Perencanaan Sub Dam dan Lantai Pelindung Apron Tinjauan Gerusan Lokal di Hilir Sub Dam

 Kapasitas tampung rencana volume penahan, volume tampung dan volume control  Topografi daerah sekitarnya, sehingga tinggi sayap tidak lebih tinggi dari tebing sungainya  Penetapan banjir rencana  Dalamnya fondasi bendung  Faktor ekonomi teknik

2.6.6 Perencanaan Sub Dam dan Lantai Pelindung Apron

Sub dam dibuat dengan maksud yang sama dengan kolam olakan, yaitu melindungi dasar sungai bagian hilir terhadap gerusan local scouring local. Bentuk mercu dan kemiringan sub dam sama dengan bentuk main dam, dalam hal ini dalamnya air diatas mercu pelimpah sub dam didapat dengan anggapan bahwa penampang pelimpah dan sub dam ditentukan sama. Sedangkan lantai pelindung apron dibuat untuk mencegah fondasi dasar sungai dibagian hilir tergerus akibat terjunan air dan sedimen. Lantai pelindung dibuat berdasarkan gaya-gaya yang diakibatkan oleh terjunan, sedangkan lebar lapis lindung ditentukan sesuai dengan lebar, tinggi dan kemiringan dinding pelimpah. Perhitungan – perhitungan yang berkaitan dalam merencanakan sub dam dan lantai apron : 1. Jarak Antara Main Dam dengan Sub Dam L = 1,5 ~ 2,0 x H 1 + H 3 2.40 Dengan : L = Jarak antara main dam dengan sub dam H1 = Tinggi dari permukaan lantai sampai mercu main dam H3 = Tinggi air diatas mercu pelimpah 2. Tinggi Sub Dam H2 = ⅓ ~ ¼ x H1 3. Panjang Terjunan L w = V � 2�H 1 + 1 2 H 3 � g � 1 2 V = q H 3 q = Q d B 1 Dengan : q o = Debit persatuan lebar Qd = Debit Air diatas Mercu B1 = Lebar Pelimpah Bagian Bawah Vo = Kecepatan Aliran per-meter panjang dibagi tinggi air Lw = Panjang Terjunan g = Percepatan Gravitasi Bumi 4. Panjang Loncat Air X = L – b 2 + L w 2.41 2.42a 2.42b 2.42c 2.43a X = β x h j hj = h 1 2 ��1 + 8. F 1 2 − 1� Dengan : X = Panjang Loncat Air β = Koefisien Loncat Air 4,5 ~ 5,0 hj = Tinggi loncatan air dari permukaan lantai sd diatas mercu Sub Dam L = Panjang Main Dam ke Sub Dam b2 = Lebar Mercu Sub Dam 5. Kecepatan Aliran diatas Titik Terjunan V 1 = �2gH 1 + H 3 � 1 2 6. Tinggi Air pada Titik Jatuh Terjunan h 1 = q 1 V 1 7. Angka Froud pada Aliran Titik Terjunan F 1 = V 1 g x h 1 12 8. Tebal Lantai Apron 2.43b 2.43c 2.44 2.46 2.47 2.45 t = 0,10,6H 1 + 3H 3 − 1

2.6.7 Tinjauan Gerusan Lokal di Hilir Sub Dam

Akibat air limpasan dari kolam olakan maka akan terjadi gerusan terhadap tanah asli di hilir sub dam, sehingga tinggi air di atas sub dam sangat mempengaruhi besar kecilnya gerusan tersebut. Gambar 2.6. Gerusan di Hilir Sub Dam Gerusan Lokal di Hilir Sub Dam dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut : 1. Tinggi Air diatas Sub Dam ketinggian kritis Y c = �� q 12 g � 3 q 1 = Q d B 2. Tinggi Air di Hilir Sub Dam 2.48a 2.48b Yc hc H 2 t b4 b4 m n 1 1 Y n = � q 1 1 n x�I � 3 5 Dengan : B = Lebar Sungai n = Koefisien Kekasaran Manning Qd = Debit Air diatas Mercu Io = Kemiringan rata-rata Lokasi Rencana Check Dam g = Percepatan Gravitasi q1 = Debit Persatuan Lebar Dalamnya scouring pada hilir Check Dam menurut ketentuan Vendjik : 1. 2,00 HY c 15 , maka T = 3 Y c + 0,10 H 2. 0,5 HY c 2 , maka T = 0,4 Y c + 0,40 H Dengan : Y c = Tinggi Air diatas Sub Dam hc = Tinggi Air di Hilir Sub Dam H = Y c + h Tabel 2.17 Koefisien Kekasaran Manning berdasarkan Keadaan Sungai No. Keadaan Sungai Koef. Kekasaran n 1. 2. 3. Sungai curam Sungai lebar dan dangkal Sungai dengan perkuatan tebing dari beton pada kedua sisinya dan dasarnya dari tanah atau beton 0,03 ~ 0,05 0,035 ~ 0,045 0,025 Sumber : Japan International Cooperation Agency JICA, Volcanic Sabo Technical Centre, Perencanaan Bangunan Pengendali Sedimen.1985 2.49 Menurut ketentuan Vendjik kedalaman scouring dari tanah dasar di hilir check dam minimal 1 ~ 3 m dikondisikan untuk menanggulangi gerusan akibat limpasan air dari mercu sub dam. Namun apabila air limpasan dari sub dam terlalu besar, maka gerusan yang terus menerus akan mengikis tanah dasar hilir sub dam, sehingga diharuskan untuk menambah lantai pada bagian hilir sub dam sepanjang 3 ~ 5 m Japan International Cooperation Agency JICA, Volcanic Sabo Technical Centre, Perencanaan Bangunan Pengendali Sedimen.1985.

2.6.8 Perhitungan Gaya dan Momen