Lemahnya Peran Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Disnaker Kota Medan Terhadap Persoalan Buruh

58 Adanya anggapan dari perusahaan bahwa yang tergabung dalam Solidaritas Buruh Sumatera Utara SBSU PT. Asia Karet Medan adalah orang luar, maka bentuk-bentuk feodalisme dari perusahaan berujung kepada Pemutusan Hubungan Kerja PHK secara sepihak oleh perusahaan tanpa ada alasan yang jelas. Beberapa pengurus SBSU menjadi korban dalam PHK tersebut dengan berbagai alasan, kepengurusan SBSU dibawah kepemimpinan Rasidah Selian adalah PHK masal pertama yang dilakukan oleh perusahaan, oleh sebab itu digantikan oleh Aty Sidabutar pada periodesasi keduayang akan melanjutkan SBSU. Tapi ternyata mendapat perlakuan yang sama beberapa kepengurusan dan para buruh yang tergabung dalam SBSU turut di PHK oleh perusahaan. Bentuk-bentuk PHK yang dilakukan oleh perusahaan juga bermacam-macam, beberapa buruh di PHK tanpa surat PHK dari perusahaan, kemudian adanya skorsing tanpa batas waktu dan akhirnya dilakukan PHK oleh perusahaan. Ironisnya lagi buruh yang melakukan mogok kerja juga turut di PHK dengan alasan mogok kerja, sekitar ± 150 buruh di PHK karena mogok kerja.Inilah merupakan feodalisme yang dilakukan oleh perusahaan kepada buruh dalam memperjuangkan hak normatifnya.Padahal mogok kerja merupakan hak dari buruh untuk dilakukan ketika gagalnya suatu perundingan terhadap kedua belah pihak. Dan dalam hal ini aturan tentang mogok kerja juga di atur oleh Undang-Undang Nomor 13Tahun 2003 yaitu pasal 137 “mogok kerja sebagai hak dasar pekerjaburuh dan serikat pekerjaburuh dilakukan secara sah, tertib, dan damai sebagai akibat gagal nya perundingan “ dan ketentuan lainya yang menyangkut aturan-aturan protes mogok kerja dalam pasal setelahnya.

5.5.1 Lemahnya Peran Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Disnaker Kota Medan Terhadap Persoalan Buruh

Universitas Sumatera Utara 59 Permasalan yang terjadi pada buruh Solidaritas Buruh Sumatera Utara SBSU PT. Asia Karet Medan bukan hanya persoalan yang tidak memberikan hak-hak normatif tersebut.Salah satu faktor penyebabnya dalah lemah nya sebuah peran Pemerintah dalam hubungan Industrial, yang mana lembaga pemerintah yang diamankan untuk melakukan perngawasan terhadap urusan hubungan industrial adalah Dinas Sosial dan Tenaga Kerja. Dalam hal ini terlihat kelas bahwa konflik-konflik yang terjadi antara pihak perusahaan dan pihak buruh akibat lemah nya penguasaan oleh Disnaker, jika dilihat dari peran dan fungsi Disnaker yang mengacu pada Undag-Undang Nomor 13 Tahun 2003 pasal 134 dan 135 menyebutkan bahwa pemerintah Disnaker berkewajiban mengawasi, mengevaluasi dan menindak perusahaan yang tidak melaksanakan perundang-undangan khususnya Undang- Undang Nomor 13 Tahun 2003. Dalam hal ini jelas bahwa Pemerintah melalui lembaga khususnya mempunyai tanggung jawab penuh terhadap persoalan buruh yang menyangkut kedaulatan dan kesejahteraan buruh. Jika dilihat dari peran dan fungsinya tentang mengawasi dan mengevaluasi hubungan industrial, seharusnya permasalahan yang menyangkut tentang hak-hak normatif kaum buruh seperti PT. Asia Karet Medan tidak akan terjadi. Paparan tentang lemahnya peran Disnaker terhadap kaum buruh juga disampaikan oleh Rismaida Sidabutar: “Pengaduan-pengaduan ke Disnaker Kota Medan untuk permasalahan yang ada di PT. Asia Karet Medan, tetapi tidak berjalan, dalam hal pengawasan juga tidak berjalan” Kaum buruh yang mengalami persoalan tentang intimidasi dan perlakuan yang tidak adil dari pihak perusahaan sebenarnya telah melakukan proses pengaduan ke Disnaker namun tidak bisa dipungkiri bahwa dalam hal pengawasan saja tidak berjalan apalagi dalam proses pengaduan. Maraknya kasu Pemutusan Hubungan Kerja PHK secara sepihak oleh perusahaan seharusnya menjadi sorotan oleh Disnaker Kota Medan karena salaha satu peran Universitas Sumatera Utara 60 Disnaker adalah memperkecil angka pengangguran yang ada, tapi dalam kasus ini justru Disnaker melakukan pembenaran terhadap kasus PHK secara sepihak yang terjadi di perusahaan. Kondisi seperti ini sangat jelas membuktikan bahwa lemahnya peran Disnaker dalam melakukan penyelesaian perselisihan hubungan industrial, indikasinya bahwa adanya keberpihakan pemerintah terkait terhadap pemilik modal yang notabeneya adalah pihak perusahaan.Dalam perspektif hukum, hukum sebagai aturan bertujuan untuk menciptakan stabilitas dalam hubungan kerja.Bagi buruh sendiri hukum itu bertujuan sebagai proteksi, baik dalam soal upah untuk kehidupan yang layak, kebebasan untuk berserikat serta proteksi untuk pemenuhan hak-hak normatif lain kaum buruh. Dalam kontekss ini sebenarnya kaum buruh menginginkan peran dari lembaga pemerintah untuk melakukanproteksi penuh terhadap nasib kaum buruh, dengan aturan-aturan hukum yang menyangkut kebebasan berserikat dan Undang-Undang tentang ketenagakerjaan.

5.2 Peran Solidaritas Buruh Sumatera Utara SBSU PT. Asia Karet