4. Strategi Dakwah
Bicara mengenai strategi dakwah sangat erat kaitannya dengan managemen. Karna orientasi kedua term atau istilah tersebut sama-sama
mengarah pada sebuah keberhasilan planning yang sudah ditetapkan oleh individu maupun oraganisasi. Pengertian managemen strategi adalah suatu proses kegiatan
managerial yang berdasar dan menyeluruh dalam mendayagunakan sumber daya organisasi untuk mencapai tujuan organisasi sesuai dengan misi dan visi yang
telah ditentukan. Sedangkan pengertian dakwah sebagaimana dijelaskan terdahulu secara
singkat adalah upaya yang dilakukan individu maupun kelompok kolektif, lembaga, organisasi. Dalam merealisasikan ajaran Islam di tengah-tengah
manusia melalui metode-metode tertentu dengan tujuan agar terciptanya kepribadian dan masyarakat yang menerapkan ajaran Islam secara utuh kaffah
dalam mendapatkan kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat. Oleh karena itu, dakwah sebagai proses kegiatan yang universal dan tidak
hanya sekedar bentuk kegiatan ritual keagamaan, tetapi meliputi segala aktivitas hidup manusia, bahkan dakwah juga dituntut untuk dapat menjadi problem
solving bagi persoalan-persoalan yang berkembang di masyarakat, juga
mengadopsi istilah managemen dan strategi untuk menjelaskan rangkaian kegiatan dakwah yang dapat membantu pencapaian tujuan dakwah itu sendiri.
Memperhatikan definisi tentang managemen strategi dan dakwah sebagaimana telah diuraikan di muka, maka dapat kita pahami bahwa pengertian
managemen strategi dakwah adalah suatu proses managerial yang berdasar dan menyeluruh dalam mendayagunakan sumber daya dakwah untuk mencapai tujuan
dakwah sesuai dengan misi dan visi dakwah yang telah ditetapkan dengan mempertimbangkan segala kemampuan, kelemahan, kesempatan, dan ancaman
yang ada, baik dari factor sumber daya internal maupun lingkungan eksternal. Dakwah yang berfungsi sebgai aktivitas untuk membumikan Islam sebagai
agama yang universal, sempurna, dan komprehensif, senantiasa dihadapkan pada masalah-masalah yang internal dan eksternal yang berhubungan dengan seluruh
aspek kehidupan manusia. Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa dalam pelaksanaan dakwah sering dijumpai adanya kekuranngan, kesalahan,
kejanggalan, dan kendala dalam komponen-komponen dakwah, seperti: da’i yang kurang menguasai materi, objek, media dakwah, materi yang tidak sesuai dengan
objek dakwah, terbatasnya dana, kurang tepatnya penggunaan metode dakwah, minimnya perencanaan dan koordinasi dalam pengelolaan maupun pelaksanaan
dakwah, dan lain sebagainya.
38
Sebab itu, setiap pelaksana dakwah harus selalu sadar dan waspada terhadap perkembangan yang terjadi di masyarakat dewasa ini sehingga ia lebih
sensitif dan peka terhadap lingkungan sekitar. Pelaksanaan dakwah yang meliputi kegiatan yang begitu kompleks, hanya akan berjalan efektif dan efesien bila
dilaksanakan oleh tenaga-tenaga pelaksana yang secara kualitatif dan kuantitatif
38
Rafiuddin dan Maman Abd. Jalil, “Prinsip dan Strategi Dakwah,” Bandung: Pustaka Setia, 1997, Cet. Ke- 1, h. 43.
mampu melaksanakan tugasnya dapat diorganisir dan dikombinasikan sedemikian rupa dengan unsur-unsur lain yang diperlukan.
39
Ini berarti bahwa tenaga-tenaga pelaksana dakwah yang bermacam-macam kemampuannya itu haruslah disusun dan diatur dengan sebaik-baiknya, sehingga
dalam menjalankan kegiatan dakwah mereka merupakan satu-kesatuan dan kebulatan dalam misi dan visi. Demikian pula unsur-unsur lain yang diperlukan
dalam proses dakwah harus dapat dihimpun dan diatur penggunaannya sesuai keperluan dalam rangka pencapaian tujuan dakwah.
40
Menjalankan aktivitas dakwah memang memerlukan persiapan yang matang, hanya saja seorang da’i sebagai opinion leadher harus memiliki kapasitas
yang mumpuni untuk mendompang aktivitas dakwah yang ia jalani. Menurut Asmuni Sukri yang beliau kutip dari Prof. Dr. Hamka, menyatakan bahwa:
41
“Jayanya atau suksesnya suatu dakwah memang sangat bergantung kepada pribadi dari pembawa dakwah itu sendiri, yang sekarang lebih popular kita sebut dengan da’i.”
Seperti yang telah dikemukakan sebelumnya, bahwa strategi dakwah adalah merupakan metode, siasat, taktik atau manuver yang dipergunakan dalam aktivitas
atau kegiatan dakwah, yang peranannya sangat menentukan sekali dalam proses pencapaian tujuan dakwah.
39
Abd. Rasyad Shaleh, “Managemen Dakwah Islam,” Jakarta: Bintang Bulan, 1993, Cet. Ke-3, h. 33.
40
Abd. Rasyad Shaleh, “Managemen Dakwah Islam,” h. 33.
41
Asmuni Sukir, “Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam,” Surabaya: Al-Ikhlas, 1983, h. 34.
Guna optimalisasi strategi dakwah dalam memenuhi target dan tujuan, maka Asmuni Sukir berpendapat operasionalisasi dakwah harus memperhatikan
beberapa azas dakwah antara lain:
42
1. Azas Filosofis
Azas ini terutama membicarakan masalah yang erat hubungannya dengan tujuan-tujuan yang hendak dicapai dalam proses atau dalam aktivitas
dakwah. 2.
Azas kemampuan dan keahlian dai achievement and professional Azas ini membahas mengenai kepribadian seorang da’i yang pada
dasarnya mencakup masalah sifat, sikap dan kemampuan diri pribadi da’i yang ketiganya sudah dapat mencakup keseluruhan kepribadian yang
harus dimilikinya. Sebab, jaya atau suksesnya suatu dakwah sangat tergantung pada kepribadian dari pembawa dakwah itu sendiri.
3. Azas Sosiologis
Azas ini membahas masalah-masalah yang berkaitan dengan situasi dan kondisi sasaran dakwah. Misalnya politik pemerintah setempat, mayoritas
agama di daerah setempat, filosofis sasasaran dakwah. Sosio kultural sasaran dakwah dan sebagainya.
42
Asmuni Sukir, “Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam,” Surabaya: Al-Ikhlas, 1983, h. 32.
4. Azas Psychologis
Azas ini membahas masalah-masalah yang erat hubungannya dengan kejiwaan manusia. Seorang da’i adalah manusia, begitupun sasaran
dakwahnya yang memiliki karakteristik kejiwaan yang unik yakni berbeda satu sama lainnya. Apalagi masalah agama, yang merupakan
masalah idiologi atau kepercayaan rohaniah tak luput dari masalah- masalah psychology sebagai azas dasar dakwahnya.
5. Azas Efektifitas dan Efisiensi
Azas ini maksudnya adalah di dalam aktivitas dakwah harus berusaha menyeimbangkan antara biaya, waktu maupun tenaga yang dikeluarkan
dengan pencapaian hasilnya, bahkan kalau bisa waktu, biaya dan tenaga sedikit dapat mencapai hasil yang semaksimal mungkin atau setidak-
tidaknya seimbang antara keduanya. Tujuan dari managemen strategi dakwah ini dapat difungsikan sebagai
pemersatu integrator sikap para da’i bahwa keberhasilan dakwah bukan sekedar keberhasilan perorangan individual, tetapi merupakan keberhasilan bersama
dalam mewujudkan masyarakat yang menanamkan nilai-nilai Islam dalam hidup keseharian. Di sisi lain, managemen strategi dakwah berfungsi sebagai sarana
dalam mengkomunikasikan gagasan, kreatifitas, prakarsa, inovasi, dan informasi baru dari da’i opinion leadher, serta cara merespon perubahan dan
perkembangan yang terjadi di masyarakat.
Pembahasan managemen strategi dakwah ini Dr. Marwah Daud Ibrahim yang dikutip oleh Abdul Jalil, menyebutkan lima prinsip dasar yang harus
diperhatikan dalam strategi dakwah, yaitu:
43
1. Prinsip sinerji; setiap da’i haruslah mempertimbangkan bahwa apa
yang ia lakukan hanya dapat lebih bermakna bila terintegrasi dengan yang lain.
2. Prinsip akumulasi; setiap yang ingin kita sampaikan perlu dilihat
sebagai suatu proses akumulasi kebenaran-kebenaran relatif. 3.
Prinsip konvergensi; walaupun kita berangkat dari tempat yang berbeda dalam memakai jalan yang beragam pada dasarnya kita
menuju ke titik sentripental sempurna, yaitu tauhid. 4.
Prinsip totalitas; bahwa dakwah perlu dipersepsikan sebagai multi dimensi dan semua dimensi yang harus disentuh.
5. Prinsip inklusif; kita harus melihat siapa saja sebagai bagian dari kita.
Dengan kata lain da’i dipersepsikan sebagai mediator yang efektif menyatukan potensi-potensi umat yang selama ini berserakan.
B. Pengertian Globalisasi