Teori Fungsionalisme Struktural Teori Konflik

25 buruh tidak memperoleh upah yang sama dengan nilai barangjasa yang diproduksi. Dengan demikian, pemilik modal selalu dapat mengakumulasi lebih banyak modal Gombert: 23.

2.3.2 Teori Fungsionalisme Struktural

Fungsionalisme struktural adalah salah satu paham atau perspektif didalam sosiologi yang memandang masyarakat sebagai sistem yang terdiri dari bagian-bagian yang saling berhubungan satu sama lain dan bagian yang satu tidak dapat berfungsi tanpa ada hubungan dengan bagian yang lain. Perubahan yang terjadi pada salah satu bagian akan menyebabkan ketidakseimbangan dan pada gilirannya akan menciptakan perubahan pada bagian lain. Perkembangan fungsionalisme didasarkan atas model perkembangan sistem organisme yang didapat dalam biologi Theodorson dalam Raho, 2007: 48. Asumsi dasar teori ini adalah bahwa semua elemenatau unsur kehidupan masyarakat harus berfungsi atau fungsional sehingga masyarakat secara keseluruhan bisa menjalankan fungsinya dengan baik. Elemen-elemen masyarakat antara lain adalah ekonomi, politik, hukum, agama, pendidikan, keluarga, kebudayaan, adat-istiadat, dan lain-lain. Masyarakat normal akan berjalan normal kalau masing-masing elemen atau institusi menjalankan fungsinya dengan baik. Kemacetan salah satu institusi akan menyebabkan kemacetan pada institusi lain dan pada gilirannya akan menciptakan kemacetan pada masyarakat secara keseluruhan Raho, 2007: 49. Pokok persoalan untuk para pendukung teori ini adalah bagaimana masyarakat memotivasi dan menempatkan orang-orang kedalam posisi-posisi yang tepat didalam sistem stratifikasi. Disini ada dua hal yang harus diperhatikan, yakni: 1. Bagaimana masyarakat membangkitkan didalam individu-individu yang tertentu keinginannya untuk menduduki posisi tertentu. 2. Setelah orang itu menerima untuk menduduki posisi yang dirasa cocok, bagaimana masyarakat membangkitkan didalam diri orang itu keinginan untuk memenuhi Universitas Sumatera Utara 26 persyaratan-persyaratan yang dituntut oleh posisi itu atau bagaimana ia menjalankan tugas-tugas sesuai dengan posisinya itu Raho, 2007: 49-50.

2.3.3 Teori Konflik

Teori konflik adalah suatu perspektif didalam sosiologi yang memandang masyarakat sebagai suatu sistem sosial yang terdiri dari bagian-bagian atau komponen-komponen yang mempunyai kepentingan yang berbeda-beda dimana komponen yang satu berusaha untuk menaklukkan komponen yang lain guna memenuhi kepentingannya atau memperoleh kepentingan sebesar-besarnya. Pada dasarnya pandangan teori konflik tentang masyarakat sebetulnya tidak banyak berbeda dari pandangan teori fungsionalisme struktural karena keduanya sama-sama memandang masyarakat sebagai suatu sistem yang terdiri dari bagian-bagian.Perbedaan antara keduanya terletak pada asumsi mereka yang berbeda-beda tentang elemen-elemen pembentuk masyarakat itu.Menurut teori fungsionalisme struktural, elemen-elemen itu fungsional sehingga masyarakat secara keseluruhan bisa berjalan secara normal. Sedangkan bagi teori konflik, elemen-elemen itu mempunyai kepentingan yang mengalahkan satu sama lain guna memperoleh kepentingan sebesar-besarnya Raho, 2007: 71-72. Menurut Karl Marx, hakekat kenyataan sosial adalah konflik. Konflik adalah satu kenyataan sosial yang bisa ditemukan dimana-mana. Bagi Marx, konflik sosial adalah pertentangan antara segmen-segmen masyarakat untuk memperebutkan aset-aset yang bernilai. Jenis dari konflik sosial ini bisa bermacam-macam yakni konflik antara individu, konflik antara kelompok, dan bahkan konflik antar bangsa Raho, 2007: 73. Dalam proses produksi kaum kapitalis pemilik modal dan kaum ploretariat buruh terlibat dalam konflik yang tak terelakkan. Alasannya karena guna mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya, para kapitalis berusaha menekan upah buruh serendah-rendahnya. Dipihak lain, buruh berusaha untuk Universitas Sumatera Utara 27 mendapatkan upah yang sebesar-besarnya. Oleh karena keuntungan dan upah berasal dari sumber yang sama maka konflik menjadi tidak terhindarkan. Satu-satunya cara yang ditempuh untuk keluar dari sistem kapitalis yang tidak adil itu ialah dengan melakukan revolusi. Tetapi revolusi itu bisa terjadi kalau ada dua hal.Pertama, kaum proletariat buruh harus menyadari diri sebagai orang-orang yang tertindas.Kesadaran menjadi sangat penting untuk menciptakan perubahan konsientisasi.Kedua, mereka harus mengelompokkan diri dalam suatu wadah yakni organisasi buruh.Secara individual, buruh sulit untuk memperjuangkan perbaikan nasibnya.Tetapi lewat organisasi mereka bisa memperjuangkan tuntutannya.Marx menyadari betapa sulitnya tingkat kesadaran yang diinginkan. Tetapi pada suatu waktu, dengan penyebaran informasi yang terus-menerus propaganda, mereka akan menyadari bahwa merekalah yang menentukan masa depan mereka sendiri Raho, 2007: 77. Jonathan Turner berusaha merumuskan kembali teori konflik. Dia mengatakan konflik sebagai suatu proses dari peristiwa-peristiwa yang mengarah kepada interaksi yang disertai kekerasan antara dua pihak atau lebih. Dia menjelaskan sembilan tahap menuju konflik terbuka: a. Sistem sosial terdiri dari unit-unit atau kelompok yang saling berhubungan satu sama lain. b. Didalam unit-unit atau kelompok-kelompok itu terdapat ketidakseimbangan pembagian kekuasaan atau sumber-sumber penghasilan. c. Unit-unit atau kelompok-kelompok yang tidak berkuasa atau tidak mendapat bagian dari sumber-sumber penghasilan mulai mempertanyakan legitimasi sistem tersebut. Universitas Sumatera Utara 28 d. Pertanyaan atas legitimasi itu membawa mereka kepada kesadaran bahwa mereka harus mengubah sistem alokasi kekuasaan atau sumber-sumber penghasilan itu demi kepentingan mereka. e. Kesadaran itu menyebabkan mereka secara emosional terpancing untuk marah. f. Kemarahan tersebut seringkali meledak begitu saja atas cara yang tidak terorganisir. g. Keadaan yang demikian menyebabkan mereka semakin tegang. h. Ketegangan yang semakin hebat menyebabkan mereka mencari jalan untuk mengorganisir diri guna melawan kelompok yang berkuasa. i. Akhirnya kelompok terbuka bisa terjadi antara kelompok yang berkuasa dan tidak berkuasa. Tingkatan kekerasan didalam konflik itu sangat tergantung pada kemampuan masing-masing pihak untuk menangani, mengatur, dan mengontrol konflik tersebut 2.4 Kesejahteraan Sosial 2.4.1 Pengertian kesejahteraan sosial