c. Data tentang tingkat pendidikan responden Tabel 10. Disribusi Responden Berdasarkan Pendidikan
No Tingkat Pendidikan
Frekuensi Persentase
1 SD
23 24,2
2 SLTP
40 42,10
3 SLTA
23 24,2
4 DIPLOMA
4 4,2
5 S1
5 5,3
Jumlah 95
100 Sumber: Angket hasil peneltian 2008
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa persentase tingkat pendidikan responden masyarakat adalah 23 rang 24,2 tamatan SD. Tamatan SLTP 40 orang 42,10,
tamatan SLTA sebanyak 23 orang 24,2 Dan DIPLOMA sebanyak 4 orang 4,2 Dan sedangkan responden yang tamatan Serjana sebanyak 5 orang 5,3,
sedangkan Di desa ini tingkat rendah sekali, pendidikan belum menjadi kebutuhan atau
prioritas yang utama di desa. Tingginya jenjang pendidikan bukan berarti menjadi salah satu faktor dalam meningkatkan status sosial dalam kehidupan masyarakat di
desa ini, ditandai dengan rendahnya minat dari masyarakat untuk melanjutkan pendidikannya kejenjang yang lebih tinggi seperti keperguruan tinggi.
Didasari oleh hal diatas memberi berpengaruh terhadap mental masyarakat dalam memberikan andil dalam proses pembangunan, terutama masih rendanya
tingkat keberanian masyarakat untuk berbicara dan mengemukakan aspirasinya dalam kelancaran pembangunan desa.
Universitas Sumatera Utara
d. Data tentang jenis pekerjaan responden Tabel 11. Disribusi responden berdasrkan pekerjaan
No Jenis pekerjaan
Frekuensi Persentase
1 Karyawan
44 46,31
2 Berkebun
15 15,9
3 Pedagang
10 10,6
4 PNS
4 4,21
5 Pegawai Honor
5 5,3
6 Lain-lain
17 17,10
Jumlah 95
100 Sumber: Angket hasil peneltian 2008
Dari tabel 11 diatas dapat dilahat bahwa pekerjaan masyarakat yang ada di desa sekijang ini sangat berpariasi, Pekerjaan yang digeluti oleh responden adalah
yang bekerja sebagai karyawan pabrik sebanyak 44 orang 46,31, sedangkan berkebun membuka kebun kelapa sawit sebanyak 15 orang 15,9, dan
pedagang sebanyak 10 orang 10,6, PNS pegawai negeri sipil sebanyak 4 orang 4,21, dan Pegawai honor seperti pengajar di TK, SD, MTS, sebanyak 5 orang
5,3, sedangkan responden yang bekerja Lain-lain seperti buruh, penjahit, supir dan sebagainya sebanyak 17 orang 17,10.
Universitas Sumatera Utara
4.2. Variabel Penelitian
Tabel 12. Distribusi jawaban responden tentang adanya Pemerintah Desa melakukan musyawarah dengan masyarakat dalam menetapkan
program-program pembangunan desa No
Keterangan Frekuensi
Persentase
1 Ya, ada
11 11,57
2 Tidak tahu
15 15,78
3 Tidak ada
69 72,63
Jumlah 95
100 Sumber: Angket hasil peneltian 2008
Dari tabel 13 diatas dapat dilihat bahwa responden menjawab ada dilakukan musyawarah oleh Pemerintah Desa dengan masyarakat dalam merumuskan
pembangunan desa sebanyak 11 orang 11,57, dan tang menjawab tidak tahu sebanyak 15 orang 15,78 sedangkan yang yang menjawab tidak pernah dilakukan
musyawarah sebanyak 69 orang atau 72,63. hal ini menandakan bahwa Pemerintah Desa tidak pernah dilakukan musyawarah dengan masyarakat dalam
menetapkan program-program pembangunan. Wawancara dengan Bapak Samsudin tokoh masyarakat, ia mengatakan
bahwa tidak ada akses bagi masyarakat dalam menyampaikan aspirasinya dalam pembangunan desa, pemerintah desa tidak pernah sama sekali melakukan
musyawarah dengan masyarakat dalam menetapkan tujuan pembangunan desa, semua dilakukan oleh pemerintah desa, musyawarah yang sering dilakukan di desa
ini cuma musyawarah pembentukan panitia menyambut tujuh belasan, lain dari pada itu tidaka ada. hasil wawancara 29 juli 2008
Universitas Sumatera Utara
Pemerintah desa seharusnya aktif mendorong masyarakat untuk mau terlibat dalam pembangunan dengan selalu melakukan kominikasi dan sosialisasi tentang apa
yang dibutuhkan oleh masyarakat, sehingga masyarakat sadar pentingnya mereka terlibat dalam proses pembangunan, dibawah ini dapat dilihat ada tidaknya
komunikasi dilakukan oleh pemerintah desa dengan masyarakat dalam melihat kebutuhannya.
Tabel 13. Distribusi jawaban responden tentang komunikasi yang dilakukan oleh pemerintah desa dengan masyarakat, dalam melihat kebutuhan
masyarakat. No
Keterangan Frekuensi
Persentase
1 Ya, selalu
12 12,63
2 Kadang-kadang
11 11,57
3 Tidak pernah
72 75,78
Jumlah 95
100 Sumber: Angket hasil peneltian 2008
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui, 12 orang 12,63 dari responden menjawab pemerintah desa maupun BPD selalu melakukan komunikasi dengan
masyarakat, dan yang mengatakan kadang sebanyak 11 orang 11,57, sedangkan yang menjawab tidak pernah dilakukan kominikasi oleh Pemerintah Desa dan BPD
sebanyak 72 orang 75,78. Hal diatas menandakan bahwa komunikasi tentang pembangunan desa yang
dilakukan oleh Pemerintah Desa dan BPD dengan masyarakat sangat jarang dilakukan dan bahkan tidak pernah ditandai dengan 40 orang yang menjawab tidak
pernah dilakukan komunikasi dengan masyarakat. Wawancara dengan Kepala Desa Sekijang, ia mengatakan selama ini kami
aktif melakukan tinjauan kepada masyarakat dan berkomunikasi dengan masyarakat
Universitas Sumatera Utara
untuk melihat apa yang mejadi kebutuhan mendasar dari masyarakat tersebut. namun sebaliknya Bapak azlan masyarakat desa, mengatakan bahwa selama ini pemerintah
desa belum pernah melakukan komunikasi dengan masyarakat dalam merumuskan tujuan dari pembangunan di Desa Sekijang ini semua dilakukan oleh pemerintah desa
itu sendiri tanpa melibatkan masyarakat. hasil wawancara 29 juli 2008 Pelibatan masyarakat dalam proses pembangunan sangat diperlukan sekali
demi kesesuaian dari program-program pembangunan tersebut dengan kebutuhan masyarakat oleh sebab itu, pemerintah desa harus mengajak masyarakat dan memberi
pengertian jikalau masyarakat tidak mau terlibat, dibawah ini dapat dilihat usaha pemerintah desa dalam memberdayakan masyarakat dalam pembangunan.
Tabel 14. Distribusi jawaban responden tentang usaha yang dilakukan oleh Aparat Desa dalam memberdayakan masyarakat dalam perencanaan
pembangunan. No
Keterangan Frekuensi
Persentase
1 Ya, ada
10 10,52
2 Kadang-kadang
9 9,47
3 Tidak pernah
76 80
Jumlah 95
100 Sumber: Angket hasil peneltian 2008
Berdasarkan tebel 19 diatas diketehui, bahwa responden yang menjawab ada usaha yang dilakukan Pemerintah Desa untuk memberdayakan masyarakat dalam
perencanaan pembangunan yaitu sebanyak 10 orang 10,52, dan dari responden yang menjawab kadang-kadang sebanyak 9 orang 9,47 sedangkan yang
menjawab tidak pernah sebanyak 76 orang 80. Hal diatas menunjukan bahwa pemberdayaan tidak adatidak pernah
dilakukan ditandai dengan banyaknya masyarakat yang menjawab tidak ada, ini
Universitas Sumatera Utara
menandakan tidak ada usaha yang dilakukan oleh pemerintah desa untuk membuat masyarakat untuk mau terlibat dalam perencanaan pembangunan.
Sejalan denga apa yang dikemukan oleh bapak Muzammel toko agama di Desa Sekijang, ia mengatakan pemerintah di desa ini belum bisa menjalankan
tugasnya dengan baik mereka berbuat semaunya saja dan tidak adanya musyawarah dalam menetapkan sesuatu, begitu juga dengan BPD sebagai badan perwakilan tidak
bisa mewakili, BPD tidak pernah aktif dalam menjalan tugas dan fungsinya. hasil wawancara 29 juli 2008
Pemerintah desa seharusnya lebih bersikap terbuka terhadap masyarakat dengan membangun akses bagi masyarakat seperti menyediakan ruang publik
sebagai tempat masyarakat dan pemerintah bisa bersama-sama bermusyawarah membahas tentang pembangunan desa dan masyarakat dapat menyalurkan
aspirasinya. Dalam tabel dibawah ini dapat kita lihat tentang diperhatikan atau tidaknya
aspirasi masyarakat masyarakat dalam perencanaan pembangunan.
Tabel 15. Distribusi jawaban responden tentang sering tidaknya diperhatikan aspirasi masyarakat oleh pemerintah desa.
No Keterangan
Frekuensi Persentase
1 Ya, selalu
15 15,78
2 Kadang-kadang
13 13,68
3 Tidak pernah
67 70,52
Jumlah 95
100 Sumber: Angket hasil peneltian 2008
Tabel 14 diatas, menunjukan bahwa 15 orang atau 15,78 responden menjawab selalu diperhatikan aspirasi masyarakat yang ada di Desa Sekijang ini. dan
Universitas Sumatera Utara
yang menjawab kadang-kadang juga 13 orang 13,68 sedangkan yang menjawab tidak pernah 67 orang 70,52 dari responden.
Dari jawaban responden masyarakat diatas dapat dilihat bahwa aspirasi masyarakat didesa ini belum diperhatiakan, ditandai dengan monyoritas responden
menjawab tidak pernah yaitu 50 orang 52,63. Dari hasil wawancara dengan Bapak Muzammel tokoh agama, mengatakan
perencanaan pembangunan di desa ini dirumuskan oleh pemerintah desa tanpa melibatkan masyarakat dan juga tidak adanya musyawarah yang dilakukan dengan
masyarakat, sehingga aspirasi masyarakat tidak tersalur, dan juga tidak adanya ruang untuk masyarakat untuk menyampaikan aspirasinya, ditambah lagi BPD yang tidak
bisa menjalankan tugasnya sebagai badan perwakilan masyarakat. sehingga semua perencanaan pembangunan dilakukan oleh pemerintah. . hasil wawancara 30 juli
2008 Dalam perencanaan pembangunan semestinya pemerintah desa memberikan
masyarakat kebebasan dan kesempatan dalam menyampaikan aspirasinya sehingga terciptang demokrasi di desa, dan program-program pembangunan tersebut mendapat
dukungan dari masyarakat. Dibawah ini dapat dilihat tentang kebebasan dan kesempatan yang diberikan bagi masyarakat
Tabel 16. Distribusi jawaban responden tentang kebebasan mengemukakan aspirasi mengenai pembangunan desa.
No Keterangan
Frekuensi Persentase
1 Ya, bebas
29 30,52
2 Kadang-kadang
21 22,10
3 Tidak bebas
45 47,36
Jumlah 95
100 Sumber: Angket hasil peneltian 2008
Universitas Sumatera Utara
`Pada tabel diatas dapat diketahui bahwa responden yang menjawab ada
kebebasan yang diberikan kepada masyarakat dalam mengemukakan aspirasinya yaitu sebanyak 29 orang 30,52 dan responden yang menjawab kadang-kadang
sebanyak 21 orang 22,10, sedangkan responden yang menjawab tidak ada kebebasan diberikan oleh Pemerintah Desa sebanyak 45 orang 47,36.
Dapat dilihat bahwa banyak dari responden masyarakat menjawab tidak ada kebebasan bagi masyarakat dalam menyuarakan aspirasinya dalam perencanaan
pembangunan atau dalam proses pembangunan. Kebebasan yang dimaknai oleh masyarakat disini dengan adanya yang menjawab ada dan kadang-kadang adalah
dalam musyawarah pembentukan penitia 17 Agustus dan kegiatan-kegiatannya, namun bukan dalam bentuk memberikan aspirasi untuk proses pembentukan
kebijakan pembangunan desa. Sejalan dengan wawancara dengan Bapak Tamrin masyarakat desa,
mengatankan bahwa masyarakat tidak ada diberikan kesempatan bahkan kebebasan dalam proses pembangunan perencanaan pembangunan, karena masyarakat tidak
pernah dilibatkan, aspirasi itu mau disaampaikan kemana, ungkap paka Tamrin. hasil wawancara 30 juli 2008
Dapat dilihat ditabel bawah ini pernah tidaknya masyarakat dilibatkan dalam proses perencanaan pembangunan.
Tabel 17. Distribusi jawaban responden tentang selalu melibatkan masyarakat dalam perencanaan pembangunan
No Keterangan
Frekuensi Persentase
1 Ya, selalu
17 17,89
2 Kadang-kadang
13 13,68
3 Tidak pernah
65 68,42
Jumlah 95
100
Universitas Sumatera Utara
Sumber: Angket hasil peneltian 2008 Dalam tabel 15 ini, dapat kita lihat bahwa responden yang menjawab selalu
melibatkan masyarakat dalam perencanaan pembangunan ditandai yaitu sebanyak 17 atau 17,89, Responden menjawab kadang-kadang sebanyak 13 orang 13,68
dan menjawab tidak pernah sebanyak 65 orang 68,42, hal ini menandakan bahwa pemerintah tidak pernah melibatkan masyarakat dalam merumuskan perencanaan
pembangunan. Hasil wawancara dengan tokoh masyarakat Bapak Herman, mengatakan
selama ini pemerintah desa tidak pernah melibatkan masyarakat dalam proses perencanaan pembangunan di desa ini, semuanya dirumuskan oleh pemerintah desa
tanpa melibatkan masyarakat, sehingga kadang-kadang pembangunan yang dilakukan tidak sesuai dengan aspirasi masyarakat. . hasil wawancara 30 juli 2008
Dan wawancara dengan Kepala Desa. Ia mengatakan, selama ini kami telah melakukan tugas dengan sebaik-baiknya selalu memperhatikan aspirasi dan
melibatkan masyarakat dalam proses perencanaan pembangunan namun kadang- kadang masyarakat itu sendiri yang tidak mau melibatkan diri dalam perencanaan
tersebut. Melibatkan masyarakat dalam proses pembangunan sangat diperlukan untuk
terciptang program-program pembangunan yang partisipatif yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat. dibawah ini dapat dilihat tanggapan responden tentang
tanggung jawab mereka dalam pembangunan.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 18. Disribusi jawaban responden tentang memiliki tanggung jawab terhadap perencanaan pembangunan
No Keterangan
Frekuensi Persentase
1 Ya, merasakan
30 31,57
2 Tidak tahu
42 44,21
3 Tidak merasakan
23 24,21
Jumlah 95
100 Sumber: Angket hasil peneltian 2008
Dalam tabel 12 diatas dapat diketahui bahwa monyoritas responden menjawab bahwa mereka tidak menyadari perencanaan pembangunan merupakan
tanggung jawab mereka juga, ditandai dengan 42 orang 44,21 menajawab tidak tahu, dan menjawab tidak merasakan sebanyak 23 orang 24,21, dan yang
menjawab merasa bertanggung jawab 30 orang 31,57. Hal ini menandakan bahwa masyarakat yang ada di Desa sekijang ini
sepenuhnya belum menyadari bahwa perencanaan pembangunan merupakan tanggung jawab mereka juga. Walaupun ada yang menjawab bertanggung jawab
sebanyak 30 orang 31,57 yang menjawab bertanggung jawab ini masyarakat yang pendidikannya Diploma dan S1 dan juga semua aparatur desa dan 23 orang 24,21
menjawab tidak tahu. Sejalan dengan hasil wawancara dengan Bapak Samsudin yang merupakan
salah seorang tokoh masyarakat Desa Sekijang, ia mengatakan bahwa masyarakat di desa ini tidak menyadari tanggung jawab mereka untuk ikut dalam perencanaan
pembangunan, dikarenakan kurangnya kominikasi dan sosialisasi yang dilakukan dengan masyarakat dan juga disebabkan masyarakat selama ini memang tidak pernah
dilibatkan dalam perencanaan tersebut, semua dirumuskan oleh pemerintah
Universitas Sumatera Utara
desa,yang membuat masyarakat beranggapan seperti itu. hasil wawancara 29 juli 2008.
dibawah ini dapat dilihat penting tidaknya masyarakat dilibatkan dalam proses perencanaan pembangunan.
Tabel 19. Distribusi jawaban responden tentang perlunya pelibatan masyarakat dalam perencanaan pembangunan.
No Keterangan
Frekuensi Persentase
1 Ya, perlu
50 52,63
2 Tidak tahu
25 26,31
3 Tidak perlu
20 21,05
Jumlah 95
100 Sumber: Angket hasil peneltian 2008
Tabel 19 diatas, menunjukan bahwa monyoritas responden dalam penelitian ini yang menjawab perlu melibatkan masyarakat dalam perencanaan pembangunan
yaitu 50 orang 52,63. Dan 25 orang 26,31 menjawab tdak tahu, sedangkan yang menjawab tidak perlu 20 orang 21,05. Hali ini menunjukan bahwa
masyarakat menyadari akan perlunya mereka terlibat dalam proses perencanaan pembangunan.
Dari hasil wawancara dengan masyarakat dalan hal ini bapak Samsudin tokoh masyarakat mengatakan bahwa masyarakat menyadari akan perlunya ikut
berpartisipasi dalam pembangunan, tetapi akses untuk masyarakat untuk ikut tidak ada, masyarakat tidak pernah tahu akan diadakannya perencanaan pembangunan desa
di desa ini, bagai mana masyarakat ikut, masyarakat di desa ini lebih tetarik untuk diam dan mengerjakan urusan masing-masing, karena sosialisasi dari pemerintah
desa memang tidak ada yang membuat masyarakat banyak yang tidak tahu dengan program-program pembangunan desa. . hasil wawancara 31 juli 2008
Universitas Sumatera Utara
Dalam tabel dibawah ini dapat dilahat apakah masyarakat selama ini tahu dengan program-program pembangunan yang ada.
Tabel 20. Pengetahuan responden tentang program-program pembangunan desa.
No Keterangan
Frekuensi Persentase
1 Ya, tahu
23 24,21
2 Ragu-ragu
27 28,42
3 Tidak tahu
45 47,36
Jumlah 95
100 Sumber: Angket hasil peneltian 2008
Berdasarkan tabel diatas, 23 atau 24,21 responden menjawab tahu akan program-program pembangunan yang dirumuskan, dan 27 responden atau 28,42
menyatakan ragu-ragu. Sedangkan monyoritas dari responden menjawab tidak tahu dengan program pembangunan desa yaitu 45 orang atau 47,36
Jika melihat jawaban yang telah diberikan responden, yaitu kebanyakan mereka menyatakan tidak tahu dengan program-program pembangunan desa selama
ini, masyarakat tahu apabila program-progarm tersebut telah dilaksanakan. Ini menandakan kurangnya komunikasi dan sosialisasi kepada masyarakat akan
program-progarm yang ada. Sejalan dengan yang dikemukakan oleh bapak Tamrin masyarakat desa, ia
mengatakan masyarakat tahu dengan program-program pembangunan desa setelah pembangunan itu dilaksanakan, sebelum-sebelumnya masyarakat tida tahu. . hasil
wawancara 31 juli 2008 Untuk mengetahui kemampuan masyarakat dalam memahami proses
penyusunan perencanaan pembangunan desa dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 21. Distribusi jawaban responden tentang pemahaman dengan konsep perencanaan pembangunan desa
No Keterangan
Frekuensi Persentase
1 Ya, paham
23 24,21
2 Ragu-ragu
25 26,31
3 Tidak paham
47 49,47
Jumlah 95
100 Sumber: Angket hasil peneltian 2008
Tabel 21 diatas, menunjukan bahwa responden dalam penelitian ini yang menjawab memahami konsep perencanaan pembangunan desa, yaitu sebanyak 23
orang atau 24,21. dan yang menjawab ragu-ragu 25 orang 26,31 sedangkan responden yang menjawab tidak memahami konsep perencanaan pembangunan
sebanyak 47 orang 49,47. Dari jawaban responden diatas dapat dilihat bahwa kebanyaan dari mereka
belum memahami konsep perencanaan pembangunan tersebut, seperti bagai mana aturan-aturannya, dan bagai mana untuk ikut didalamnya, dan apakah dalam
perencanaan itu masyarakat dilibatkan. Semestinya pemerintah desa yang mereka memahami dengan konsep perencanaan pemabangunan memberi tahu kepada
masyarakat sehingga masyarakat tahu dan mau berpartisiapsi. Dari hasil wawancara dengan Bapak Muzammel tokoh agama, masyarakat
di desa ini tidak mengerti dengan konsep perencanaan pembangunan, masyarakat tidak tahu akan aturan-aturannya, apakah boleh masyarakat dilibatkan sehingga
masyarakat memilih untuk fakum hanya menerima, hasil wawancara 31 juli 2008
Universitas Sumatera Utara
Dalam perencanaan pembangunan semestinya pemerintah desa memberikan masyarakat pengertian sehinggga memahami konsep perencanaan tersebut dan juga
bagai mana proses perencanaan tersebut. Dibawah ini dapat dilihat tentang pemahaman masyarakat tentang proses penyusunan perencanaan pembangunan.
Tabel 22. Distribusi jawaban responden tentang kemampuan memahami proses penyusunan perencanaan pembangunan desa memahami program-
progaram yang akan dirumuskan. No
Keterangan Frekuensi
Persentase
1 Ya, paham
25 26,31
2 Ragu-ragu
22 23,15
3 Tidak paham
48 50,52
Jumlah 95
100 Sumber: Angket hasil peneltian 2008
Pada tabel 20 ini dapat diketahui, bahwa responden yang dapat memahami bagai mana proses penyusunan perencanaan pembangunan desa yaitu sebanyak 25
orang atau 26,31, dan yang menjawab 22 orang 23,15, sedangkan yang menjawab tidak dapat memahami proses perencanaan pembangunan desa yaitu
sebanyak 48 orang atau 50,52 menjawab Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa masyarakat tidak sepenuhnya bisa
memahami bagai mana proses penyusunan perencanaan pembangunan, disebab masyarakat di desa ini dari dahulu memang tidak pernah dilibatkan dalam proses
perencanaan pembangunan tersebut, ditambah lagi masyarakat tidak pernah diberikan penyuluhan yang membuat mereka paham dengan proses perencanaan dan
program-program yang akan dirumuskan. Menurut Bapak Herman toko masyarakat, masyarakat tidak tahu seperti apa
proses perencanaan tersebut, sebenarnya maasyarakat bisa memahami jikalau
Universitas Sumatera Utara
memang dilibatkan dan diberikan tahu, tetapi selama ini belum ada dari pemerintah memberi tahu kepada masyarakat untuk bisa ikut dalam penyusunan perencanaan
pembangunan. hasil wawancara 01 Agustus 2008 Tabel dibawah ini akan menjelaskan pernah atau tidaknya dilakukan
pendidikanpenyuluhan bagi masyarakat sehingga mereka tahu akan hak dan kewajibannya dalam pembangunan.
Tabel 23. Distribusi jawaban responden tentang pendidikan yang dilakukan bagi masyarakat.
No Keterangan
Frekuensi Persentase
1 Ya, pernah
17 17,89
2 Tidak tahu
20 21,05
3 Tidak pernah
58 61,05
Jumlah 95
100 Sumber: Angket hasil peneltian 2008
Pada tabel diatas dapat diketahui bahwa, 17 orang 11,57 dari responden menjawab pernah dilakukan pendidikan bagi masyarakat, dan yang menjawab tidak
tahu 20 orang 21,05, sedangkan yang menjawab tidak pernah dilakukan pendidikan atau penyuluhan bagi masyarakat untuk meningkatkan pengetahuan
masyarakat tentang pemabngunan yaitu sebanyak 58 orang atau 61,05 Dari jawaban responden diatas, kebanyaan responden menjawab tidak pernah
dilakukan pendidikanpenyuluhan bagi masyarakat ditambah lagi dengan masyarakat menjawab tidak tahu, hal ini menandakan bahwa aparat desa belum pernah berusaha
untuk membinan dan memberdayakan masyarakat. Bapak Tamrin masyarakat desa mengatakan, di desa ini belum pernah
dilakukan pendidikan penyuluhan bagi masyarakat desa, masyarakat banyak yang
Universitas Sumatera Utara
tidak memahami perencanaan pembangunan itu bagaimana, karena masyarakat selama ini tidak pernah di beritahu dan dilibat hasil wawancara 01 agustus 2008
Aparat desa semestinya harus lebih berperan aktif dalam melihat dan memberikan pengetahuan secara mendalam kepada masyarakat akan pentingnya ikut
berpartisipasi, sehingga program-progaram pembangunan sesuai dengan aspirasi yang diinginkan oleh masyarakat. dibawah ini dapat dilihat tentang kesesuaian
program pembangunan dengan kebutuhan masyarakat.
Tabel 24. Distribusi jawaban responden tentang kesesuaian program pembangunan dengan kebutuhan masyarakat.
No Keterangan
Frekuensi Persentase
1 Ya, sesuai
19 20
2 Kadang-kadang
21 22,05
3 Tidak sesuai
55 57,89
Jumlah 95
100 Sumber: Angket hasil peneltian 2008
Berdasarkan tabel diatas, 19 orang responden sekitar 13,68 yang menyatakan program-progaram pembangunan desa sesuai dengan kebutahan
masyarakat. 21 orang responden sekitar 22,05 menjawab kadang-kadang saja program-program tersebut sesuai dengan kebutuhan masyarakat, dan monyoritas
responden menjawab program pembangunan desa selama ini tidak sesuai dengan kebutuhan masyarakat yaitu sebanyak 55 orang atau sekitar 57,89
Hasil wawancara dengan Bapak Samsudin tokoh masyarakat, ia mengatakan bahwa program-program pembangunan selama ini belum sepenuhnya
sesuai dengan kebutuhan masyarakat yang ada di desa ini, seperti pembangunan parit yang tidak terawat, pembangunan keramba ikan yang sudah tutup, hal ini disebabkan
keikut sertaan masyarakat dalam proses perencanaan pembangunan tidak ada, semua
Universitas Sumatera Utara
dikerjakan oleh pemerintah desa, dan juga disebabkan BPD yang tidak bisa menjalakan funsinya sebagai badan perwakilan masyarakat. masyarakat hanya tahu
dengan program-progaram pembangunan setelah semua itu dilaksanakan. hasil wawancara 03 agustus 2008
Pemerintah desa seharusnya meberikan kesempatan kepada masyarakat untuk bisa berpartisipasi dalam penyusunan perencanaan pembangunan, sehingga program-
program pembangunan tersebut menjadi aspiratif, karena semuan dibicarakan secara bersama
Untuk mengetahui apakah ada diadakan pertemua antar masyarakat dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi oleh desa maupun masyarakat itu sendiri.
Tabel 25. Distribusi jawaban responden tentang pernnah atau tidaknya diadakan pertemuan antara masyarakat dalam membeicarakan
masalah yang dihadapi. No
Keterangan Frekuensi
Persentase
1 Ya, sering
18 18,94
2 Kadang-kadang
20 21,05
3 Tidak pernah
57 60
Jumlah 95
100 Sumber: Angket hasil peneltian 2008
Pada tabel diatas dapat diketahui bahwa, 18 orang 18,94 responden menjawab sering dilakukan pertemuan dengan imasyarakat dan yang menjawab
kadang-kadang 20 orang 21,05, sedangkan yang menjawab tidak pernah dilakukan pertemuan dengan masyarakat atau diadakan musyawarah dengan
masyarakat dalam merencanakan pemabangunan desa yaitu sebanyak 57 orang atau sekitar 60
Universitas Sumatera Utara
Hasil Wawancara dengan Bapak Muzammel toko agama, mengatakan pertemuan antar masyarakat dalam menyelesaikan masalah-masalah desa sangat
jarang dilakukan di desa ini, apalagi pertemuan dalam memabahas perencanaan pemabangunan desa sama sekali tidak pernah diadakan pertemuan atau musyawarah
antar masyarakat untuk membahas masalah-masalah pembangunan desa, semua dikerjakan oleh pemerintah desa, masyarakat hanya sebagai penerima hasil. hasil
wawancara 04 agustus 2008 Semestinya Aparat Desa harus lebih bersifat terbuka dengan masyarakat mau
duduk dan musyawarah dengan masyarakat dalam mengatasi persoalan-persoalan desa, sehingga persoalan-persoalan desa tersebut dapat diselesai secara bersama dan
terbukatrasparan. Dibawah ini dapat dilihat apakah aparat desa selama ini telah transparanterbuka dalam proses pembangunan desa.
Tabel 26. Distribusi jawaban responden tentang trasparansi aparat dalam proses pembangunan desa.
No Keterangan
Frekuensi Persentase
1 Ya, sudah
20 21,05
2 Kadang-kadang
19 20
3 Tidak pernah
56 58,94
Jumlah 95
100 Sumber: Angket hasil peneltian 2008
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui, bahwa 20 orang 21,05 dari responden menjawab Pemerintah Desa telah trasparan dengan masyarakat dalam
menjalankan proses pembangunan desa dari, dan mengatakan kadang 19 orang 20, sedangkan yang menjawab Pemerintah Desa tidak pernah transparan dalam
proses pembangunan sebanyak 56 orang atau sekitar 58,94.
Universitas Sumatera Utara
Monyoritas dari responden mengatakan bahwa Pemerintah Desa tidak pernah transparan dengan masyarakat dalam proses pembangunan yang dilaksanakan,
Sejalan dengan apa yang dikatankan oleh Bapak Herman toko masyarakat, mengatakan masyarakat tidak tahu dengan proses pembangunan karena tidak pernah
diajak untuk terlibat, apalagi masalah pendanaannya bagai mana dan lain sebagainya masyarakat juga tidak tahu, karena tidak adanya keterbukaan kepada masyarakat
sehingga masyarakat tidak tahu. hasil wawancara 04 agustus 2008 Dibawah ini dapat dilihat apakah pernah dilakukan sosialisasi program-
progaram pembangunan oleh pemerintah desa kepada masyarakat.
Tabel 27. Distribusi jawaban reponden Tentang sosialisasi program-progaram pembangunan oleh aparat desa kepada masyarakat, sehingga
masyarakat mengerti dan mau terlibat. No
Keterangan Frekuensi
Persentase
1 Ya, selalu
19 20
2 Kadang-kadang
17 17,89
3 Tidak pernah
59 62,10
Jumlah 95
100 Sumber: Angket hasil peneltian 2008
Dalam tabel 27 ini, dapat kita lihat bahwa responden yang menjawab pemerintah desa selalu mensosialisasikan program-progarm pembangunan kepada
masyarakat sebanyak 19 orang 20 yang menjawab hal ini kebanyaan dari aparat desa, Wawancara dengan Kepala Desa, mengatakan, selama ini kami telah
melakukan tugas dengan sebaik-baiknya selalu melakukan komunikasi dengan masyarakat dan mensosialisasikan program-progaram pembangunan desa, dan
melibatkan masyarakat didalamnya namun kadang-kadang masyarakat itu sendiri yang tidak mau mengerti dan melibatkan diri.
Universitas Sumatera Utara
Kebanyaan Responden menjawab tidak pernah sebanyak 59 orang 62,10 dan menjawab kadang-kadang sebanyak 17 orang 17,89. kebanyaan dari
responden mengatakan, selama ini Pemerintah Desa tidak pernah melakukan sosialisasi program-program pembangunan kepada masyarakat, semestinya program-
program tersebut harus diberi tahukan kepada masyarakat sehingga mendukung atau tidak, disini tidak ada proses musyawarah, masyarakat tahu setalah program itu
terlaksana. semua dilakukan oleh pemerintah desa, begitu juga dengan BPD sebagai badan permusyawaratan tidak bisa menjembatani aspirasi masyarakat, BPD sangat
fasif tidak ada bebuat apa-apa. Dalam tabel dibawah ini dapat kita lihat aktif tidaknya BPD sebagai Lembaga
Perwakilan Desa dalam menjaring aspirasi masyarakat.
Tabel 28. Distribusi jawaban responden tentang aktif atau tidaknya BPD menjaring aspirasi masyarakat dalam merumuskan program-
program pembangunan desa. No
Keterangan Frekuensi
Persentase
1 Ya, aktif
17 17,89
2 Kadang-kadang
14 14,73
3 Tidak pernah
64 67,36
Jumlah 95
100 Sumber: Angket hasil peneltian 2008
Tabel 27 diatas, menunjukan bahwa 17 orang responden menjawab bahwa BPD aktif dalam menjaring aspirasi masyarakat, dan responden menjawab kadang-
kadang 14 orang 14,73, Sedangkan responden yang menjawab bahwa BPD tidak pernah aktif dalam menjaring aspirasi masyarakat yaitu sebanyak 64 orang atau
sekitar 67,36, hal ini menunjukan BPD tidak pernah aktif memperhatikan masyarakat dan menyalurkan aspirasi masyarakat. sejalan dengan hasil wawancara
Universitas Sumatera Utara
dengan Bapak Tamrin, peneliti dapatkan bahwa semua program-program pembanggunan ditetapkan oleh Aparat Desa Kepala Desa dengan jajarannya, BPD
sebagai perwakilan aspirasi masyarakat tidak pernah melakukan musyawarah ataupun berkomunikasi dengan masyarakat untuk mengetahui apa saja yang menjadi
kebutuhan masyarakat, dan juga masyarakat tidak pernah dilibatkan dalam proses perencanaan pembangunan BPD hanya sebagai pelengkap institusi desa aja. hasil
wawancara 05 agustus 2008 Dalam tabel dibawah ini dapat dilahat apakah BPD mempu melihat problem-
problem ataupun kebutuhan masyarakat.
Tabel 29. Distribusi jawaban reponden tentang kemampuan anggota BPD dalam melihat kebutuhan masyarakat.
No Keterangan
Frekuensi Persentase
1 Ya, mampu
19 20
2 Kurang mampu
26 27,36
3 Tidak mampu
50 52,63
Jumlah 95
100 Sumber: Angket hasil peneltian 2008
Pada tabel 29 ini dapat diketahui, 19 orang 20 responden menjawab bahwa BPD mampu melihat kebutuhan masyarakat desa, dan responden yang
menjawab kurang mampu 26 orang 27,36. Sedangkan monyoritas dari responden menjawab bahwa BPD tidak mampu melihat kebutuhan masyarakat ditandai dengan
50 orang atau sekitar 52,63 yang menjawab tidak mampu. Dari hasil wawancara, dengan Ketua BPD, mengatakan bahwa selama ini
kami sudah berbuat sebaik-baiknya, sudah mempertimbangkan segala sesuatu sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
Universitas Sumatera Utara
dan Bapak Tamrin masyarakat desa mengatakan, bahwa pemerintah tidak mampu melihat apa yang dibutuhkan oleh masyarakat desa, begitu juga dengan BPD yang
selalu ngikut apa yang dirumuskan oleh Kepala Desa BPD tidak bisa menjaring aspirasi masyarakat. Semestinya BPD sebagai Lembaga Permusyawaratan Desa bisa
mewakili aspirasi masyarakat. dan juga BPD tidak mampu bertindak tegas dengan peran dan fungsi yang dimilikinya. hasil wawancara 05 agustus 2008
Dibawah ini akan dapat dilihat tentang kemampuan BPD dalam menjalankan tugas dan fungsinya menyalurkan aspirasi masyarakat desa.
Tabel 30. Distribusi jawaban responden tentang kemampuan anggota BPD menjalankan tugasnya dalam menyalurkan aspirasi masyarakat.
No Keterangan
Frekuensi Persentase
1 Ya, mampu
16 24,21
2 Kurang mampu
24 26,31
3 Tidak mampu
55 49,47
Jumlah 95
100 Sumber: Angket hasil peneltian 2008
`Pada tabel diatas dapat diketahui bahwa, 16 orang 24,21 dari responden
menjawab BPD mampu menjalankan tugasnya dan menyalurkan aspirasi masyarakat, dan responden yang menjawab kurang mampu 24 orang 26,31, sedangkan
responden yang mengatakan bahwa BPD tidak mampu melakukan tugasnya dalam menyalurkan aspirasi masyarakat sebanyak 55 orang atau sekitar 49,47
Hasil wawancara dengan Bapak Samsudin dan beberapa orang tokoh masyarakat, Kebanyaan mengatakan bahwa BPD tidak mampu melaksanakan
tugasnya sebagai Badan Perwakilan Desa, karena selama ini belum nampak kinerja dari BPD dalam menyalurkan aspirasi masyarakat dan mau berkominikasi dan
bersosialisasi tentang program-program pembangunan desa, dan masyarakat tidak
Universitas Sumatera Utara
pernah tahu apa-apa saja program-progaram pembangunan yang telah direncanakan untuk tahun yang akan datang, karna masyarakat tidak pernah diberdayakan sehingga
untuk terlibat secara langsung dalam perumusan perencanaan pembangunan tersebut. hasil wawancara 06 agustus 2008
Dibawah ini dapat dilihat tentang usaha BPD atau pihak lain seperti LPM, Kepala Desa, dan lain sebagainya dalam memberdayakan masyarakat.
Tabel 31. Distribusi jawaban responden tentang usaha yang dilakukan Pemerintah, BPD dan pihak lain dalam memberdayakan masyarakat
untuk berpartisipasi dalam pembangunan. No
Keterangan Frekuensi
Persentase
1 Ya, ada
21 22,10
2 Ragu-ragu
25 26,31
3 Tidak ada
49 51,57
Jumlah 95
100 Sumber: Angket hasil peneltian 2008
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa usaha yang dilakukan oleh pemerintah desa BPD serta pihak lain dalam memberdayakan masyarakat sehingga termotipasi
untuk ikut dalam perencanaan pembangunan desa. Sebanyak 21 orang 22,10 responden menjawab ada dilakukan pemberdayaan bagi masyarakat, dan responden
yang menjawab ragu-ragu 25 orang 26,31, monyoritas dari responden menjawab tidak ada usaha yang dilakukan oleh aparat desa maupun pihak lain dalam
memberdayaan masyarakat, yaitu sebanyak 49 orang 51,57 Dari jawaban responden diatas diketahui bahwa pemberdayaan bagi
masyarakat belum pernah dilakukan, usaha yang nyata dari pemerintah desa dan pihak lain untuk memberdayakan masyarakat dalam proses pembangunan belum ada,
masyarakat dibiarkan fakum dan tidak dilibatkan dalam proses pembangunan,
Universitas Sumatera Utara
masyarakat hanya dijadikan sebagai penerima hasil tanpa diberikan kesempatan untuk menyalurkan aspirsi dan mengetahui program-program apa saja yang akan
dicanangkan. hal ini dapat dilihat dari tabel-tabel sebelumnya bahwa masyarakat banyak yang tidak tahu dengan program-program pembangunan dan sangat kurang
untuk mau terlibat dalam perencanaan pembangunan desa. Kebanyaan dari masyarakat mengatakan, selama ini Pemerintah Desa baik
priode sekarang maupun yang sebelum-sebelumnya, tidak ada usaha untuk memberdayakan masyarakat dan juga kurang sekali mengtamakan musyawarah
dengan masyarakat dalam menetukan segala sesuatunya, seperti program-program pembangunan dan lain sebagainya, sehingga membuat masyarakat menjadi malas
untuk aktif ikut berpartisipasi dalam proses perencanaan pembangunan desa.
Universitas Sumatera Utara
BAB V ANALISIS DATA