Latar Belakang Masalah Pengukuran Kinerja Perusahaan Dengan Balanced Scorecard Studi Kasus Pada PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan

Dina R. Gultom : Pengukuran Kinerja Perusahaan Dengan Balanced Scorecard Studi Kasus Pada PT. Perkebunan Nusantara III Persero Medan, 2010. BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan dunia bisnis yang semakin kompetitif menyebabkan perubahan luar biasa dalam persaingan, produksi, pemasaran, pengelolaan sumber daya manusia, dan penanganan transaksi antara perusahaan dengan pelanggan dan perusahaan dengan perusahaan lain. Perubahan-perubahan ini mendorong perusahaan untuk mempersiapkan diri agar bisa diterima di lingkungan global. Keadaan ini mendorong pihak manajemen perusahaan untuk memperhatikan dua hal penting, yaitu strategi dan kegiatan operasional. Dengan strategi dan kegiatan operasional yang baik, perusahaan dapat terus bertahan dan berkembang mengikuti perkembangan dunia bisnis yang ada. Untuk dapat menjalankan strategi dan kegiatan operasional yang baik, diperlukan suatu mekanisme perusahaan, sehingga sasaran strategis beserta target yang sudah ditetapkan dapat dicapai secara efektif dan efisien. Penilaian atau pengukuran kinerja adalah tindakan pengukuran yang dilakukan terhadap berbagai aktivitas dalam rantai nilai yang ada pada perusahaan. Hasil pengukuran tersebut kemudian digunakan sebagai umpan balik yang akan memberikan informasi tentang prestasi pelaksanaan suatu rencana dan titik di mana perusahaan memerlukan penyesuaian-penyesuaian atas aktivitas perencanaan dan pengendalian Yuwono et al, 2007. Dina R. Gultom : Pengukuran Kinerja Perusahaan Dengan Balanced Scorecard Studi Kasus Pada PT. Perkebunan Nusantara III Persero Medan, 2010. Kondisi sekarang adalah pengukuran kinerja yang selama ini dilakukan oleh perusahaan adalah pengukuran kinerja tradisional. Pada umumnya pengukuran kinerja tradisional hanya terfokus pada aspek keuangan saja, seperti: Return On Investment ROI, Return On Equity ROE, Profit Margin, dan Economic Value Added EVA. Namun pengukuran kinerja tradisional sebetulnya belum cukup mewakili untuk menyimpulkan apakah kinerja yang dimiliki oleh suatu perusahaan sudah baik atau belum. Hal ini disebabkan aspek keuangan hanya menggambarkan pengukuran efektivitas penggunaan aktiva serta laba dalam mendukung penjualan selama periode tertentu. Aspek keuangan tidak memberikan gambaran yang riil mengenai keadaan perusahaan karena tidak memperhatikan hal lain di luar sisi finansial, misalnya sisi pelanggan yang merupakan fokus penting bagi perusahan dan karyawan, padahal dua hal tersebut merupakan roda penggerak bagi kegiatan perusahaan Kaplan dan Norton, 1996. Kondisi yang diinginkan adalah perusahaan dapat mengukur seberapa besar berbagai unit bisnis mereka menciptakan nilai bagi para pelanggan perusahaan saat ini dan yang akan datang, dan seberapa banyak perusahaan harus meningkatkan kapabilitas internal dan investasi didalam sumber daya manusia, sistem dan prosedur yang dibutuhkan untuk meningkatkan kinerja yang akan datang sementara tetap memperhatikan kinerja jangka pendek yaitu melalui perspektif finansial. Untuk mengatasi keterbatasan kinerja keuangan, Kaplan dan Norton 1992 mengembangkan sistem pengukuran kinerja yang tidak hanya memperhatikan komponen aspek keuangan tetapi memperhatikan juga aspek non- Dina R. Gultom : Pengukuran Kinerja Perusahaan Dengan Balanced Scorecard Studi Kasus Pada PT. Perkebunan Nusantara III Persero Medan, 2010. keuangan. Sistem pengukuran ini dapat mengukur keberhasilan perusahaan dalam menerjemahkan misi dan strateginya sehingga perusahaan dapat bertahan dalam jangka panjang. Pengukuran kinerja ini dikenal dengan Balanced Scorecard BSC. BSC menekankan bahwa kinerja keuangan dan non-keuangan harus menjadi bagian dari sistem informasi bagi pekerja di semua lini Kaplan, 1996. BSC memperkenalkan suatu sistem pengukuran kinerja perusahaan dengan menggunakan kriteria-kriteria tertentu. Kriteria-kriteria tersebut merupakan penjabaran dari misi dan strategi perusahaan dalam jangka panjang, yang digolongkan dalam empat perspektif, yaitu: a keuangan, b pelanggan, c proses bisnis internal, dan d pembelajaran dan pertumbuhan. BSC menerjemahkan misi dan strategi perusahaan kedalam seperangkat ukuran yang menyeluruh yang memberi kerangka kerja bagi pengukuran dan sistem manajemen strategis. Pernyataan visi dan misi perlu ditentukan terlebih dahulu. Pernyataan misi, terutama di tingkat unit bisnis, menentukan batas dan maksud aktivitas bisnis perusahaan. Di dalam pernyataan misi terkandung kebutuhan tertentu yang dipenuhi oleh produk dan jasa yang dihasilkan oleh perusahaan, pasar yang dilayani dan teknologi yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan customers dalam pasar tersebut Mulyadi, 2001. Jika misi hanya menjelaskan lingkup bisnis yang dijalankan oleh perusahaan dan tidak menggambarkan peluang yang akan diraih di masa depan, dalam perumusan visi, manajemen puncak mulai menggambarkan apa yang mungkin dan ingin diwujudkan dimasa depan. Visi yang jelas sangat membantu dalam Dina R. Gultom : Pengukuran Kinerja Perusahaan Dengan Balanced Scorecard Studi Kasus Pada PT. Perkebunan Nusantara III Persero Medan, 2010. menjabarkannya ke dalam tujuan goal dan dalam pemilihan sasaran strategik yang sejalan dengan tujuan tersebut Mulyadi, 2001. Tujuan dan ukuran BSC diturunkan dari visi dan strategi. Tujuan dan ukuran dalam BSC lebih dari sekedar sekumpulan ukuran kinerja finansial dan non finansial khusus: semua tujuan dan ukuran ini diturunkan dari suatu proses ke bawah top-down yang digerakan oleh misi dan strategi unit bisnis. Tujuan dan ukuran memandang kinerja perusahaan dari empat perspektif. Alasan peneliti memilih judul ini adalah selama ini pengukuran kinerja yang dilakukan oleh perusahaan hanya memperhatikan aspek keuangan, sebagai akibatnya fokus perhatian lebih dicurahkan untuk mewujudkan kinerja keuangan sehingga terdapat kecenderungan untuk mengabaikan kinerja non keuangan, seperti kepuasan customers, produktivitas dan cost-effectiveness proses yang digunakan untuk menghasilkan produk dan jasa, dan keberdayaan, dan komitmen karyawan dalam menghasilkan produk dan jasa bagi kepuasan customers. Oleh karena ukuran kinerja keuangan mengandalkan informasi yang dihasilkan dari sistem akuntansi yang berjangka pendek umumnya mencakup satu tahun maka pengukuran kinerja yang berfokus ke keuangan mengabaikan fokus perwujudan pada kinerja keuangan jangka pendek saja Mulyadi, 2001. Namun perusahaan perlu juga memperhatikan aspek non-keuangan. Pengukuran kinerja yang memperhatikan aspek keuangan dan aspek non-keuangan adalah BSC yang tetap mempertahankan berbagai ukuran finansial tradisional. BSC mengembangkan seperangkat tujuan unit bisnis melampaui rangkuman ukuran finansial. Dina R. Gultom : Pengukuran Kinerja Perusahaan Dengan Balanced Scorecard Studi Kasus Pada PT. Perkebunan Nusantara III Persero Medan, 2010. Alasan peneliti memilih tempat riset adalah PT. Perkebunan Nusantara III Persero Medan karena sudah menerapkan BSC sebagai cara untuk mengukur kinerja perusahaan. Melalui BSC, PT. Perkebunan Nusantara III Persero Medan memelihara ketajaman perbaikan kinerja secara menyeluruh dan berkesinambungan. Sistem pengukuran kinerja di PT. Perkebunan Nusantara III Persero Medan bermula dari mengumpulkan harapan dan persyaratan para stakeholder, menyeimbangkannya melalui perspektif BSC dan menjabarkannya menjadi ukuran-ukuran yang lebih operasional, selanjutnya mengukur dan menganalisis. Hasil analisis dan evaluasi menjadi knowledge perusahaan yang dikelola untuk peningkatan kinerja perusahaan. Berdasarkan uraian tersebut, maka peneliti tertarik untuk mengetahui bagaimana kinerja perusahaan jika diukur dengan menggunakan pendekatan BSC. Maka peneliti akan menuangkannya di dalam sebuah karya tulis ilmiah yang berbentuk skripsi dengan judul: “Pengukuran Kinerja Perusahaan dengan Balanced Scorecard Studi Kasus pada PT. Perkebunan Nusantara III Persero Medan”

B. Perumusan Masalah