Transfer Dana Sebagai Transaksi Elektronik

54 BAB III TRANSAKSI TRANSFER DANA DENGAN MENGGUNAKAN TELEPON SELULER MENURUT HUKUM POSITIF

A. Transfer Dana Sebagai Transaksi Elektronik

1. Pengertian transfer dana Menurut beberapa sarjana pengertian transfer adalah sebagai berikut. a. Menurut Lukman Dendawijaya dalam bukunya “Manajemen Perbankan”, transfer adalah jasa yang diberikan bank dalam pengiriman uang antar bank atas permintaan pihak ketiga yang ditunjuk kepada penerima dite mpat lain.Transfer adalah suatu kegiatan jasa bank untuk memindahkan sejumlah dana tertentu sesuai dengan perintah si pemberi amanat yang ditujukan untuk keuntungan seseorang yang ditunjuk sebagai penerima transfer. Baik transfer uang keluar atau masuk akan mengakibatkan adanya hubungan antar cabang yang bersifat timbal balik, artinya bila satu cabang mendebet cabang lain mengkredit. 115 b. Menurut N. Lapoliwa dan Daniel S. Kuswandi transfer adalah suatu kegiatan jasa bank untuk memudahkan sejumlah dana tertentu sesuai dengan 115 Wahyu, “Pengertian Transfer”, https:wahyu410.wordpress.com20120609pengertian-transfer diakses pada tanggal 14 Juni 2015 perintah si pemberi amanat yang ditunjukan untuk keuntungan seseorang yang ditujuk sebagai penerima transfer. 116 d. Menurut P.Suhardi yang dimaksud dengan transfer adalah amanat yang diberikan kepada bank untuk melakukan pengiriman uang dari suatu cabang ke cabang lain, kepada bank yang sama atau bank lain untuk dibayarkan kepada rekanannya secara tunai atau melalui rekening. 117 Pasal 1 Angka 4 UUTD menyebutkan pengertian dana sebagai berikut. Dana adalah: a. Uang tunai yang diserahkan pengirim kepada penyelenggara penerima; b. Uang yang tersimpan dalam rekening pengirim pada penyelenggara penerima; c. Uang yang tersimpan dalam rekening penyelenggara penerima pada penyelenggara penerima lain; d. Uang yang tersimpan dalam rekening penerima pada penyelenggara penerima akhir; e. Uang yang tersimpan dalam rekening penyelenggara penerima yang dialokasikan untuk kepentingan penerima yang tidak mempunyai rekening pada penyelenggara tersebut; danatau f. Fasilitas cerukan overdraft atau fasilitas kredit yang diberikan penyelenggara kepada pengirim. Kemudian dalam Pasal 1 Angka 1 UUTD disebutkan bahwa transfer dana adalah rangkaian kegiatan yang dimulai dengan perintah dari pengirim asal yang bertujuan memindahkan sejumlah dana kepada penerima yang disebutkan dalam perintah transfer dana sampai dengan diterimanya dana oleh penerima. 116 Ressi Nata Sumanda, “Makalah Transfer Uang”, http:ressinatasumanda.blogspot.com201408makalah-transfer-uang.html diakses pada tanggal 14 Juni 2015. 117 Ibid. Dengan demikian, para pihak yang terlibat dalam transaksi transfer dana adalah sebagai berikut: 118 Pihak pengirim adalah pihak yang memintamemberi instruksi kepada bank untuk mengirim uang kepada penerima kiriman tersebut. Pihak pengirim uang ini bisa mereka yang sudah terlebih dahulu menjadi nasabah bank pengirim debit rekening, bisa juga mereka yang tidak atau belum menjadi nasabahnya penyetoran uang tunai. a. Pihak pengirim remiter, transferor 119 Pihak bank pengirim remitting bank merupakan bank di tempatnya pihak pengirim yang diinstruksikan oleh pihak pengirim untuk mengirimkan sejumlah uang ke alamat yang ditentukan ada kasus-kasus yang lain, bank pengirim ini dapat juga mengirim uang untuk kepentingan bank itu sendiri. b. Pihak bank pengirim remitting bank, transferor bank 120 Pihak Penerima beneficiary transferee adalah pihak yang kepadanya dikirim uang oleh pihak pengirim. Biasanya pihak penerima ini menerima uang tersebut karena adanya suatu transaksi dengan pihak pengirim, di mana uang tersebut sebagai pembayarannya. Akan tetapi, dapat saja pihak c. Pihak penerima beneficiary, transferee 118 Munir Fuady, Hukum Perbankan Modern Bandung: Citra Aditya Bakti, 2001, hlm.. 84. 119 Ibid. 120 Ibid. penerima adalah pihak pengirim sendiri tetapi dengan rekening yang berbeda dan mungkin dengan rekening di bank yang berbeda pula. 121 Pihak bank pembayar adalah bank yang akan membayar di kota lain ätau di tempat rekening pihak penerima. Bank inilah yang akan membayar kepada pihak penerima dengan cara yang sesuai dengan yang diinstruksikan oleh pihak pengirim dan bank pengirim. Pihak bank pembayar ini dapat berupa cabang bank dan pihak bank pengirim atau dapat juga merupakan bank lain sama sekali. d. Pihak bank pembayar paying bank 122 Adakalanya selain dari bank pengirim dan bank pembayar, terlibat juga bank lain yang disebut dengan bank pembayar kembali reimbursing bank. Bank pembayar kembali ini berfungsi sebagai penyedia dana yang akan diberikan kepada pihak bank pembayar atas instruksi dan pihak bank pengirim. e. Pihak bank pembayar kembali reimbursing bank 123 Hubungan dengan transfer dana ke luar negeri, akan lebih mudah jika di luar negeri tersebut terdapat cabang bank pengirim. Jika tidak ada cabang pengirim, maka bank devisa di Indonesia dapat mengirim uang ke luar negeri lewat bank lain yang merupakan korespondennya di sana. 124 121 Ibid. 122 Ibid., hlm. 85. 123 Ibid. 124 Ibid. 2. Transfer dana sebagai transaksi elektronik Telah dijelaskan sebelumnya bahwa transaksi elektronik adalah perbuatan hukum yang dilakukan dengan menggunakan komputer, jaringan komputer, danatau media elektronik lainnya. Penyelenggaraan transaksi elektronik dapat dilakukan dalam lingkup privat. Hal ini harus diikuti oleh itikad baik 125 dari para pihak yang melakukan interaksi danatau pertukaran selama berjalannya transaksi. Hal ini diatur secara jelas dalam Pasal 17 UU ITE. 126 Transaksi elektronik dapat dituangkan dalam kontrak elektronik, di mana apabila sebuah transaksi elektronik dituangkan dalam sebuah kontrak elektronik, maka kontrak tersebut akan mengikat para pihak. Transaksi elektronik dalam ruanh cyber dapat juga dituangkan dalam sebuah kontrak elektronik yang mengikat para pihak yang menyetujui kontrak tersebut. Di mana dalam kontrak tersebut para pihak dapat memilih kewenangan hukum untuk mengadili jika terjadi sengketa ataupun wanprestasi terhadap transaksi elektronik internasional yang dibuat. Perlu diperhatikan bahwa pilihan hukum dalam transaksi elektronik hanya dapat dilakukan jika dalam kontraknya terdapat unsur asing dan penerapannya harus sejalan dengan prinsip hukum perdata internasional. Dalam hal tidak ada pilihan hukum, penetapan hukum yang berlaku berdasarkan prinsip atau asas hukum perdata internasional yang akan ditetapkan sebagai hukum yang 125 Itikad baik merupakan bagian kewajiban hukum dalam pelaksanaan kontrak yang harus dipatuhi yang tertuang dalam Pasal 1338 Ayat 3 KUH Pdt. Terdapat dua makna itikad baik. Pertama sebagai perilaku yang patut dan layak antara dua belah pihak , kedua sebagai keadaan tidak mengetahui adanya cacat. Yahman, Op.Cit., hlm. 77. 126 O.C. Kaligis, Penerapan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik dalam Prakteknya Jakarta: Yarsif Watampone, 2012, hlm. 5. berlaku dalam kontrak tersebut, demikian juga jika para pihak tidak melakukan pilihan forum. Asas tersebut dikenal dengan asas tempat tinggal tergugat the basis of presence dan efektifitas yang menekankan pada tempat harta benda tergugat berada principle of effectiveness. 127 Pasal 19 UU ITE juga secara jelas mengatur bahwa para pihak yang melakukan transaksi elektronik harus menggunakan sistem elektronik yang diseepakati oleh para pihak yang membuat. Dalam hal ini, juga mencakup mengenai prosedur yang terdapat dalam sistem elektronik yang bersangkutan. Perlu diperhatikan dalam sebuah transaksi elektronik, transaksi tersebut terjadi pada saat penawaran transaksi yang dikirim oleh pengirim telah diterima dan disetujui penerima. Atau dengan kata lain, transaksi tersebut terjadi pada saat kesepakatan antara pihak, hal ini dapat berupa, antara lain pengecekan data, identitas, nomor identifikasi pribadi atau sandi password. Persetujuan atas penawaran transaksi elektronik harus dilakukan dengan pernyataan penerimaan secara elektronik. 128 Kemajuan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tersebut di atas telah memberikan kontribusi secara langsung terhadap perkembangan metode-metode transfer dana. Demikianlah, maka dengan perkembangan teknologi berupa telegram, teleks, telepon, komputer atau internet, telah ikut memperkaya secara langsung perkembangan transfer dana ini, dengan menggunakan teknologi-teknologi tersebut sebagai alat transfernya. 129 127 Ibid. 128 Ibid. 129 Ibid., hlm. 87. Perkembangan bentuk perintah transfer dana tersebut dijelaskan dalam Pasal 7 UUTD sebagai berikut : a. Perintah Transfer Dana dapat disampaikan secara tertulis atau elektronik. b. Perintah Transfer Dana sebagaimana dimaksud pada Ayat 1 dapat diberikan untuk satu kali pembayaran atau lebih. Hal ini selaras dengan sistem transfer dana di zaman modern ini dapat diklasifikasikan sebagai berikut: 130 1 Pengiriman via surat kantor pos atau mail transfermail order, yang antara lain dilakukan dengan : a. Jika digunakan sarana pengiriman sebagai kriteria Jika dilihat dan segi sarana pengirimannya, maka suatu transfer uang via bank dapat dibeda-bedakan sebagai berikut : 131 a Cek b Banker’s Draft c International Money Order d International Payment Order 2 Pengiriman via telegramelektronik. Dalam kelompok ini termasuk pengiriman melalui ; 132 a Telegraphic Transfer TT b GirobankPost Office c SWIFT 130 Ibid., hlm. 89. 131 Ibid. 132 Ibid. b. Jika digunakan keterlibatan dana bank sebagai kriteria Jika digunakan Keterlibatan Dana Bank, maka suatu transfer uang via bank dapat dibeda-bedakan sebagai berikut: 133 Jika digunakan pemakaian Sarana Teknologi sebagai kriteria, maka suatu transfer uang via bank dapat dibeda-bedakan sebagai berikut: 1 Credit Transfer 2 Debit Transfer c. Jika digunakan pemakaian sarana teknologi sebagai kriteria 134 1 Paper Based Transfer 2 Electronic Transfer d. Jika digunakan rute instruksi transfer dana sebagai kriteria Jika digunakan Rute lnstruksi Transfer Dana sebagai kriteria maka suatu transfer uang via bank dapat dibeda-bedakan sebagai berikut: 135 1 Transfer 1 satu bank 2 Transfer 2 dua bank 3 Transfer 3 tiga bank e. Jika digunakan lokasi pelaku pengiriman Jika dilihat dari lokasi pelaku pengiriman maka dapat diklasifikasikan sebagai berikut: 136 1 Transfer Internasional 2 Transfer Domestik 133 Ibid. 134 Ibid., hlm. 90. 135 Ibid. 136 Ibid. Model-model transfer dana seperti yang telah disebutkan di atas memiliki kekurangan khususnya dalam hal kemudahan dan biaya transaksi. Akan tetapi seiring dengan kemajuan teknologi yang diikuti pula oleh produk perbankan maka transaksi transfer dana pun semakin mudah. Hal ini dapat dilihat pada produk- produk e-banking dalam transaksi transfer dana. Meskipun transfer uang melalui mesin ATM dirasakan sudah cukup mudah, namun bank terus-menerus meningkatkan pelayanan terhadap nasabah melalui produk Mobile Banking selanjutnya disebut m-banking. Hal ini didasari oleh setiap orang yang menggunakan telepon seluler sebagai alat komunikasi yang merupakan kebutuhan pokok saat ini dan semakin canggihnya aplikasi yang terdapat dalam telepon seluler. 137 Pelaksanaan transaksi transfer dana melibatkan beberapa pihak, sehingga penerbitan perintah transfer dana dikembalikan kepada masing-masing pihak sebagai berikut : Aplikasi m-banking ini juga mempermudah dan mempercepat transaksi transfer dana. Karena itu, kegiatan usaha perbankan, dalam hal ini transaksi transfer dana dengan menggunakan telepon seluler merupakan salah satu kegiatan transaksi elektronik. B. Pelaksanaan Transaksi Transfer Dana Menurut Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2011 tentang Transfer Dana 138 137 Ibid. 138 Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2011 Tentang Transfer Dana, Bab II, Pasal 8 Ayat 1. 1. Penerbitan perintah transfer dana oleh pengirim asal Perintah transfer dana harus memuat sekurang-kurangnya informasi mengenai: 139 a. identitas pengirim asal, sekurang-kurangnya meliputi nama dan nomor rekening atau apabila pengirim asal tidak memiliki rekening pada penyelenggara pengirim asal, identitas tersebut meliputi sekurang- kurangnya nama dan alamat sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan. Identitas tersebut dapat diteruskan kepada penerima jika terdapat permintaan dari pengirim asal kepada penyelenggara pengirim asal untuk meneruskan informasi tersebut kepada penerima karena dalam hal perintah transfer dana pengirim asal boleh mencantumkan berita atau pesan 140 139 Ibid. 140 Yang dimaksud dengan “berita atau pesan” antara lain keterangan mengenai peruntukan dana yang ditransfer. Penjelasan Pasal 8 Ayat 6 UUTD di dalamnya yang kemudian harus disampaikan oleh penyelenggara pengirim asal. Apabila transfer dana dilaksanakan dari dan ke luar negeri maka pelaksanaannya tunduk pada PBI. b. identitas penerima, sekurang-kurangnya meliputi nama dan nomor rekening atau apabila penerima tidak memiliki rekening pada penyelenggara penerima akhir, identitas tersebut meliputi sekurang-kurangnya nama dan alamat sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. c. identitas penyelenggara penerima akhir yang dapat diantumkan dalam perintah transfer dana yang dananya dimaksudkan untuk diterima secara tunai oleh penerima. d. jumlah dana dan jenis mata uang yang ditransfer; e. tanggal perintah transfer dana; dan f. informasi lain yang menurut peraturan perundang-undangan 141 Pengirim asal wajib mengisi informasi secara lengkap kecuali untuk perintah transfer dana yang dananya dimaksudkan untuk diterima secara tunai oleh penerima. Apabila pengirim asal tidak melaksanakan kewajibannya maka penyelenggara pengirim asal berhak untuk tidak melaksanakan perintah transfer dana yang wajib pula diberitahukan kepada pengirim asal alasan pembatalannya paling lambat pada hari kerja berikutnya setelah tanggal diterimanya perintah transfer dana dari pengirim asal. Jangka waktu pemberitahuan tersebut dapat dikecualikan berdasarkan kesepakatan antara penyelenggara pengirim asal dan pengirim asal karena pengirim asal dapat mencantumkan tanggal pelaksanaan dalam perintah transfer dana berdasarkan kesepakatan dengan penyelenggara pengirim asal. Akan tetapi kesepakatan tersebut dapat terjadi hanya apabila penyelenggara pengirim asal menyediakan fasilitas perintah transfer dana titipan yang pelaksanaannya dilakukan kemudian. yang terkait dengan transfer dana wajib diacantumkan dalam perintah transfer dana. 142 Dalam hal tanggal pelaksanaan telah disepakati , penyelenggara pengirim asal melaksanakan perintah transfer dana pada tanggal pelaksanaan. 143 141 Yang dimaksud dengan “peraturan perundang-undangan yang terkait dengan transfer dana” antara lain ketentuan yang mengatur mengenai tindak pidana pencucian uang dan prinsip mengenai nasabah. Penjelasan Pasal 8 Ayat 1 huruf f UUTD. 142 Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2011 Tentang Transfer Dana , Bab III, Pasal 9. 143 Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2011 Tentang Transfer Dana, Bab III, Pasal 10. Pengirim asal berhak mendapatkan informasi dari penyelenggara pengirim asal mengenai perkiraan jangka waktu pelaksanaan transfer dana. Jangka waktu yang diberikan sesuai dengan praktik yang umum yang berlaku di dalam kegiatan transfer dana dan perkiraan lamanya waktu tersebut tidak mengikat penyelenggara pengirim asal. 144 Pengirim asal dalam perintah transfer dana dapat mencantumkan tanggal pembayaran sepanjang tidak ditentukan lebih awal dari tanggal diterimanya perintah transfer dana oleh penyelenggara penerima akhir. Apabila hal tersebut disetujui, maka penyelenggara pengirim asal menjamin dana dapat dibayarkan kepada penerima sesuai dengan tanggal pembayaran yang tercantum dalam perintah transfer dana. Apabila tanggal pembayaran tersebut jatuh pada hari libur, maka tanggal pembayaran perintah transfer dana menjadi tanggal hari kerja berikutnya. 145 Kemudian perintah transfer dana dianggap telah diterbitkan oleh pengirim asal apabila perintah transfer dana telah dikirim oleh pengirim asal dan diterima oleh penyelenggara pengirim asal. 146 Penyelenggara pengirim asal melaksanakan perintah transfer dana sesuai dengan isi perintah transfer dana yang diterima dari pengirim asal dengan memperhatikan undang-undang ini dan peraturan perundang-undangan lain 2. Pelaksanaan perintah transfer dana oleh penyelenggara pengirim a. Pelaksanaan perintah transfer dana oleh bank pengirim asal. 147 144 Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2011 Tentang Transfer Dana, Bab III, Pasal 11. 145 Republik Indonesia,Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2011 Tentang Transfer Dana, Bab II, Bagian Kesatu, Pasal 12 Ayat 3. 146 Republik Indonesia,Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2011 Tentang Transfer Dana, Bab II, Bagian Kesatu, Pasal 13. 147 Yang dimaksud dengan ”peraturan perundang-undangan lain” antara lain peraturan yang mengatur mengenai tindak pidana pencucian uang. Penjelasan Pasal 14 Ayat 1 UUTD. dan wajib memperhatikan perjanjian antara pengirim asal dan penyelenggara pengirim asal. 148 Penyelenggara pengirim asal dapat melakukan pengaksepan terhadap perintah transfer dana apabila memenuhi persyaratan: Dalam hal dana yang akan ditransfer berasal dari setoran tunai, penyelenggara pengirim asal dapat meneliti kewenangan pengirim asal atas dana yang akan ditransfer, kecuali diwajibkan dalam peraturan perundang-undangan. 149 2 Tersedia dana yang cukup 1 Perintah transfer dana memuat informasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 Ayat 1, kecuali informasi identitas penyelenggara penerima akhir bagi transfer dana diserahkan secara tunai; 150 4 Perintah transfer dana telah memenuhi peraturan perundang-undangan yang terkait dengan transfer dana. dari pengirim asal; 3 Penyelenggara pengirim asal telah melakukan autentikasi; dan 151 Penyelenggara pengirim asal hanya dapat menolak melakukan pengaksepan perintah transfer dana atas dasar alasan yang wajar. 152 148 Yang dimaksud dengan “perjanjian antara pengirim asal dan penyelenggara pengirim asal” antara lain berupa perjanjian pengiriman uang. Penjelasan Pasal 14 Ayat 2 UUTD. 149 Republik Indonesia,Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2011 Tentang Transfer Dana, Bab II, Bagian Kedua, Paragraf 1, Pasal 15 Ayat 1. 150 Yang dimaksud dengan “tersedia dana yang cukup” adalah dana dalam jumlah yang cukup untuk melaksanakan perintah transfer dana yang telah disetorkan secara tunai oleh pengirim asal atau telah tersedia dalam rekening pengirim asal di penyelenggara pengirim asal, termasuk fasilitas cerukan atau kredit lain.Penjelasan Pasal 15 Ayat 1 huruf b. 151 Yang dimaksud dengan “peraturan perundang-undangan yang terkait dengan transfer dana” antara lain peraturan mengenai pembatasan transaksi rupiah dan valuta asing.Penjelasan Pasal 15 Ayat 1 huruf d. Apabila 152 Dalam ketentuan ini alasan yang wajar untuk menolak melakukan pengaksepan perintah transfer dana antara lain penyelenggara pengirim asal tidak sanggup melaksanakan perintah transfer dana sesuai dengan tanggal pembayaran atau penyelenggara pengirim asal tidak dapat menggunakan jasa penyelenggara penerus yang telah ditunjuk oleh pengirim asal. Republik penyelenggara pengirim asal melakukan pengaksepan, pengaksepan tersebut wajib dilakukan dengan segera pada tanggal yang sama dengan tanggal diterimanya perintah transfer dana dari pengirim asal. Penyimpangan terhadap waktu pengaksepan tersebut hanya dapat dilakukan apabila terdapat : 153 Apabila persyaratan pengaksepan tersebut sudah terpenuhi, penyelenggara pengirim asal dianggap telah melakukan pengaksepan jika melakukan kegiatan sebagai berikut : 1 alasan yang wajar dan paling lambat dilakukan pada hari kerja berikutnya setelah diterimanya perintah transfer dana; atau 2 kesepakatan tentang waktu pengaksepan antara penyelenggara pengirim asal dan pengirim asal yang terekam danatau tercatat dalam administrasi penyelenggara pengirim asal. 154 3 menyampaikan pemberitahuan pengaksepan kepada pengirim asal melalui media yang disepakati antara pengirim asal dan penyelenggara pengirim asal. 1 melakukan pendebitan rekening pengirim asal; 2 menerbitkan perintah transfer dana yang dimaksudkan untuk melaksanakan perintah transfer dana yang diterima dari pengirim asal; Indonesia,Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2011 Tentang Transfer Dana, Bab II, Bagian Kedua,Paragraf 1, Pasal 15 Ayat 2. 153 Republik Indonesia,Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2011 Tentang Transfer Dana, Bab II, Bagian Kedua Paragraf 1, Pasal 16. 154 Republik Indonesia,Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2011 Tentang Transfer Dana, Bab II, Bagian Kedua, Paragraf 1, Pasal 17 Ayat 1. Penyelenggara pengirim asal dianggap telah melakukan pengaksepan apabila telah menerima perintah transfer dana dan tidak memberikan penolakan dalam waktu 1 satu hari kerja berikutnya setelah tanggal perintah transfer dana diterima. Apabila penyelenggara pengirim asal melakukan lebih dari satu kegiatan, maka saat pengaksepan terhitung sejak kegiatan pengaksepan yang dilakukan lebih dahulu. Pelaksanaan pendebitan rekening wajib dilakukan pada tanggal yang sama dengan tanggal penerbitan perintah transfer dana oleh penyelenggara pengirim asal. Apabila pelaksanaan pendebitan rekening pengirim asal oleh penyelenggara pengirim asal dilakukan lebih awal dari tanggal penerbitan perintah transfer dana, penyelenggara pengirim asal wajib membayar jasa, bunga, atau kompensasi kepada pengirim asal terhitung sejak tanggal pendebitan rekening pengirim asal sampai dengan tanggal penerbitan perintah transfer dana. 155 Perintah transfer dana yang dimaksud dalam Pasal 17 Ayat 1 huruf b telah diterbitkan apabila perintah transfer dana telah dikirim oleh penyelenggara pengirim asal kepada penyelenggara penerima dan telah diterima oleh penyelenggara penerima, baik secara langsung maupun melalui sistem transfer dana. 156 155 Dalam ketentuan ini kewajiban pembayaran jasa, bunga, atau kompensasi dimaksudkan untuk menegaskan hak pengirim asal yang rekeningnya telah didebit oleh penyelenggara pengirim asal, sementara penyelenggara pengirim asal belum menerbitkan perintah transfer dana kepada penyelenggara penerima. Penjelasan Pasal 17 Ayat 5 UUTD. 156 Republik Indonesia,Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2011 Tentang Transfer Dana, Bab II, Bagian Kedua, Paragraf 1, Pasal 18. Akan tetapi penyelenggara pengirim asal dapat pula menolak melakukan pengaksepan berdasarkan alasn yang wajar dan dilakukan paling lambat hari kerja berikutnya setelah tanggal diterimanya perintah transfer dana dari pengirim asal, kecuali diperjanjikan lain. Penolakan tersebut wajib diberitahukan oleh penyelenggara pengirim asal beserta alasnnya kepada pengirim asal pada tanggal yang sama dengan tanggal penolakan pengaksepan. Apabila penyelenggara pengirim asal tidak melaksanakan perintah transfer dana setelah melakukan pengaksepan, penyelenggara pengirim asal wajib membayar jasa, bunga, atau kompensasi kepada pengirim asal yang dihitung sejak tanggal pengaksepan sampai dengan tanggal pengembalian dana. 157 Penyelenggara pengirim asal yang telah melakukan pengaksepan perintah transfer dana bertanggung jawab kepada pengirim asal atas terlaksananya perintah transfer dana sampai dengan pengaksepan oleh penyelenggara penerima akhir sesuai dengan ketentuan dalam undang-undang ini dan peraturan pelaksanaannya. Ketentuan ini dimaksudkan untuk membatasi tanggung jawab penyelenggara pengirim asal sehingga penyelenggara pengirim asal tidak dibebani tanggung jawab di luar ketentuan yang telah diatur dalam undang-undang ini dan peraturan pelaksanaannya. 158 Penyelenggara pengirim asal yang telah melakukan pengaksepan perintah transfer dana tetap bertanggung jawab melaksanakan perintah transfer dana walaupun terjadi keadaan sebagai berikut : 159 1 bencana alam, keadaan bahaya, huru-hara, konflik bersenjata, danatau keadaan darurat lain yang ditertapkan oleh pemerintah yang terjadi di 157 Republik Indonesia,Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2011 Tentang Transfer Dana, Bab II, Bagian Kedua, Paragraf 1, Pasal 19. 158 Republik Indonesia,Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2011 Tentang Transfer Dana, Bab II, Bagian Kedua, Paragraf 1, Pasal 20. 159 Republik Indonesia,Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2011 Tentang Transfer Dana, Bab II, Bagian Kedua, Paragraf 1, Pasal 21 Ayat 1. daerah atau lokasi penyelenggara pengirim asal yang sedang melaksanakan perintah transfer dana; 2 kerusakan pada sistem infrastruktur elektronik atau nonelektronik yang berpengaruh langsung terhadap pelaksanaan perintah transfer dana yang tidak dapat dikontrol oleh penyelenggara pengirim asal; 3 kegagalan sistem kliring atau sistem transfer dana; atau 4 hal lain yang ditetapkan oleh BI. 160 Penyelenggara pengirim asal yang tidak melakukan perintah transfer dana dalam keadaan seperti yang disebutkan diatas padahal telah dilakukan pengaksepan tetap berkewajiban membayar jasa, bunga, atau kompensasi kepada pengirim asal atas dana yang seharusnya ditransfer. 161 Dalam keadaan seperti yang disebutkan di atas penyelenggara pengirim asal harus memberitahukan dan melakukan tindak lanjut penanganan perintah transfer dana kepada pengirim asal. 162 Pemberitahuan tersebut dapat dilakukan melalui surat atau sarana tertulis lain kepada pengirim asal atau media cetak. Dalam hal pemberitahuan tersebut dilakukan melalui media cetak, pemberitahuan tersebut sekurang-kurangnya harus dimuat dalam satu media cetak yang mempunyai oplah terbesar di setiap wilayah tempat penyelenggara danatau kantor penyelenggara yang tidak dapat beroperasi tersebut berada. 163 160 Yang dimaksud dengan “hal lain yang ditetapkan oleh BI” antara lain keputusan BI mengenai penghentian sementara penyelenggara pengirim asal dari kegiatan kliring atau kegiatan sistem transfer dana lain. Penjelasan Pasal 21 Ayat 1 huruf d. 161 Republik Indonesia,Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2011 Tentang Transfer Dana, Bab II, Bagian Kedua, Paragraf 1, Pasal 21 Ayat 2. 162 Republik Indonesia,Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2011 Tentang Transfer Dana, Bab II, Bagian Kedua, Paragraf 1, Pasal 22. 163 Penjelasan Pasal 22 UUTD. Pelaksanaan perintah transfer dana tidak dilanjutkan oleh penyelenggara pengirim asal jika terdapat perintah, penetapan, putusan, atau keputusan dari pihak yang berwenang dari negara asal atau negara tertuju yang melarang pelaksanaan perintah transfer dana 164 dan dana transfer diperlakukan sesuai dengan perintah, penetapan, putusan, atau keputusan dari pihak yang berwenang tersebut. 165 Dalam keadaan seperti ini, penyelenggara pengirim asal harus memberitahukannya kepada pengirim asal pada hari yang sama atau paling lambat pada hari kerja berikutnya. 166 Penyelenggara pengirim asal dalam melaksanakan perintah transfer dana dapat menggunakan jasa penyelenggara penerus. 167 Dalam hal penggunaan jasa penyelenggara penerus ditetapkan oleh penyelenggara pengirim asal dan penyelenggara penerus tidak dapat melaksanakan perintah transfer dana karena dibekukan kegiatan usaha atau dicabut izin usaha atau dinyatakan pailit, penyelenggara pengirim asal wajib menerbitkan perintah transfer dana baru atas beban penyelenggara pengirim asal tanpa menunggu pengembalian dana dari penyelenggara penerus yang dibekukan kegiatan usaha atau dicabut izin usaha atau dinyatakan pailit. 168 164 Perintah, penetapan, putusan, atau keputusan, dari pihak yang berwenang dari suatu negara yang melarang pelaksanaan perintah transfer dana antara lain dalam kaitannya dengan tindak pidana pencucian uang. Penjelasan Pasal 23 Ayat 1 UUTD. 165 Republik Indonesia,Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2011 Tentang Transfer Dana, Bab II, Bagian Kedua, Paragraf 1, Pasal 23. 166 Republik Indonesia,Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2011 Tentang Transfer Dana, Bab II, Bagian Kedua, Paragraf 1, Pasal 24. 167 Republik Indonesia,Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2011 Tentang Transfer Dana, Bab II, Bagian Kedua, Paragraf 1, Pasal 25. 168 Republik Indonesia,Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2011 Tentang Transfer Dana, Bab II, Bagian Kedua, Paragraf 1, Pasal 26. Kewajiban penerbitan perintah transfer dana baru merupakan konsekuensi dari tanggung jawab yang timbul dari hubungan hukum antara penyelenggara pengirim asal dan pengirim asal untuk mengirimkan dana kepada penerima sesuai dengan perintah transfer dana dari pengirim asal. 169 Ketentuan mengenai tata cara pembayaran, penghitungan jangka waktu, dan besarnya jasa, bunga, atau kompensasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 Ayat 5, Pasal 19 Ayat 3, dan Pasal 21 Ayat 2 serta tata cara pemberitahuan dan penanganan perintah transfer dana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 dan Pasal 24 diatur dalam Peraturan Bank Indonesia. 170 Ketentuan yang diatur dalam hal pelaksanaan perintah transfer dana dan pelaksanaan atau penolakan pengaksepan perintah transfer dana oleh penyelenggara penerus seperti disebutkan pada Pasal 14 sampai Pasal 27 undang- undang ini juga berlaku dalam pelaksanaan perintah oleh penyelenggara penerus dengan penyesuaian penyebutan pengirim asal menjadi penyelenggara pengirim asal atau penyelenggara penerus sebelumnya b. Pelaksanaan perintah transfer dana oleh penyelenggara penerus 171 kecuali ditentukan lain dalam paragraf khusus mengenai pelaksanaan ini. 172 Penyelenggara penerus melaksanakan perintah transfer dana jika telah tersedia dana yang cukup pada salah satu rekening sebagai berikut: 173 169 Penjelasan Pasal 26 UUTD 170 Republik Indonesia,Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2011 Tentang Transfer Dana, Bab II, Bagian Kedua, Paragraf 1, Pasal 27. 171 Penyesuaian penyebutan pengirim asal menjadi penyelenggara penerus sebelumnya diperlukan apabila penyelenggara pengirim asal menggunakan lebih dari satu penyelenggara penerus. Penjelasan Pasal 28 UUTD. 172 Republik Indonesia,Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2011 Tentang Transfer Dana, Bab II, Bagian Kedua, Paragraf 2, Pasal 28. 173 Republik Indonesia,Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2011 Tentang Transfer Dana, Bab II, Bagian Kedua, Paragraf 2, Pasal 29. 1 rekening penyelenggara penerus di penyelenggara pengirim; 2 rekening penyelenggara pengirim di penyelenggara penerus; 3 rekening penyelenggara penerus di penyelenggara lain; 174 Apabila penyelenggara penerus menerima perintah transfer dana tidak pada tanggal yang sama dengan tanggal diterimanya dana pada rekening seperti dimaksud diatas, dengan memperhatikan ketentuan Pasal 16 dan Pasal 17, pengaksepan perintah transfer dana dilaksanakan oleh penyelenggara penerus tanggal yang lebih akhir di antara kedua tanggal tersebut. 4 rekening penyelenggara penerus di bank sentral. 175 Penggunaan tanggal yang lebih akhir dimaksudkan agar penyelenggara penerus telah memiliki informasi yang cukup untuk meneruskan perintah transfer dana dan telah menerima dana untuk ditransfer. Penyelenggara penerus yang telah melakukan pengaksepan perintah transfer dana bertanggung jawab kepada penyelenggara pengirim sebelumnya atas terlaksananya perintah transfer dana sampai dengan pengaksepan oleh penyelenggara penerima akhir sesuai dengan ketentuan dalam undang-undang ini dan peraturan pelaksanaannya. 176 Pembatasan tanggung jawab penyelenggara penerus dimaksudkan agar penyelenggara penerus tidak dibebani tanggung jawab di luar ketentuan yang telah diatur dalam undang-undang ini dan peraturan pelaksanaannya. 177 174 Yang dimaksud dengan “Penyelenggara lain” adalah penyelenggara selain bank sentral yang memelihara rekening penyelenggara penerus. Penjelasan Pasal 29 huruf c UUTD. 175 Republik Indonesia,Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2011 Tentang Transfer Dana, Bab II, Bagian Kedua, Paragraf 2, Pasal 30. 176 Republik Indonesia,Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2011 Tentang Transfer Dana, Bab II, Bagian Kedua, Paragraf 2, Pasal 31. 177 Penjelasan Pasal 31 UUTD. c. Pelaksanaan perintah transfer dana oleh penyelenggara penerima akhir Pelaksanaan perintah transfer dana dan pelaksanaan atau penolakan pengaksepan perintah transfer dana oleh penyelenggara penerima akhir dilakukan sesuai dengan pelaksanaan perintah transfer dana dan pelaksanaan atau penolakan pengaksepan perintah transfer dana oleh penyelenggara pengirim asal sesuai Pasal 14 sampai Pasal 27 dengan penyesuaian penyebutan pengirim asal menjadi penyelenggara pengirim atau penyelenggara penerus 178 kecuali ditentukan lain oleh undang-undang ini. 179 Penyelenggara penerima akhir melaksanakan perintah transfer dana jika telah tersedia dana yang cukup pada salah satu rekening sebagai berikut: 180 3 rekening penyelenggara penerima akhir di penyelenggara lain; 1 rekening penyelenggara penerima akhir di penyelenggara pengirim; 2 rekening penyelenggara pengirim di penyelenggara penerima akhir; 181 Apabila penyelenggara penerima akhir menerima perintah transfer dana tidak pada tanggal yang sama dengan tanggal diterimanya dana pada rekening seperti dimaksud dalam Pasal 33, dengan memperhatikan ketentuan Pasal 16 dan Pasal 17 , perintah pengaksepan transfer dana dilaksanakan oleh atau 4 rekening penyelenggara penerima akhir di bank sentral. 178 Yang dimaksud dengan “penyesuaian penyebutan pengirim asal menjadi penyelenggara pengirim asal atau penyelenggara penerus” adalah perubahan posisi para pihak, yaitu penyelenggara pengirim asal atau penyelenggara penerus berposisi sebagai pengirim asal. Penjelasan Pasal 32 UUTD. 179 Republik Indonesia,Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2011 Tentang Transfer Dana, Bab II, Bagian Ketiga, Pasal 32. 180 Republik Indonesia,Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2011 Tentang Transfer Dana, Bab II, Bagian Ketiga, Pasal 33. 181 Yang dimaksud dengan “penyelenggara lain” adalah penyelenggara selain bank sentral yang memelihara rekening penyelenggara penerima akhir. Penjelasan Pasal 33 huruf c UUTD. penyelenggara penerima akhir pada tanggal yang lebih akhir diantara kedua tanggal tersebut. Dalam hal perintah mencantumkan tanggal pembayaran dan tanggal pembayaran tersebut lebih akhir dari tanggal pengaksepan, nilai dana yang dibayarkan dihitung sesuai dengan tanggal valuta pada saat pengaksepan. 182 Hal ini disebabkan kewajiban penyelenggara muncul pada saat penyelenggara melakukan pengaksepan. Penyelenggara penerima akhir yang telah melakukan pengaksepan perintah transfer dana bertanggung jawab kepada penyelenggara pengirim sebelumnya atas terlaksananya perintah transfer dana untuk kepentingan penerima sesuai dengan ketentuan dalam undang-undang ini dan peraturan pelaksanaannya. 183 Pengaksepan perintah transfer dana oleh penyelenggara penerima akhir wajib dilakukan dengan segera pada tanggal yang sama dengan tanggal diterimanya perintah transfer dana dari penyelenggara pengirim sebelumnya. 184 Penyelenggara penerima akhir telah melakukan pengaksepan perintah transfer dana dari penyelenggara pengirim sebelumnya apabila telah melakukan kegiatan sebagai berikut : 185 182 Republik Indonesia,Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2011 Tentang Transfer Dana, Bab II, Bagian Ketiga, Pasal 34. 183 Terlaksananya perintah transfer dana untuk kepentingan penerima ditandai dengan dilakukannya salah satu kegiatan pengaksepan oleh penyelenggara penerima akhir sebagaimana diatur dalam UU inidan peraturan pelaksanaannya. Ketentuan ini dimaksudkan untuk membatasi tanggung jawab penyelenggara penerima akhir sehingga penyelenggara penerima akhir tidak dibebani tanggung jawab di luar ketentuan yang telah diatur dalam UU ini dan peraturan pelaksanaannya. Penjelasan Pasal 35 UUTD. 184 Republik Indonesia,Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2011 Tentang Transfer Dana, Bab II, Bagian Ketiga, Pasal 36 Ayat 1. 185 Republik Indonesia,Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2011 Tentang Transfer Dana, Bab II, Bagian Ketiga, Pasal 36 Ayat 2. 1 menyampaikan pemberitahuan pengaksepan kepada penyelenggara pengirim sebelumnya; 2 melakukan pendebitan rekening penyelenggara pengirim sebelumnya pada penyelenggara penerima akhir; 3 mengalokasikan dana untuk kepentingan penerima; 186 Apabila penyelenggara penerima akhir melakukan lebih dari satu kegiatan seperti disebutkan diatas, saat pengaksepan terhitung sejak dilakukan pengaksepan yang lebih dahulu terjadi. 4 menerima perintah transfer dana dari penyelenggara pengirim sebelumnya dan antarapenyelenggara penerima akhir dan penye lenggara pengirim tersebut telah terdapat perjanjian bahwa setiap perintah transfer dana yang diterima dari penyelenggara pengirim akan dilaksanakan oleh penyelenggara penerima akhir; 5 mengkredit rekening penerima pada penyelenggara penerima akhir; atau 6 mengirimkan pemberitahuan kepada penerima bahwa penerima mempunyai hak untuk mengambil dana hasil transfer. 187 186 Yang dimaksud dengan “mengalokasikan dana untuk kepentingan penerima” adalah menyediakan dana pada rekening tertentu di penyelenggara penerima akhir untuk dibayarkan secara tunai kepada penerima. Penjelasan Pasal 36 Ayat 2 huruf c UUTD. 187 Republik Indonesia,Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2011 Tentang Transfer Dana, Bab II, Bagian Ketiga, Pasal 36 Ayat 3. Penyelenggara penerima akhir dianggap telah melakukan pengaksepan apabila penyelenggara penerima akhir tidak melakukan salah satu kegiatan seperti disebutkan di atas pada hari kerja berikutnya setelah tanggal diterimanya perintah transfer dana dan dana dari penyelenggara pengirim sebelumnya. 188 Ketentuan ini dapat dikecualikan jika terdapat kesepakatan antara penyelenggara penerima akhir dan penyelenggara pengirim asal atau penyelenggara penerus tentang waktu pengaksepan yang terekan danatau tercatat dalam administrasi penyelenggara penerima akhir. 189 Apabila penyelenggara penerima akhir dibekukan kegiatan usahanya atau dicabut izin usaha atau dinyatakan pailit sebelum melakukan salah satu kegiatan pengaksepan seperti yang dijelaskan sebelumnya, tetapi perintah transfer dana dan dananya telah diterima oleh penyelenggara penerima akhir dan tidak terdapat kekeliruan transfer dari penyelenggara pengirim, penyelenggara penerima akhir dianggap telah melakukan pengaksepan atas perintah transfer dana. 190 Dana hasil transfer yang harus diambil secara tunai oleh penerima, tapi belum diambil dalam jangka waktu tetentu setelah pemberitahuan seperti tercantum dalam Pasal 36 Ayat 2 huruf f, penyelenggara penerima akhir memberitahukan kembali sebanyak 2 dua kali kepada penerima dalam jangka waktu yang wajar. Setelah diberitahukan sebanyak 3 tiga kali tidak diambil oleh penerima, dana tersebut dikembalikan kepada penyelenggara pengirim asal untuk diserahkan kembali kepada pengirim asal. Apabila pengirim asal tidak diketahui keberadaannya dalam waktu 90 Sembilan puluh hari, dana hasil transfer tersebut 188 Republik Indonesia,Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2011 Tentang Transfer Dana, Bab II, Bagian Ketiga, Pasal 36 Ayat 4. 189 Republik Indonesia,Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2011 Tentang Transfer Dana, Bab II, Bagian Ketiga, Pasal 36 Ayat 5. 190 Republik Indonesia,Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2011 Tentang Transfer Dana, Bab II, Bagian Ketiga, Pasal 36 Ayat 6. diserahkan oleh penyelenggara pengirim asal kepada Balai Harta Peninggalan sesuai dengan peraturan perundang-undangan. 191 Penyelenggara penerima akhir dapat menolak melakukan pengaksepan berdasarkan alasan yang wajar dan dilakukan paling lambat pada hari kerja berikutnya setelah tanggal diterimanya perintah transfer dana dari penyelenggara pengirim sebelumnya, kecuali diperjanjikan lain. 192 Alasan yang wajar untuk menolak melakukan pengaksepan perintah transfer dana antara lain : 193 Penolakan beserta alasannya diberitahukan kepada penyelenggara pengirim sebelumnya pada tanggal yang sama dengan tanggal penolakan pengaksepan. 1 perintah transfer dana bertentangan dengan peraturan perundang- undangan; 2 penyelenggara penerima akhir tidak dapat melaksanakan perintah transfer dana sesuai dengan tanggal pembayaran; 3 terdapat perbedaan nomor rekening dan nama rekening penerima; 4 perintah transfer dana diterima oleh penyelenggara penerima akhir mendekati berakhirnya jam operasional penyelenggara penerima akhir sehingga tidak memungkinkan penyelenggara penerima akhir untuk melaksanakn perintah transfer dana pada hari yang sama. 194 191 Republik Indonesia,Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2011 Tentang Transfer Dana, Bab II, Bagian Ketiga, Pasal 37. 192 Republik Indonesia,Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2011 Tentang Transfer Dana, Bab II, Bagian Ketiga, Pasal 38 Ayat 1. 193 Penjelasan Pasal 38 Ayat 1 UUTD. 194 Republik Indonesia,Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2011 Tentang Transfer Dana, Bab II, Bagian Ketiga, Pasal 38 Ayat 2. Pemberitahuan pada tanggal yang sama tidak berlaku jika terdapat informasi yang cukup mengenai identitas penyelenggara pengirim sebelumnya. 195 Apabila penyelenggara penerima akhir tidak melaksanakan perintah transfer dana setelah melakukan pengaksepan, penyelenggara penerima akhir wajib membayar jasa, bunga, atau kompensasi oleh penyelenggara pengirim sebelumnya untuk diteruskan kepada pengirim asal. 196 Kewajiban pembayaran tersebut dikecualikan jika penyelenggara penerima akhir tidak melaksanakan perintah transfer dana karena perintah UU. 197 Ketentuan mengenai tata cara pengaksepan dan penetapan jangka waktu pengambilan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 dan Pasal 37 serta tata cara pembayaran, perhitungan jangka waktu, dan besarnya jasa, bunga, atau kompensasi seperti disebutkan dalam Pasal 38 Ayat 4 diatur dalam Peraturan Bank Indonesia. 198 Seperti yang telah dipaparkan sebelumnya bahwa kemajuan di bidang teknologi diikuti oleh kegiatan usaha perbankan, termasuk dalam kegiatan Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa pelaksanaan transaksi transfer dana di dalam UUTD sudah diatur secara jelas mulai dari pengirim sampai diterimanya dana oleh penerima.

C. Transaksi Transfer Dana dengan Menggunakan Telepon Seluler Menurut Hukum Positif