUH KONSENTRASI EKSTRAK ETANOL DAUN SALAM (Syzygium polyanthum (Wight) Walp.) TERHADAP PERTUMBUHAN Pengaruh Konsentrasi Ekstrak Etanol Daun Salam (Syzygium Polyanthum (Wight) Walp.) Terhadap Pertumbuhan Bakteri Aggregatibacter Actinomycetemcomitans

0 4 8

UJI EFEK ANTIDIARE EKSTRAK ETANOL 50% DAUN SALAM (Syzygium polyanthum (Wight.) Walp.) TERHADAP MENCIT JANTAN YANG DIINDUKSI OLEUM RICINI.

1 6 14

UJI DAYA ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL DAUN SALAM (Syzygium polyanthum (Wight.) Walp.) TERHADAP Staphylococcus aureus Uji Daya Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Salam (Syzygium polyanthum (Wight.) Walp) Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus ATCC 6538 dan Esc

3 7 15

UJI EFEK TERATOGENITAS EKSTRAK ETANOL DAUN SALAM (Syzygium polyanthum (wight) Walp) PADA MENCIT PUTIH BETINA.

0 1 7

Pengaruh Ekstrak Etanol, Daun Salam (Syzygium Polyanthum Wight) Terhadap Motilitas Usus Sebagai Antidiare.

0 0 30

Efektivitas Infusa Daun Salam (Syzygium polyanthum (Wight.)Walp.) Sebagai Antidiare Pada Mencit Swiss Webster Jantan.

0 6 31

Efek Granul Ekstrak Etanol Daun Salam [Syzygium polyanthum (Wight.) Walp] Terhadap Mortalitas Larva Anopheles aconitus.

0 0 11

Uji Efek Antibakteri Ekstrak Etanol Kulit Batang Salam {Syzigium polyanthum (Wight) Walp} terhadap Staphylococcus aureus dan Escherichia coli secara Invitro

0 0 5

UJI AKTIVITAS ANTIDARE EKSTRAK ETANOL DAUN SALAM (Syzygium polyanthum [Wight] Walp) PADA TIKUS PUTIH

0 0 16