Winda Gusti Enda : Uji Efek Antidiare Ekstrak Etanol Kulit Batang Salam Syzygium polyanthum Wight Walp. Terhadap Mencit Jantan, 2010.
dengan BF 0,217 g, L pada menit ke-170 dengan BF 0,122 g dan N pada menit ke-285 dengan BF 0,068; kelompok dosis 2 mencapai BL pada menit ke-110
dengan BF 0,202 g, L pada menit ke-185 dengan BF 0,136 g dan N pada menit ke-245 dengan BF 0,070 dan kelompok dosis 3 mencapai BL pada menit ke-120
dengan BF 0,180 g, L pada menit ke-170 dengan BF 0,118 g dan N pada menit ke-220 dengan BF 0,065.
Dari hasil yang diperoleh menunjukkan dengan semakin cepat terbentuknya konsistensi feses yang berlendir berair maka efek antidiare akan semakin lemah.
Dan semakin cepat terjadinya perubahan konsistensi kearah normal maka efek antidiare semakin kuat. Mencit yang mengalami diare ditandai dengan feses yang
banyak mengandung cairan sehingga menjadi lembek dan encer, ini menyebabkan bertambahnya bobot feses diare dibanding bobot feses normal. Hasil penentuan
konsistensi feses dapat dilihat pada Lampiran 12, halaman 43.
4.2.3 Penentuan Frekuensi Diare
Dari hasil penentuan frekuensi diare, diperoleh nilai rata-rata dari masing- masing kelompok perlakuan yaitu: kelompok kontrol mempunyai nilai rata-rata
frekuensi diare sebanyak 7 kali; kelompok pembanding mempunyai nilai rata-rata frekuensi diare sebanyak 3,2 kali; kelompok dosis 1 mempunyai nilai rata-rata
frekuensi diare sebanyak 4,3 kali; kelompok dosis 2 mempunyai nilai rata-rata frekuensi diare sebanyak 3,5 kali dan kelompok dosis 3 mempunyai nilai rata-rata
frekuensi diare sebanyak 2,7 kali. Dari hasil yang diperoleh menunjukkan dengan semakin tinggi frekuensi terjadinya diare maka efek antidiare akan semakin
lemah. Hasil penentuan frekuensi diare dapat dilihat pada Lampiran 12, halaman
45.
Winda Gusti Enda : Uji Efek Antidiare Ekstrak Etanol Kulit Batang Salam Syzygium polyanthum Wight Walp. Terhadap Mencit Jantan, 2010.
4.2.4 Penentuan Lama Terjadinya Diare
Dalam mengamati lama terjadinya diare dapat dilihat dari tabel konsistensi feses dimana lama terjadinya diare ditentukan dengan mengurangi waktu awal
terbentuknya feses normal T2 dengan waktu awal terbentuknya feses berlendir berair T1.
Dari hasil penentuan lama terjadinya diare, diperoleh waktu masing-masing kelompok perlakuan yaitu: kelompok kontrol lama terjadinya diare 275 menit;
kelompok pembanding lama terjadinya diare 130 menit; kelompok dosis 1 lama terjadinya diare 220 menit; kelompok dosis 2 lama terjadinya diare 135 menit dan
kelompok dosis 3 lama terjadinya diare 100 menit. Dari hasil yang diperoleh menunjukkan dengan semakin lama terjadinya diare maka semakin lemah efek
antidiare yang diberikan. Hasil penentuan lama terjadinya diare dapat dilihat pada
Lampiran 12, halaman 45.
Dari parameter-parameter yang telah diamati, efek antidiare dapat dikategorikan berdasarkan tingkat efektifitasnya dalam menekan diare sebagai
berikut: 1.
Lemah, bila efek antidiare diatas efek kelompok kontrol dan dibawah efek kelompok pembanding.
2. Sebanding sama, bila efek antidiare sama dengan efek kelompok
pembanding. 3.
Kuat, bila efek antidiare diatas efek kelompok pembanding. Berdasarkan kategori diatas, efek antidiare dari masing-masing kelompok
bahan uji dapat dikategorikan sebagai berikut: dosis 1 Suspensi EEKBS dosis 20 mgkg bb mempunyai efektifitas yang lemah; dosis 2 Suspensi EEKBS dosis 40
Winda Gusti Enda : Uji Efek Antidiare Ekstrak Etanol Kulit Batang Salam Syzygium polyanthum Wight Walp. Terhadap Mencit Jantan, 2010.
mgkg bb mempunyai efektifitas yang sebanding atau sama dan dosis 3 Suspensi EEKBS dosis 80 mgkg bb mempunyai efektifitas yang kuat. Dari hasil yang
diperoleh menunjukkan suspensi EEKBS dosis 40 mgkg bb mempunyai efek antidiare yang baik karena mampu menekan diare yang efeknya sebanding dengan
suspensi Loperamid HCl dosis 1 mgkg bb, suspensi EEKBS dosis 20 mgkg bb mempunyai efek yang lebih lemah dalam menekan diare dibandingkan suspensi
Loperamid HCl dosis 1 mgkg bb dan suspensi EEKBS dosis 80 mgkg bb mempunyai efek yang lebih kuat dalam menekan diare dibandingkan dengan
suspensi Loperamid HCl dosis 1 mgkg bb. Hal ini disebabkan karena jumlah dosis yang diberikan berbeda-beda sehingga mempengaruhi kekuatan bahan uji
dalam menekan diare. Semakin tinggi dosis yang diberikan maka semakin besar efek antidiare yang dihasilkan oleh dosis obat tersebut.
Hasil analisis statistik Anava terhadap parameter-parameter yang diamati, dimana p 0,05 yang berarti adanya perbedaan yang signifikan antar perlakuan.
Untuk mengetahui perbedaan yang bermakna antar perlakuan, dilakukan uji beda rata-rata Duncan. Hasil analisis statistik dapat dilihat pada Lampiran 14, 15 dan
16, halaman 52 sampai 56. Hasil analisis statistik uji beda rata-rata Duncan terhadap parameter-
parameter yang diamati menunjukkan bahwa pemberian suspensi EEKBS dosis 20 mgkg bb dibandingkan dengan suspensi CMC dosis 1 bb menunjukkan
perbedaan yang nyata, artinya sudah menunjukkan efek antidiare, meskipun masih berbeda nyata dengan pemberian suspensi Loperamid HCl dosis 1 mgkg bb.
Pemberian suspensi EEKBS dosis 40 mgkg bb dibandingkan dengan suspensi CMC dosis 1 bb menunjukkan perbedaan yang nyata dan tidak berbeda nyata
Winda Gusti Enda : Uji Efek Antidiare Ekstrak Etanol Kulit Batang Salam Syzygium polyanthum Wight Walp. Terhadap Mencit Jantan, 2010.
dengan suspensi Loperamid HCl dosis 1 mgkg bb, artinya sudah memberikan efek antidiare yang tidak berbeda nyata dengan suspensi Loperamid HCl dosis 1
mgkg bb. Pemberian suspensi EEKBS dosis 80 mgkg bb dibandingkan dengan suspensi CMC dosis 1 bb menunjukkan perbedaan yang nyata. Pada saat mulai
terjadinya diare dan frekuensi diare tidak menunjukkan perbedaan yang nyata dengan suspensi Loperamid HCl dosis 1 mgkg bb, sedangkan konsistensi feses
dan lama terjadinya diare menunjukan perberbedaan yang nyata dengan suspensi Loperamid HCl dosis 1 mgkg bb, artinya memberikan efek antidiare yang lebih
nyata dari Loperamid HCl dosis 1 mgkg bb. Pada pemberian suspensi EEKBS dosis 20 mgkg bb efek antidiare lebih
lemah, dosis 40 mgkg bb efek antidiare sama dan dosis 80 mgkg bb efek antidiare lebih kuat bila dibandingkan dengan dosis obat pembanding suspensi
Loperamid HCl dosis 1 mgkg bb. Tumbuhan salam memiliki kandungan minyak atsiri, tanin dan flavonoid.
Diperkirakan senyawa tanin yang terkandung didalam kulit batang salam inilah yang bekerja sebagai adstringens yaitu dapat menciutkan selaput lendir usus
sehingga dapat menekan terjadinya diare dan meringankan keadaan diare yang non spesifik pada mencit Hariana, 2008; Tan dan Rahardja, 2002.
Winda Gusti Enda : Uji Efek Antidiare Ekstrak Etanol Kulit Batang Salam Syzygium polyanthum Wight Walp. Terhadap Mencit Jantan, 2010.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan