89
BAB IV KEABSAHAN PEMBUKTIAN DALAM TRANSAKSI
TRANSFER DANA DENGAN MENGGUNAKAN TELEPON SELULER
A. Beban Pembuktian dalam Transaksi Transfer Dana dengan
Menggunakan Telepon Seluler
Acara pembuktian di muka sidang pengadilan yang harus dibuktikan oleh para pihak yang berperkara bukanlah hukumnya, melainkan peristiwanya atau
hubungan hukumnya yang menimbulkan hak atau menghapuskan hak. Hubungan hukum merupakan hubungan antara dua pihak atau lebih subyek hukum yang
mempunyai akibat hukum menimbulkan hak dan kewajiban dan diatur oleh hukum. Dalam hal ini hak merupakan kewenangan atau peranan yang ada pada
seseorang pemegangnya untuk berbuat atas sesuatu yang menjadi obyek dari haknya itu terhadap orang lain. Sedangkan kewajiban adalah sesuatu yang harus
dipenuhi atau dilaksanakan oleh seseorang untuk memperoleh haknya atau karena telah mendapatkan haknya dalam suatu hubungan hukum. Obyek hukum adalah
sesuatu yang berguna, bernilai, berharga bagi subyek hukum dan dapat digunakan sebagai pokok hubungan hukum. Sedangkan subyek hukum adalah segala sesuatu
yang dapat menjadi pendukung hak dan kewajibannya atau memiliki kewenangan hukum. Hukum Perdata mengatur hubungan hukum keperdataan tidak perlu
diajukan atau dibuktikan oleh para pihak yang berperkara karena hakim dianggap telah mengetahui hukum yang akan diterapkan, baik hukum yang tertulis maupun
hukum yang tidak tertulis yang hidup di tengah masyarakat. Peristiwa-peristiwa
yang dikemukakan para pihak yang berperkara belum tentu semuanya penting bagi hakim untuk dijadikan dasar pertimbangan putusannya. Karena itu, hakim
harus melakukan pengkajian terhadap peristiwa-peristiwa tersebut, kemudian memisahkan mana peristiwa yang penting relevant dan mana yang tidak
irrelevant.
212
Peristiwa yang penting itulah yang harus dibuktikan mengingat beban pembuktian sendiri adalah pembebanan dari hakim kepada para pihak yang
berperkara untuk :
213
1. Mengajukan alat-alat bukti sesuai ketentuan hukum acara yang berlaku.
2. Membuktikan kebenaran fakta yang dikemukakannya berdasarkan alat bukti
yang diajukan itu, sehingga hakim yakin akan kebenaran fakta yang dikemukakan itu.
Beban pembuktian sendiri baru muncul jika sama sekali tidak ada alat bukti yang diajukan oleh para pihak atau alat bukti yang diajukan para pihak sama
kuatnya atau sama lemahnya.
214
Dalam pembagian beban pembuktian hakim harus benar-benar berlaku adil. Soal beban pembuktian ini dianggap sebagai soal
yuridis yang dapat diperjuangkan sampai tingkat pemeriksaan kasasi di Mahkamah Agung. Melakukan beban pembuktian yang tidak adil dianggap
sebagai suatu pelanggaran hukum, yang merupakan alasan bagi Mahkamah Agung untuk membatalkan putusan hakim yang bersangkutan.
215
Pedoman umum bagi hakim dalam membagi beban pembuktian termuat dalam Pasal 163 HIR Pasal 283 RBg Pasal 1865 KUH Pdt. yang menentukan
212
H. Riduan Syahrani, Op.Cit., hlm.85.
213
Achmad Ali , Op.Cit., hlm. 107.
214
Ibid.
215
H. Riduan Syahrani, Op.Cit., hlm.87.
bahwa siapa saja yang mendalilkan bahwa ia mempunyai suatu hak atau mengemukakan suatu peristiwa untuk menegaskan haknya atau untuk membantah
adanya hak orang lain harus bisa membuktikannya. Penggugat yang menuntut suatu hak wajib membuktikan adanya hak itu atau peristiwa yang menimbulkan
hak tersebut. Sedangkan tergugat yang membantah adanya hak orang lain penggugat wajib membuktikan peristiwa yang menghapuskan atau membantah
hak penggugat tersebut. Kalau penggugat tidak dapat membuktikan kebenaran peristiwa atas hubungan hukum yang menimbulkan hak yang dituntutnya, ia harus
dikalahkan. Sebaliknya, jika tergugat tidak dapat membuktikan kebenaran peristiwa yang menghapuskan hak yang dibantahnya, ia harus dikalahkan.
216
Harus disadari bahwa tidak semua peristiwa dapat dibuktikan kebenarannya. Sesuatu hal yang negatif pada umumnya tidak mungkin dibuktikan,
misalnya tidak menerima uang, tidak menerima barang, dan lain-lain yang serba tidak pada umumnya sukar atau tidak mungkin dibuktikan.
217
Seyogianya, hakim diikat oleh hukum positif dalam perkara perdata. Akan tetapi dalam pembuktian transaksi transfer dana dengan menggunakan telepon
seluler, teori pembuktian yang digunakan adalah teori pembuktian bebas yang menginginkan hakim sama sekali tidak diikat dengan hukum positif tertulis
melainkan penilaian pembuktian sepenuhnya diserahkan kepada pertimbangan hakim. Salah satu ahli hukum yang menganut teori ini adalah Kenneth Culp Davis
yang mengemukakan bahwa sebaiknya hakim di dalam setiap langkahnya adalah menggunakan hasil pendidikan yang pernah diperolehnya serta hasil
216
Ibid., hlm.88.
217
Ibid., hlm. 89.
pengalamannya sendiri, dan tidak dibatasi dengan pemikiran-pemikiran yang mengikat, misalnya ketentuan-ketentuan mengenai beban pembuktian.
218
Dengan memberikan hakim kebebasan di dalam pembuktian, maka perkembangan hukum
pembuktian kita akan lebih cepat daripada harus menunggu proses perkembangan hukum tertulis yang tentu jauh lebih lamban dari perkembangan hukum tidak
tertulis. Dengan demikian hakim dalam putusannya dapat lebih menyesuaikan dengan kebutuhan hukum warga masyarakat. Kelemahan dalam pembuktian bebas
ini mencolok adalah “belum siapnya” mental dan penguasaan ilmu hukum sebagian besar hakim kita di Indonesia untuk menilai pembuktian itu secara
terlalu bebas , terutama kesewenang-wenangan dapat terjadi karenanya.
219
Transaksi memiliki peran yang sangat penting dalam kegiatan perniagaan. Pada umumnya makna transaksi seringkali direduksi sebagai perjanjian jual beli
antar para pihak yang bersepakat untuk itu, padahal dalam persepektif yuridis, terminologi transaksi tersebut pada dasarnya ialah keberadaan suatu perikatan
maupun hubungan hukum yang terjadi antara para pihak. Makna yuridis transaksi pada dasarnya lebih ditekankan pada aspek materiil dari hubungan hukum yang
disepakati oleh para pihak, bukan perbuatan hukumnya secara formil. Oleh karena itu keberadaan ketentuan hukum mengenai perikatan tetap mengikat walaupun
terjadi perubahan media maupun perubahan tata cara bertransaksi. Hal ini tentu saja terdapat pengecualian dalam konteks hubungan hukum yang menyangkut
218
Achmad Alie, Op.Cit., hlm. 88.
219
Ibid. hlm. 89.
benda tidak bergerak, sebab dalam konteks tersebut perbuatannya sudah ditentukan oleh hukum, yaitu harus dilakukan secara ”terang” dan ”tunai.”
220
Makna transaksi dalam lingkup keperdataan akan merujuk kepada aspek perikatan, makna transaksi hukum secara elektronik itu sendiri akan mencakup
jual beli, lisensi, asuransi, sewa dan perikatan-pertkatan lain yang lahir sesuai dengan perkembangan mekanisme perdagangan di masyarakat. Dalam lingkup
publik, maka hubungan hukum tersebut akan mencakup hubungan antara warga negara dengan pemerintah maupun hubungan antar sesama anggota masyarakat
yang tidak dimaksudkan untuk tujuan-tujuan perniagaan.
221
Hubungan hukum dalam kontrak elektronik timbul sebagai perwujudan dari kebebasan berkontrak, yang dikenal dalam KUH Pdt.. Asas ini disebut pula
dengan freedom of contract atau laissez faire.
222
Berdasarkan pengertian konvensional, suatu transaksi terjadi jika terdapat kesepakatan dua orang atau lebih terhadap suatu hal yang dapat dilakukan secara
tertulis maupun tidak tertulis. Kesepakatan tertulis lazim dituangkan dalam suatu perjanjian yang ditanda-tangani oleh para pihak yang berkepentingan. Tanda
tangan membuktikan bahwa seseorang mengikatkan diri terhadap klasul-klausul yang dituangkan dalam perjanjian tersebut.
223
220
Agus Santoso, “ Tanggung Jawab Penyelenggara Sistem Elektronik Perbankan dalam
Kegiatan Transaksi Elektronik Pasca UU No. 11 Tahun 2008”, http:ditjenpp.kemenkumham.go.idhukum-teknologi665-tanggung-jawab-penyelenggara-sistem-
elektronik-perbankan-dalam-kegiatan-transaksi-elektronik-pasca-uu-no-11-tahun-2008.html diakses pada tanggal 20 Mei 2015.
221
Ibid.
222
Ibid.
223
Ibid.
Di dunia internet, kesepakatan terjadi secara elektronik. UU ITE mengakui transaksi elektronik yang dituangkan dalam kontrak elektronik yang mengikat
para pihak Pasal 18 Ayat 1. Berdasarkan Pasal 20 UU ITE, transaksi elektronik terjadi pada saat penawaran transaksi yang dikirim oleh Pengirim diterima dan
disetujui oleh Penerima. Namun persetujuan tersebut harus dilakukan dengan pernyataan penerimaan secara elektronik misalnya dengan mengirimkan email
konfirmasi.
224
Mengenai kekuatan pembuktian dokumen elektronik hendaknya dirumuskan dalam pasal yang menyebutkan bahwa kekuatan pembuktian dari
suatu dokumen elektronik, disamakan dengan bukti surat yang bukan akta, yaitu mempunyai kekuatan bukti yang bebas, diserahkan pada kebijaksanaan hakim.
Beban pembuktian juga harus diatur secara jelas bahwa dalam hal diajukan bukti elektronik sebagai alat bukti , beban pembuktian diserahkan pada pihak yang
mengajukan bukti elektronik tersebut.
225
B. Keabsahan Pembuktian dalam Transaksi Transfer Dana dengan