BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pangan merupakan kebutuhan esensial bagi setiap manusia untuk pertumbuhan maupun mempertahankan hidup. Namun, dapat pula timbul penyakit
yang disebabkan oleh pangan. Keracunan pangan atau foodborne disease penyakit bawaan makanan, terutama yang disebabkan oleh bakteri patogen
masih menjadi masalah yang serius di berbagai negara termasuk Indonesia. Foodborne disease penyakit bawaan pangan merupakan penyakit yang
disebabkan oleh konsumsi pangan makanan atau minuman yang terkontaminasi oleh mikroorganisme atau bahan kimia BPOM RI,2014.
Secara menyeluruh, diperkirakan ada sebanyak dua juta orang meninggal akibat diare pada tahun 2005; sekitar 70 dari penyakit diare tersebut disebabkan
oleh penyakit bawaan makanan, 30 lagi disebabkan oleh kondisi lain. Diperkirakan bahwa sampai 30 dari populasi di beberapa negara industri
menderita karena foodborne illnesses setiap tahun WHO, 2011. Menurut Centers for Disease Control and Prevention CDC pada tahun
2011, setiap tahun 48 juta orang Amerika terserang penyakit bawaan pangan; sebanyak 128.000 orang masuk rumah sakit dan 3.000 orang lagi meninggal.Di
negara Australia diperkirakan terdapat 5,4 juta kasus foodborne illnesses setiap tahun yang menyebabkan 18.000 orang dirawat inap, 120 kematian, 21 juta
mengalami kehilangan hari libur kerja, 1,2 juta orang konsultasi ke dokter, dan 300.000 resep untuk antibiotik Ifenkwe, 2012.
Di Inggris setiap tahun terdapat satu juta orang menderita penyakit foodborne illnesses, dimana sekitar 20.000 orang menerima perawatan di rumah
sakit karena keracunan makanan, dan 500 kematian yang disebabkan oleh foodborne illnesses dengan biaya mencapai 1,5 miliar pounds FDS, 2011.
Di negara Indonesia data valid untuk kasusfoodborne disease tidak diketahui dengan pasti namun berdasarkan laporan dari Badan Pengawas Obat dan
Makanan Republik Indonesia BPOM RI pada periode Oktober 2014 sampai
Universitas Sumatera Utara
Desember 2014 terdapat 38 berita insiden keracunan akibat pangan.Keracunan akibat pangan berturut-turut disebabkan oleh pangan jasaboga sebanyak 15 lima
belas insiden keracunan dengan jumlah korban 543 lima ratus empat puluh tiga orang; 7 tujuh insiden keracunan akibat minuman keras alkohol dengan jumlah
korban 164 seratus enam puluh empat orang dengan 23 dua puluh tiga korban diantaranya meninggal dunia; 6 enam insiden keracunan akibat pangan jajanan
dengan jumlah korban 118 seratus delapan belas orang; 5 lima insiden keracunan akibat minuman laindengan jumlah korban 183 seratus delapan puluh
tiga orang dengan 1 satu korban diantaranya meninggal dunia; 5 lima insiden keracunan akibat pangan olahan rumah tangga dengan jumlah korban sebanyak 72
tujuh puluh dua orang dengan 5 lima korban diantaranya meninggal dunia. Beberapa spesies bakteri patogen yang sering ditemukan pada ikan dan
produk perikanan antara lain: Vibrio parahaemolyticus dan jenis Vibrio lainnya, Escherichia coli, Aeromonas spp., Salmonella spp., Staphylococcus aureus,
Listeria monocytogenes,Clostridium botulinum, C. perfringens, dan Shigella spp Dwiyitno, 2010.
Gejala klinis yang terjadi apabila mengkonsumsi makanan yang terkontaminasi oleh S. aureus adalah mual yang berat, kram perut, muntah, dan
keadaan umum yanglemah yang dapat disertai diare biasanya awitan bersifat mendadak dan intensif. Biasanya foodborne disease akibat S. aureus ini terjadi
karena konsumsi makanan yang mengandung toksin bakteri tersebut. Makanan terkontaminasi melalui penjamah makanan. Jika kondisi penyimpanan makanan
tidak memadai, bakteri ini dapat memperbanyak diri untuk memproduksi toksinnya WHO, 2000.
Menurut CDC 2011, telah diidentifikasi beberapa faktor umum yang bertanggungjawab untuk penyakit yang disebabkan oleh makanan, mencakup:
membeli makanan dari sumber-sumber yang tidak aman, kegagalan untuk memasak makanan secara tepat, merebus makanan pada temperatur yang tidak
sesuai, menggunakan peralatan yang tercemar, dan kebersihan pribadi yang buruk. Ikan Salmon merupakan salah satu spesies ikan yang banyak mengandung
asam lemak omega-3. Senyawa omega-3 memiliki fungsi untuk mengurangi
Universitas Sumatera Utara
resiko terkena penyakit jantung, menurunkan tekanan darah tinggi, dan mengurangi resiko terkena stroke.Beberapa studi menunjukkan suplemen omega-
3 dapat meringankan gejala Attention Deficit Hyperactivity Disorder ADHD. Kita tahu asam lemak omega-3 yang penting dalam perkembangan dan fungsi
otak. Meskipun bukti tersebut tidak konklusif dan suplemen diet tidak dapat menawarkan obat semua untuk ADHD, omega-3 dapat memberikan beberapa
manfaat tambahan untuk pengobatan tradisional.Itokindo, 2011. Sashimi juga merupakan makanan yang favorit di masyarakat di kota
Medan, hal ini ditandai dengan semakin banyaknya restoran-restoran di kota Medan yang menyajikan Sashimi sebagai menunya. Oleh karena manfaatnya yang
banyak, sehingga masyarakat sering mengkonsumsi ikan salmon, namun apabila ikan salmon yang dikonsumsi tercemar oleh bakteri pathogen seperti S.
aureusyang didapat dari konsumsi ikan salmon tersebut bukanlah manfaatnya melainkan penyakit bawaan pangan akibat toksin bakteri S. aureus. Berdasarkan
uraian diatas peneliti tertarik untuk mengidentifikasi bakteri S. aureus pada salmon mentah dalam sajian sashimi di restoran Kota Medan.
1.2 Rumusan Masalah