Patogenitas Diagnosa Laboratorium Staphylococcus aureus .1 Pengenalan S. aureus

S.aureus menghasilkan katalase yang mengubah hidrogen peroksida menjadi air dan oksigen. Uji katalase membedakan stafilokokus yang positif, dari streptokokus yang negatif Jawetz, 2010. 7. Koagulase S.aureus menghasilkan koagulase, protein yang menyerupai enzim yang membekukan plasma beroksalat atau bersitrat. Koagulase terikat pada protrombin; yang bersama-sama secara enzimatis menjadi aktif dan memulai polimerisasi fibrin. Koagulase mungkin mendeposit fibrin pada permukaan S.aureus, mungkin mengubah ingestinya oleh sel fagosit atau destruksinya didalam sel seperti itu. Produksi koagulase dianggap sinonim dengan potensi patogenik invasif Jawetz, 2010.

2.4.4 Patogenitas

S.aureus yang invasif dan patogenik menghasilkan koagulase dan cenderung menghasilkan pigmen kuning serta hemolitik. Kapasitas patogenik suatu galur S.aureus adalah efek kombinasi faktor ekstraseluler dan toksin bersama dengan sifat invasif galur itu. Di satu sisi spektrum penyakit adalah keracunan makanan oleh S.aureus, berkaitan secara eksklusif degan ingesti enterotoksin yang belum terbentuk; pada sisi lainnya adalah bakteremia stafilokok dan abses diseminata pada semua organ Jawetz, 2010.

2.4.5 Diagnosa Laboratorium

1. Spesimen Swab permukaan pus, darah, aspirat trakea, atau cairan spinal untuk kultur, tergantung dari lokasi proses, semuanya merupakan spesimen yang tepat untuk pengujian Jawetz, 2010. 2. Apusan S.aureus tipikal tampak sebagai kokus gram-positif berkelompok pada apusan pus atau sputum dengan perwarnaan Gram. Organisme saprofit S. epidermidis tidak mungkin dibedakan dengan patogen S. aureus pada apusan uji Jawetz, 2010. 3.Kultur Universitas Sumatera Utara Spesimen yang ditanam pada cawan agar darah menghasilkan koloni tipikal dalam 18 jam pada 37°C, tetapi hemolisis dan produksi pigmen dapat tidak terjadi hingga beberapa hari kemudian dan optimal pada temperatur ruang. S.aureus memfermentasi manitol, sedangkan staphylococcus lainnya tidak. Spesimen yang terkontaminasidengan flora campuran dapat dikultur pada media yang mengandung NaCl 7,5; garam ini menghambat sebagian besar flora normal lainnya, tetapi tidak menghambat S.aureus. Agar garam manitol atau media kromogen yang dijual bebas digunakan untuk menapis karier S.aureus nasal dan pasien dengan fibrosis kistik Jawetz, 2010. 4. Uji katalase Uji ini digunakan untuk mendeteksi adanya enzim sitokrom oksidase. Setetes larutan hidrogen peroksida 3 diteteskan pada kaca objek, dan sejumlah kecil pertumbuhan bakteri diletakkan pada larutan. Pembentukan gelembung pelepasan oksigen menunjukkan hasil tes positif Jawetz, 2010. 5. Uji koagulase Plasma kelinci atau manusia bersitrat yang diencerkan 1:5 dicampur dengan volume yang sama kultur kaldu atau pertumbuhan dari koloni pada agar dan diinkubasi pada 37°C. Tabung plasma yang dicampur dengan kaldu steril juga diinkubasi sebagai kontrol. Jika bekuan terbentuk dalam 1-4 jam, hasil tes positif Jawetz, 2010. Gambar 2.6Uji koagulase, S. aureus mampu menggumpalkan plasma darah klinci bawah, kontrol negatif atas sumber: Purnomo, 2006. Stafilokokus koagulase-positif dianggap patogenik untuk manusia, tetapi stafilokokus koagulase positif pada anjing Staphylococcus intermedius dan lumba-lumba staphylococcus delphini jarang menimbulkan penyakit pada Universitas Sumatera Utara manusia. Infeksi alat protesis dapat disebabkan oleh organisme grup S.epidermidis koagulase negatif Jawetz, 2010. 6. Uji serologi dan penetuan tipe Uji serologi untuk diagnosis infeksi S.aureus hanya punya sedikit nilai praktis. Pola kerentanan antibiotik membantu dalam melacak infeksi S.aureus dan dalam penentuan jika banyak isolat S.epidermidis dari kultur darah mencerminkan bakteremia karena galur yang sama, dibenihkan oleh suatu fokus infeksi. Teknik penentuan tipe molekular telah digunakan untuk mendokumentasi penyebaran klon S.aureus yang menimbulkan penyakit epidemis Jawetz, 2010. BAB 3 Universitas Sumatera Utara KERANGKA KONSEP DAN DEFENISI OPERASIONAL 3.1 Kerangka Konsep Penelitian Gambar 3.1 Kerangka Konsep

3.2 Defenisi Operasional