Winda Gusti Enda : Uji Efek Antidiare Ekstrak Etanol Kulit Batang Salam Syzygium polyanthum Wight Walp. Terhadap Mencit Jantan, 2010.
ditekan hati-hati, kemudian dituangi dengan cairan penyari secukupnya sampai cairan mulai menetes dan diatas simplisia masih terdapat selapis cairan penyari,
perkolator ditutup, dibiarkan selama 24 jam. Kemudian dibuka kran perkolator, dibiarkan cairan menetes dengan kecepatan 1 ml per menit, ditambahkan
berulang-ulang cairan penyari secukupnya sehingga selalu terdapat selapis cairan penyari diatas simplisia Dit Jen POM, 1979. Perkolasi dihentikan jika 500 mg
perkolat yang keluar terakhir diuapkan, tidak meninggalkan sisa. Perkolat yang diperoleh dipekatkan dengan alat penguap vakum putar tekanan rendah pada suhu
tidak lebih dari 50°C hingga diperoleh ekstrak kental. Kemudian dikeringkan dengan freeze dryer selama ± 24 jam dan diperoleh ekstrak sebanyak 72,2 gram
Dit Jen POM, 1974.
3.5 Percobaan Efek Antidiare
Percobaan efek antidiare meliputi penyiapan hewan percobaan, penyiapan bahan uji, kontrol, obat pembanding, induktor diare dan pengujian efek antidiare.
3.5.1 Penyiapan Hewan Percobaan
Hewan percobaan yang digunakan dalam penelitian adalah mencit jantan sehat berumur 2-3 bulan dengan berat badan 25-35 g. Satu minggu sebelum
penelitian mencit diadaptasikan dengan lingkungan percobaan.
3.5.2 Penyiapan Bahan
Penyiapan bahan-bahan meliputi suspensi CMC sebagai kontrol, suspensi Loperamid HCl sebagai pembanding, suspensi EEKBS sebagai bahan uji dan
oleum ricini sebagai induktor.
Winda Gusti Enda : Uji Efek Antidiare Ekstrak Etanol Kulit Batang Salam Syzygium polyanthum Wight Walp. Terhadap Mencit Jantan, 2010.
3.5.2.1 Pembuatan Suspensi CMC 1 bv
Sebanyak 1 g CMC ditaburkan ke dalam lumpang berisi air suling panas sebanyak 20 ml, ditutup dan dibiarkan selama 30 menit hingga diperoleh massa
yang transparan, digerus lalu diencerkan dengan air suling hingga 100 ml Anief, 1995.
3.5.2.2 Pembuatan Suspensi Loperamid HCl Dosis 1 mgkg bb
Tablet Imodium
®
mengandung 2 mg Loperamid HCl, ditimbang sebanyak 20 tablet. Tablet digerus dan diambil serbuk sebanyak 56,3 mg perhitungan dapat
dilihat pada lampiran 8, halaman 37. Serbuk dimasukkan kedalam lumpang, kemudian ditambahkan suspensi CMC 1 sedikit demi sedikit sambil digerus
homogen lalu diencerkan dengan suspensi CMC 1 hingga 10 ml.
3.5.2.3 Pembuatan Suspensi EEKBS Dosis 20 mg, 40 mg dan 80 mgkg bb
Ekstrak etanol kulit batang salam masing-masing sebanyak 50 mg, 100 mg dan 200 mg digerus dalam lumpang, lalu ditambahkan suspensi CMC 1 sedikit
demi sedikit sambil digerus homogen lalu diencerkan dengan suspensi CMC 1 hingga 25 ml.
3.5.3 Pengujian Efek Antidiare
Dosis ekstrak etanol kulit batang salam ditentukan berdasarkan orientasi pada hewan percobaan terhadap parameternya. Parameter yang diamati yaitu saat
mulai terjadinya diare, konsistensi feses, frekuensi diare dan lama terjadinya diare. Dosis yang digunakan yaitu dosis 10, 20, 40 dan 80 mgkg bb. Hasil orientasi
dipilih variasi dosis sebanyak tiga dosis. Dosis I 20 mgkg bb, dosis II 40 mgkg bb dan dosis III 80 mgkg bb. Sebagai pembanding suspensi Loperamid HCl dosis
1 mgkg bb dan kontrol suspensi CMC dosis 1 bb.
Winda Gusti Enda : Uji Efek Antidiare Ekstrak Etanol Kulit Batang Salam Syzygium polyanthum Wight Walp. Terhadap Mencit Jantan, 2010.
Urutan penelitian sebagai berikut: a.
Mencit diadaptasikan dengan lingkungan penelitian selama satu minggu. b.
Tiga puluh menit sebelum penelitian, mencit dipuasakan, selanjutnya dikelompokkan menjadi 5 kelompok masing-masing 6 ekor.
c. Semua mencit diberikan oleum ricini sebanyak 0,5 mlekor mencit
secara oral. d.
Tiga puluh menit setelah pemberian oleum ricini, masing-masing kelompok diberi perlakuan, yaitu kelompok I diberikan suspensi CMC
dosis 1 sebagai kontrol, kelompok II diberikan suspensi Loperamid HCl dosis 1 mgkg bb sebagai pembanding dan tiga kelompok masing-
masing diberikan suspensi Ekstrak etanol kulit batang salam dosis 20 mg, 40 mg dan 80 mgkg bb. Semua perlakuan diberikan secara oral.
e. Dilakukan pengamatan setiap 30 menit selama 8 jam meliputi saat mulai
terjadinya diare, konsistensi feses berlendir berair, lembek, dan normal, diameter serapan air, berat feses, frekuensi diare dan lama
terjadinya diare. Cara pengamatan parameter:
a. Diare ditandai dengan buang air besar dimana frekuensinya meningkat
dari keadaan normal dan konsistensi feses yang lebih lembek atau cair. b.
Saat mulai terjadinya diare, caranya dengan mancatat waktu mula-mula terjadinya diare dalam menit setelah pemberian oleum ricini.
c. Konsistensi feses, caranya dengan melihat feses mencit apakah berdarah,
berlendir berair, lembek dan normal. Gambar dapat dilihat pada
lampiran 11 halaman 40.
Winda Gusti Enda : Uji Efek Antidiare Ekstrak Etanol Kulit Batang Salam Syzygium polyanthum Wight Walp. Terhadap Mencit Jantan, 2010.
d. Diameter serapan air, caranya dengan meletakkan feses diatas kertas
saring setiap 30 menit setelah pemberian oleum ricini, lalu dibiarkan selama 15 menit dan diukur diameter serapan air pada kertas saring
dalam cm. Gambar dapat dilihat pada lampiran 11 halaman 41.
e. Berat feses, caranya dengan menimbang berat feses dalam gram setiap
30 menit setelah pemberian oleum ricini. f.
Frekuensi diare, caranya dengan menghitung berapa kali terjadi diare selama pengamatan.
g. Lama terjadinya diare, caranya dengan mencatat selisih waktu terakhir
terjadinya diare saat konsistensi feses kembali normal dengan waktu mula-mula terjadinya diare saat konsistensi berlendir atau berair dalam
menit. Adnyana. dkk, 2004; Sa’roni, 1996
3.6 Analisis Data
Data hasil pengamatan konsistensi feses dianalisis secara statistik dengan metode Anava analisis variansi pada tingkat kepercayaan 95, dilanjutkan
dengan uji Duncan untuk melihat perbedaan nyata antar kelompok perlakuan. Analisis statistik ini menggunakan program SPSS Statistical Product and Service
Solution versi 16.
Hasil analisis dapat dilihat pada Lampiran 14, 15 dan 16, halaman 52 sampai 56.