Gerakan Sosial Kaum Buruh

66 bentuk tekanan terhadap perusahaan PT. Asia Karet Medan bahwa pergerakan yang dilakuka SBSU cukup berpengaruh dan kuat. Keterlibatan Organisasi Mahasiswa dalam perjuangan SBSU merupakan agenda perluasan gerakn sosial kaum buruh, yang mana Mahasiswa memiliki peran yang sangat strategis dan punya sejarah dalam reformasi. Himpunan Masiswa Islam HMI Komisariat FISIP USU ikut berafiliasi dalam perjuangan tersebut, keterlibatan organisasi mahasiswa ini mampu memberi sumbangsih pemikiran secara teoritis kepada kaum buruh da melakukan proses pendampingan dalam perjalanan panjang kaum buruh. Hal ini juga dikarenakan mahasiswa dikenal dengan Agent of change pembawa perubahan, jadi sudah selayaknya mahasiswa ikut kedalam gerakan-gerakan kerakyatan tanpa ada kepentingan sedikitpun.Dalam gerakan sosial memiliki karakter bahwa agenda tersebut harus memiliki kelompok yang teratur, terdapat pembagian peran dan perbedaan hirarki hak serta tanggung jawab diantara partisipan.Inilah yang mendasari aliansi perjuangan buruh untuk lebih mengkonsolidasikan diri agar lebih terorganisir dan suara mereka didengarkan untuk menekan pihak yang berwenan untuk melakuka tujuan perubahan.

5.2.2 Gerakan Sosial Kaum Buruh

Perjuangan kaum buruh dalam memperjuangkan hak-hak normatif kaum buruh dengan cara-cara diplomasi dan negosiasi sering mendapatkan jalan buntu.Ketiadaan respon dan sikap tegas dari para pemangku kebijakan merupakan realita sosial yang terjadi saat ini.Adanya sebuah fakta-fakta pembiaran terhadap persoalan buruh dan lemahnya peran Negara dalam hal ini membuat buruh semakin berfikir kritis.Sehingga SBSU dalam memperjuangkan hak-hak normatifnya tidak hanya menempuh jalur diplomasi dan negosiasi tetapi memainkan tekanan dan gerakan-gerakan sosial.Berbagai gerakan sosial dilakukan kaum buruh sebagai bentuk perlawanan terhadap dominasi kelas yang dilakukan pihak Universitas Sumatera Utara 67 pemerintah dan perusahaan.Gerakan sosial yang lahir dalam bentuk aks-aksi yang cukup bervariatif cukup berpengaruh dalam perjuangan kaum buruh. Pada awalnya para kaum buruh melakukan aksi demonstrasi di PT. Asia Karet Medan menuntut hak-hak mereka sebagai buruh diberikan, namun pihak perusahaan juga tidak mejalankan kewajibannya. Kemudian kaum buruh menggelar aksi yag serupa ke Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Kota Medan, hal yang sama juga dialami oleh kaum buruh yang tergabung dalam SBSU. Inilah yang memicu gerakan sosial menjadi lebih besar lagi, hal ini seperti yang disampaikan oleh Aty Sidabutar: “Karena perusahaan tidak menjalankan kewajibannya kami bergerak melakukan aksi di depan PT Asia Karet medan dan Disnaker Kota Medan, namun tidak ada respon, dan kami pun melakukan mogok kerja, sekitar 250 buruh mogok kerja masal, tetapi perusahaan mengambil tindakan PHK secara sepihak. Di PHK tapi hak-hak buruh tidak diberikan” Penolakan terhadap draft Perjanjian Kerja Bersama PKB yang ditawarkan oleh SBSU dengan alsan perusahaan memilki aturan sendiri dan aksi-aksi yang dilakukan kaum buruh, menyebabkan terjadinya mogok kerja. Mogok kerja yang dilakukan kaum buruh merupakan mogok kerja sah, sesuai dengan ketentuan Undang-Undang yang ada. Dalam Undang-Undang Ketenagakerjaan Nomor 13 Tahun 2003 Pasal 137 dinyatakan bahwa mogok kerja sebagai hak dasar pekerjaburuh dan serikat pekerjaburuh dilakukan secara sah, tertib, dan damai sebagai akibat gagalnya perundingan. Tetapi mogok kerja yang dilakukan kaum buruh dengan tujuan ingin memprjuangkan hak-hak normatif kaum buruh justru pihak perusahaan melakukan Pemutusan Hubung Kerja PHK secara sepihak tapa memberikan hak-hak normatifnya pesangon. Mogok kerja dilakukan oleh SBSU dengan tujuan memberi ancaman kepada perusahaan, ketika kaum buruh dengan jumlah besar melakukan mogok Universitas Sumatera Utara 68 kerja akan mengganggu stabilitas sistem perusahaan. Dan keinginan awal dari para buruh adalah untuk memberikan efek jera kepada perusahaan, bukan untuk berhenti bekerja diperusahaan tersebut. Pemutusan Hubungan Kerja PHK secara sepihak inilah yang mendapat protes keras dari beberapa kalangan, terutama yang tergabung didlama koalisi pembelaan pejuan organisasi buruh tertindas. Sikap tegas juga dilakukan oleh SBSU, kaum buruh menginap didepan halaman kantor DPRD Kota Medan. Mereka memasang tenda dan melengkapi berbagai perlengakapan untuk menginap cukup lama.Amrul Sinaga mengungkapkan: “Menginap di kantor DPRD Kota Medan dengan alasan, karena rakyat tidak mempunyai posisi tawar, dan harus menciptakan sebuah kondisi yang menjadi persoalan publik, menjadi inspirasi kami dengan SBSU untuk menginap dihalaman depan kantor DPRD Kota Medan dengan harapan menciptakan efek jera bagi pelanggaran hak-hak normatif buruh” Jelas bahwa pasca di PHK nya para buruh PT. Asia Karet Medan secara sepihak yang direncanakan mogok kerja, menyebabkan para buruh untuk menginap dikantor DPRD Kota Medan dengan harapan agar pihak terkait yang dalam hal ini adalah DPRD Kota Medan dapat Membantu mereka untuk menyelesaikan kasu mereka. Halaman depan kantor DPRD Kota Medan pun menjadi posko perrjuangan SBSU yang cukup lama. Disinilah para buruh melakukan rekonsolidasi terhadap strategi yang akan dilakukan pasca terjadinya PHK. Aktivitas para kaum buruh bukan hanya sekedar menginap tetapi menjalankan proses-proses hukum, kerena persoalan buruh hari ini bukan hanya tidak mendapatkan hak normatifnya sewaktu berkerja, melainkan bertambah satu lagi persoalan mereka, adanya PHK secara sepihak dalam menjalankan hak politis yaitu mogok kerja. Universitas Sumatera Utara 69 Keputusan untuk menginap didepan kantor DPRD Kota Medan dimanfaatkan para buruh untuk menarik perhatian semua pihak, agar persoalan ni benar-benar menjadi persoalan besar yang terwacanakan ke publik. Para kaum buruh juga meminta kepada anggota dewan untuk mengambil sikap tegas terhadap persoalan ini. Selama menginap didepan kantor DPRD Kota Medan, pihak buruh selalu melakukan aksi yang ditujukan kepada anggota dewan agar persoalan ini segera disikapi yang bersangkutan. Beberapakali pertemuan dengan anggota dewan pun dilakukan, Komisi B DPRD Kota Medan adalah komosi yang menangani permasalahan perekonomian. Dalam hal ini pertemuan dilakukan di DPRD Kota Medan untuk menanggapi pengaduan yang disampaikan oleh pihak SBSU, beberapa pihak terkait diundang untuk hadir antara lain, Pimpinan pengusaha PT. Asia Karet Medan, BPJS Ketenagakerjaan Kota Medan karena buruh PT. Asia Karet Medan, tidak diikutsertakan oleh pihak perusahaan delalam Jaminan Pemeliharaan Kesehatan JPK yang dikelola BPJS Ketenagakerjaan, SBSU PT.Asia Karet Medan, mewakili karyawan yang telah di PHK secara sepihak. Dalam beberapa kali pertemuan tidak menunjukkan sikap tegas dari DPRD Kota Medan, kaum buruh hanya mendapatkan beberapa rekomendasi yang lemah sifatnya, serta menunjukan adanya unsur-unsur yang tidak mendengarkan aspirasi rakyat. Semanagat dan militansi SBSU adalah salah satu kekuatan kunci dalam meneruskan perjuangan yang sering mendapat jalan buntu ini. Perjuangan yang dilakukan SBSU bisa bertahan cukup lama dan menjadi sorotan serikat buruh lain, karena pasca terjadinya PHK kaum buruh masih bisa bertahan hingga 2 tahun lamanya, seperti yang disampaikan Rismaida Sidabutar dalam paparanya: “Kami menginap di halaman depan kantor DPRD Kota Medan dimulai dari Juli 2012 sampai pertengahan tahun 2014, dan sempat menginap beberapa hari dihalaman depan kantor Disnaker Kota Medan” Universitas Sumatera Utara 70 Waktu yang cukup lama inilah yang menjadi sejarah perjuangan SBSU, dalam kuru waktu yang cukup lama banyak bentuk-bentuk perjuangan yang dilakukan, walaupun beberapa kaum buruh mencari pekerjaan lain karena terhimpit kebutuhan ekonomi. Tetapi tidak melumpuhkan sendi-sendi perjuangan yang ada, para buruh dengan sistem yang mereka ciptakan sendiri tetap mengis berbagi aktivitas di posko perjuangan mereka. Dalam aksi demonstrasi yang dilakukan SBSU didepan kantor Disnaker Kota Medan, tidak mendapat respon senhingga memaksakan buruh yang telah berafiliasi dengan berbagai organisasi untuk menginap dihalaman kantor Disnaker Kota Medan. Selain aksi menginap ddidepan kantor DPRD Kota Medan dan Disnaker Kota Medan, SBSU juga melakukan aksi ke berbagai instansi pemerintah seperti Pemerintah Kota Medan Pemko Medan dan Pemerintah Provinsi Sumatera Utara Pemprosu. Dalam hal ini kaum buruh menyampaikan beberapa tuntutan dan tidak membuah kan hasil. Dimana perusahaan tidak memberikan hak-hak kaum buruh sertalemahnya peran pemerintah dalam hal ini menyebabkan terjadinya gerakan sosial kaum buruh. Bahkan ketika kaum buruh melakukan berbagai bentuk aksi menginap di depan kantor DPRD Kota Medan, pihak perusahaan dan pemerintah tidak memperdulikan apa yang mereka laukukan maka terjadilah unrest, muncul kekacauan, sikap frustasi, merasakan ketidakadilan, pada tahap ini ketika aspirasi yang disampaikan oleh pihak buruh PT.Asia Karet Medan tidak membuahkan hasil, mereka merasa bahwa terjadi kteidakadilan pada diri mereka karena perusahaan dan pemerintah tidak menanggapi aspirasi mereka. Kekacauan dan frustasi membuat kaum buruh untuk berfikir lebih keras lagi, formalization, pelembagaanorganisasi pergerakan, untuk melakuakan sebuah gerakan, tentu harus didukung oleh berbagagi organisasi lainnya.Maka dalam tahap ini SBSU melakukan afiliasi dengan organisasi lainya. Dissolution akhir dari tujuan, semua aksi yang dilakukan oleh kaum buruh PT.Asia Karet Medan hanya berakhir pada pemenuhan hak-hak normatif mereka yang berujung pada Universitas Sumatera Utara 71 pemberian uang pesangon kaum buruh karena adanya Pemutusan Hubungan Kerja PHK secara sepihak oleh perusahaan.

5.3 Konsistensi Perjuangan SBSU PT. Asia Karet Medan