Maka Berdasarkan permasalahan yang diuraiankan diatas peneliti merasa
tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul: ”Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Partisipasi Masyarakat Dalam Perencanaan Pembangunan Desa
di Desa Sekijang Kecamatan Tapung Hilir Kabupaten kamapar”.
1.2 Perumusan Masalah
Untuk memudahkan peneliti nantinya, dan agar peneliti memiliki arah yang jelas dalam menginterprestasikan hasil penelitian, maka terlebih dahulu dirumuskan
masalahnya Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka permasalahan yang menjadi
perhatian dalam penelitian ini adalah: Faktor-Faktor Apa Saja Yang dapat Mempengaruhi Partisipasi Masyarakat
Dalam Perencanaan Pembangunan Desa di Desa Sekijang Kecamatan Tapung Hilir Kabupaten kampar.
1.3 Tujuan Penelitian
Setiap penelitian yang dilakukan tentu mempunyai sasaran yang hendak dicapai atau apa yang menjadi tujuan penelitian tentunya jelas diketahui sebelumnya.
Menurut Arikunto 2004: 51 Tujuan penelitian adalah rumusan kalimat yang menunjukkan adanya sesuatu hal yang diperoleh setelah penelitian.
Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah : a.
Untuk mengetahui faktor-faktor yang dapat mempengaruhi partisipasi masyarakat dalam Perencanaan pembangunan desa di Desa Sekijang
Kecamatan Tapung Hilir Kabupaten Kampar.
Universitas Sumatera Utara
b. Untuk mengetahui bagaimana partisipasi masyarakat dalam penyusunan
perencanaan pembanguanan di Desa Sekijang Kecamatan Tapung Hilir Kabupaten Kampar.
1.4 Manfaat Penelitian
Disamping tujuan yang ingin dicapai maka suatu penelitian harus memilik manfaat yang jelas. Adapun manfaat penelitian yang hendak dicapai dari penelitian
ini adalah: a.
Secara subjektif, dengan penelitian ini bermanfaat untuk mengembangkan kemampuan penulis dalam menulis karya ilmiah dan menganalisis masalah
dilapangan.
b. Secara praktis, sebagai masukankontribusi bagi pemerintah dan masyarakat
desa di Desa Sekijang Kecamatan Tapung Hilir Kabupaten Kampar
c. Secara akademis, penelitian ini diharapkan akan menyumbangkan khasanah
ilmiah dan kepustakaan baru dalam penelitian-penelitian ilmu sosial.
1.5 Kerangka Teori 1.5.1 Desa
Posisi pemerintah yang paling dekat dengan masyarakat adalah pemerintahan desa, maka dalam pengembangan peran serta masyarakat, pemerintah desa selaku
Pembina, pengayom dan pemberian pelayanan kepada masyarakat sangat berperan dalam menunjang mudahnya masyarakat digerakkan untuk berpartisipasi Widjaja,
2001: 42 Adapun menurut Syarif dalam Purwoko 2004: 60 secara umum tujuan dari
otonomi dan desentarlisasi yang dimaksud adalah meningkatkan kesejahteraan rakyat, meningkatkan pelayanan kepada masyarakat, mengembangkan kreativitas
Universitas Sumatera Utara
daerah, menciptakan pemerataan pembangunan, memberikan keleluasaan kepada daerah dalam mengelola sumber daya yang dimiliki dan mewujudkan demokrasi
ditingkat lokal terutama pada tingkat pemerintahan desa. Pengertian desa secara umum menurut Daldjoeni 2003: 53 adalah
pemukiman manusia yang letaknya diluar kota dan penduduknya berjiwa agraris, sedangkan desa dalam artian administaratif menurud Kartohadikusumo dalam
Daldjoeni 2003: 54 yaitu desa dijelaskan sebagai suatu kesatuan hukum yang mana tempat tinggal suatu masyarakat yang berkuasa mengadakan pemerintahan sendiri.
Dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Desa adalah : Kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk
mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara
Republik Indonesia. Desa berdasarkan Peraturan Pemerintah No 72 Tahun 2005 adalah desa atau
disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut desa, adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yurisdiksi, berwenang untuk mengatur
dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dibentuk dalam sistem pemerintah nasional dan
berada dikabupaten atau kota, sebagaimana dimaksud dalam UU 1945. Landasan pemikiran dalam pengaturan mengenai desa adalah keanekaragaman, partisipasi,
otonomi asli, demokratisasi, dan pemberdayaan masyarakat. Desa dibentuk atas prakarsa masyarakat dengan memperhatikan asal-usul
desa dan kondisi sisial budaya masyarakat setempat, dan pembentukan desa sebagai mana yang dimaksud harus memenuhi syarat:
a. Jumlah penduduk
Universitas Sumatera Utara
b. Luas wilayah
c. Bagian wilayah kerja
d. Perangkat, dan
e. Serana dan prasarana pemerintahan
Sebagai wujud demokrasi, dalam penyelenggaraan pemerintah desa dibentuk Badan Permusyawaratan Desa atau sebutan lain sesuai dengan budaya yang
berkembang di desa yang bersangkutan, yang berfungsi sebagai lembaga pengaturan dalam penyelengaraan pemerintahan desa, seperti dalam pembuatan dan pelaksanaan
Peraturan Desa, Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa, dan Keputusan Kepala Desa. Di desa di bentuk lembaga kemasyarakatan yang berkedudukan sebagai mitra
kerja Pemerintah Desa dalam memberdayakan masyarakat desa. Kepala Desa pada dasarnya bertanggung jawab kepada rakyat desa yang
dalam tata cara dan prosedur pertanggung jawaban disampaikan kepada bupati atau walikota melalui camat. Kepada Badan Permusyawaratan Desa,
1.5.2 Pemerintahan Desa
Dalam pemerintah daerah Kabupatenkota dibentuk pemerintahan desa yang terdiri dari pemerintah desa dan Badan Permusyawaratan Desa, pembentukan,
penghapusan, dan penggabungan desa dengan memperhatikan asal usul dan prakarsa masyarakat. Desa di Kabupaten secara bertahap dapat diubah atau disesuaikan
statusnya menjadi kelurahan sesuai usul dan prakarsa pemerintah desa bersama BPD yang ditetapkan dengan perda.
1. Pemerintahan Desa Pemerintah desa terdiri atas kepala desa dan perangkat desa. Perangkat desa
terdiri dari Sekdes dan perangkat desa lainnya. Sekretaris Desa diisi dari pegawai negeri sipil yang memenuhi persyaratan.
Universitas Sumatera Utara
Kepala Desa dipilih langsung oleh penduduk desa warga negara Republik Indonesia yang syarat selanjutnya dan tata cara pemilihan diatur oleh perda yang
berpedoman kepada Peraturan Pemerintah. Calon kepala desa yang memperoleh suara terbanyak dalam pemilihan kepala desa ditetapkan sebagai kepala desa.
Pemilihan Kepala Desa dalam kesatuan masyarakat hukum dapat beserta hak tradisionalnya sepanjang masih hidup dan diakui keberadaannya berlaku ketentuan,
hukum adat setempat yang ditetapkan dalam perda dengan berpedoman pada Peraturan Pemerintah.
Pemerintah desa adalah unsur penyelenggaraan pemerintahan desa, menurur Nurcholis 2005: 138 pemerintah mempunyai tugas pokok:
1. Melaksanakan urusan rumah tangga desa, urusan pemerintahan umum,
membangun dan membina masyarakat 2.
Menjalankan tugas pembantuan dari pemerintah, pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten
Untuk menjalankan tugas pokok tersebut pemerintah desa mempunyai fungsi: a.
Menyelenggarakan urusan rumah tangga desa b.
Pelaksanaan tugas di bidang pembanggunan dan pembinaan masyarakat yang menjadi tanggung jawabnya
c. Pelaksanaan pembinaan perekonomian desa
d. Pelaksanaan pembinaan partisipasi dan swadaya dan gotong royong
masyarakat e.
Pelaksanaan pembinaan ketentraman dan ketertiban masyarakat f.
Pelaksanaan musyawarah penyelesaian perselisiahan antar masyarakat g.
Penyusunan, pengajuan rancangan peraturan desa h.
Pelaksanaan tugas yang dilimpahkan kepada desa
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan Pasal 14 dan 15 Peraturan Pemerintah No. 72 Tahun 2005 bahwa Kepala Desa mempunyai tugas menyelenggarakan urusan pemerintahan,
pembangunan, dan kemasyarakatan. Pertama, urusan pemerintahan yang dimaksud adalah pengaturan kehidupan masyarakat sesuai dengan kewenangan desa seperti
pembuatan peraturan desa, pembentukan lembaga kemasyarakatan, pembentukan Badan Usaha Milik Desa, kerjasama antar desa. Kedua, urusan pembangunan yang
dimaksud adalah pemberdayaan masyarakat dalam penyediaan sarana prasarana fasilitas umum desa seperti jalan desa, jembatan desa, irigasi desa, pasar desa
. Ketiga, urusan kemasyarakatan ialah pemberdayaan masyarakat melalui pembinaan
kehidupan sosial budaya masyarakat seperti bidang kesehatan, pendidikan, adat istiadat.
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana diatas Kepala Desa mempunyai wewenang :
a. Memimpin penyelenggaraan pemerintahan desa berdasarkan kebijakan yang
ditetapkan bersama BPD; b.
Mengajukan rancangan peraturan desa; c.
Menetapkan peraturan desa yang telah mendapat persetujuan bersama BPD; d.
Menyusun dan mengajukan rancangan peraturan desa mengenai APB Desa untuk dibahas dan ditetapkan bersama BPD;
e. Membina kehidupan masyarakat desa;
f. Membina perekonomian desa;
g. Mengoordinasikan pembangunan desa secara partisipatif;
h. Mewakili desanya di dalam dan di luar pengadilan dan dapat menunjuk kuasa
hukum untuk mewakilinya sesuai dengan peraturan perundang-undangan; dan i.
Melaksanakan wewenang lain sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Universitas Sumatera Utara
2. Badan Permusyawaratan Desa Badan Permusyawaratan Desa atau disingkat dengan BPD berkedudukan
sebagai unsur penyelenggara pemerintahan desa. Anggota BPD adalah wakil dari penduduk desa bersangkutan berdasarkan keterwakilan wilayah yang ditetapkan
dengan cara musyawarah dan mufakat. Anggota BPD terdiri dari Ketua Rukun Warga, pemangku adat, golongan profesi, pemuka agama dan tokoh atau pemuka
masyarakat lainnya. Masa jabatan anggota BPD adalah 6 enam tahun dan dapat diangkatdiusulkan kembali untuk 1 satu kali masa jabatan berikutnya.
BPD berfungsi menetapkan peraturan desa bersama Kepala Desa, menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat.
Adapun wewenang BPD yaitu Membahas rancangan peraturan desa bersama kepala desa; Melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan peraturan desa dan
peraturan kepala desa; Mengusulkan pengangkatan dan pemberhentian kepala desa; Membentuk panitia pemilihan kepala desa; Menggali,menampung, menghimpun,
merumuskan dan menyalurkan aspirasi masyarakat; dan Menyusun tata tertib BPD BPD mempunyai hak, meminta keterangan kepada Pemerintah Desa,
menyatakan pendapat. Anggota BPD mempunyai kewajiban mengamalkan Pancasila, melaksanakan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan mentaati segala peraturan perundang-undangan; melaksanakan kehidupan demokrasi dalam
penyelenggaraan pemerintahan desa; mempertahankan dan memelihara hukum nasional serta keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia; menyerap,
menampung, menghimpun, dan menindaklanjuti aspirasi masyarakat; memproses pemilihan kepala desa; mendahulukan kepentingan umum diatas kepentingan
pribadi, kelompok dan golongan; menghormati nilai-nilai sosial budaya dan adat
Universitas Sumatera Utara
istiadat masyarakat setempat; dan menjaga norma dan etika dalam hubungan kerja dengan lembaga kemasyarakatan.
1.5.3 Partisipasi Masyarakat
Partisipasi dalam kamus besar Bahasa Indonesia yaitu tindakan ikut mengambil bagian, keikutsertaan atau ikut serta. Menurud Juliantara 2004: 84
partisipasi diartikan sebagai keterlibatan setiap warga negara yang mempunyai hak dalam pembuatan keputusan, baik secara langsung maupun melalui intermediasi
institusi legitimasi yang mewakili kepentingannya, partisipasi masyarakat merupakan kebebasan dan berbicara dan berpartisipasi secara konstruktif.
Partisipasi dapat dipahami dalam dua hal yaitu: pertama, partisiapsi merupakan sebuah alat, dimana partisipasi dilihat sebagai sebuah teknik untuk
membantu memajukan program desa atau disebut pembangunan partisipasi. Kedua, partisipasi sebagai sebuah tujuan itu sendiri yang dapat dinyatakan sebagai
pemberdayaan rakyat yang dipandang dari segi prolehan keahlian, pengetahuan dan pengalaman masyarakat untuk mengambil tanggung jawab yang lebih besar untuk
membangun. Menurud Adisasmita, 2006:38 Partisipasi masyarakat dapat didefenisikan
sebagai keterlibatan dan pelibatan anggota masyarakat dalam pembangunan, meliputi kegiatan dalam prencanaan dan pelaksanaan implementasi program pembangunan.
Dan juga Adisasmita mengatakan peningkatan partisipasi masyarakat merupakan salah satu bentuk pemberdayaan masyarakat social empowerment
secara aktif yang berorentasi pada pencapaian hasil pembangunan yang dilakukan dalam masyarakat pedesaan. Pemberdayaan masyarakat merupakan upaya
pemanfaatan dan pengelolaan sumber daya masyarakat pedesaan secara lebih aktif dan efisien, yaitu dalam hal sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
a. Aspek masukan atau input SDM, dana, peralatanserana, data, rencana, dan
teknologi b.
Aspek proses pelaksanaan, menitoring, dan pengawasan c.
Aspek keluar atau output pencapaian sasaran, efektivitas dan efisiensi Partisipasi masyarakat telah sekian lama diperbincangkan dan didengungkan
dalam berbagai forum dan kesempatan. Intinya adalah agar masyarakat umum atau sebanyaknya orang ikut serta dengan pemerintah memberikan bantuan guna
meningkatkan, mempelancar, mempercepat, dan menjamin berhasilnya usaha pembangunan. Maka secara umum partisipasi dapat diartikan sebagian
”pengikutsertaan” atau pengambilan bagian dalam kegiatan bersama. Menurud Tjokromidjojo dalam Safi’i, 2007:104 partisipasi masyarakat
dalam pembangunan dibagi atas tiga tahapan, yaitu: a.
Partisipasi atau keterlibatan dalam proses penentuan arah, startegi dan kebijakan pembangunan yang dilakukan pemerintah
b. Keterlibatan dalam memikul beban dan tanggung jawab dalam pelaksanaan
kegiatan pembangunan c.
Keterlibatan dalam memetik dan memanfaatkan pembangunan secara berkeadilan
Partisipasi masyarakat dalam pembangunan merupakan bagian integral yang harus ditumbuh kembangkan, yang pada akhirnya akan menumbuhkan rasa
memilikisense of belonging, rasa tanggung jawab sese of renponbility dari masayarakat secara sadar, bergairah dan bertanggung jawab Tjokroamidjojo,2002
Partisipasi dapat dilakukan dalam beberapa demensi, yaitu; a.
Sumbangan pikiran ide atau gagasan b.
Sumbangan meteri dana,barang dan alat
Universitas Sumatera Utara
c. Sumbangan tenaga berkerja atau memberi kerja
d. Memanfaatkan atau melaksanakan pelayanan pembangunan
e. Partisipasi sebagai pemberdayaan, yaitu partisipasi merupakan latihan
pemberdayaan bagi masarakat desa, meskipuin sulit untuk difenisikan akan tetapi pemberdayaan merupakan upaya untuk mngembangkan keterampilan
dan kemampuan masyarakt desa untuk memutuskan dan ikut terlibat dalam pembanguan.
Menurut Tjokrowinoto 1995: 48 arti penting partisipasi masyarakat dalam pembangunan adalah:
a. Rakyat adalah fokus sentral dan tujuan akhir pembangunan, partisipasi
merupakan akibat logis dari dalil tersebut. b.
Partisipasi menimbulkan rasa harga diri dan kemauan pribadi untuk dapat turut serta dalam keputusan penting yang menyangkut masyarakat.
c. Partisipasi menciptakan suatu lingkaran umpan balik arus informasi tentang
sikap, aspirasi, kebutuhan dan kondisi daerah yang tanpa keberadaannya akan tetap terungkap.
d. Pembangunan dilaksanakan lebih baik dengan dimulai dari dimana rakyat
berada dan dari apa yang mereka miliki. e.
Partisipasi merupakan game zone kawasan penerimaan proyek pembangunan.
f. Partisipasi akan memperluas jangkauan pelayanan pemerintah kepada seluruh
masyarakat. g.
Partisipasi menopang pembangunan h.
Partisipasi menyediakan lingkungan yang kondusif baik bagi aktualisasi potensi manusia maupun pertumbuhan manusia.
Universitas Sumatera Utara
i. Partisipsi merupakan cara yang efektif membangun kemampuan masyarakat
untuk mengelola program pembangunan guna memenuhi kebutuhan has daerah.
j. Partisipasi dipandang sebagai pencerminan hak-hak demokrasi individu untuk
dilibatkan dalam pembangunan mereka sendiri.
1.5.4 Perencanaan Pembangunan
Untuk memahami hakikat dari perencanaan pembangunan maka perlu kita lihat lebih luas mengenai perencanaan. Para ahli administrasi menetapkan
perencanaan sebagai fungsi utama dari administarsi. Perencanaan merupakan fungsi dasar, sebelum melaksanakan suatu kegiatan, perencanaan sangat mutlak diperlukan
dimana ditentukan tujuan dan arah yang jelas dari sautu kegiatan. Perencanaan adalah suatu proses untuk menentukan tindakan masa depan
yang tepat, melalui urutan pilihan, dengan memperhitungkan sumber daya yang tersedia UU. No. 25 Tahun 2004
Tanpa adanya perencanaan maka suatu kegiatan tidak dapat berjalan secara efektif dimana akan terjadi kesimpangsiuran yang dapat menimbulkan berbagai hal
seperti ketidak jelasan arah, tumpang tindih, pemboroan tenaga dan biaya. Perencanaan menurut Sondang P. Sagian 2003 : 88 perencanaan
didefenisikan sebagai keseluruhan proses pemikiran dan penentuan secara matang tentang hal-hal yang akan dikerjakan di masa yang akan datang dalam rangka
pencapaian tujuan yang telah ditentukan. Bintoro Tjokroamidjojo 1994: 12 merumuskan arti dan fungsi perencanaan
pembangunan sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
a. Perencanaan dalam arti yang seluas-luasnya adalah suatu proses
mempersiapkan secara sistematis kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu.
b. Suatu cara bagaimana mencapai tujuan dengan sebaik-baiknya dengan sumber-
sumber yang ada supaya efektif dan efisien. Dalam pembangunan suatu negara atau daerah sangat diperlukan perencanaan
sehingga pembangunan dapat dimanajemeni sebaik mungkin melalui sebuah perencanaan pembangunan yang ideal serta dapat menghasilkan sebuah konsep
pembangunan yang baik. Dimana perencanaan suatu kegiatan dalam pembangunan yang paling prioritas karena perencanaan tersebut menentukan arah, prioritas dan
startegi pembangunan. Penyusunan perencanaan dan proses pembangunan merupakan dua hal yang
saling berkaitan satu sama lainnya. Dalam tahap penyusunan perencanaan, proses pemebangunan yang nantinya akan terjadi dalam periode perencanaan tersebut
diperkirakan akan sesuai dengan kerangka perencanaan yang telah disusun sebelumnya. Perencanaan merupakan jawaban sementara atas persoalan-persoalan
pembangunan yang dihadapi masyarakat. Jadi dalam hal ini perencanaan cendrung menetapkan langkah-langkah yang
hendak dilakukan dengan belajar dari pengalaman-pengalaman yang sebelumnya untuk mencapai tujuan tertentu. Bahwa perencanaan merupakan suatu proses yang
terus-menerus dan menyeluruh dari penyusunan suatu rencana, penyusunan program kegiatan, pelaksanaan serta pengawasan dan evaluasi dari pelaksanaannya.
Pembangunan adalah suatu proses perubahan, perbaikan ataupun pembaharuan kearah yang lebih baik yang dilakukan oleh suatu bangsa atau negara.
Pratikno 2002: 119 mengemukakan defenisi pembangunan sebagai suatu jenis
Universitas Sumatera Utara
perubahan sosial untuk meningkatkan penghasilan perkepita serta standar hidup masyarakat.
Kemudian konsep pembangunan yang agak konseptual dengan pembangunan di Indonesia dikemukakan oleh Siagian 2002 : 147 bahwa pembangunan adalah
suatu usaha atau rangkaian usaha pertumbuhan dan perubahan yang berencana dilakukan secara sadar oleh suatu bangsa dan pemerintah menuju moderenitas dalam
rangka pembinaan bangsa. Tujuan pembangunan yang hendak dicapai adalah peningkatan taraf hidup
masyarakat dan penggunaan sarana untuk tujuan-tujuan sosial. Berdasarkan defenisi tersebut diatas terdapat 4 empat elemen dasar perencanaan pembangunan sebagai
mana yang dikemukakan oleh Arsyad dalam Robinson 2002: 5 yaitu : a.
Merencanakan berarti memilih b.
Perencanaan merupakan alat pengalokasian sumber daya c.
Perencanaan merupakan alat untuk mencapai tujuan d.
Perencanaan adalah berorientasi ke masa depan Dalam penyusunan perencanaan pembangunan haruslah diperhatikan
sumberdaya yang tersedia atau potensi wilayah yang menyangkut sumber daya alamnya, potensi sumberdaya aparatur yang mengelolanya serta memperhatikan
kemampuan anggaran untuk membiayai berlangsungnya proses pembangunan tersebut.
Menurut Bintoro Tjokroamijojo 1994: 57 secara umum unsur-unsur pokok yang terdapat dalam perencanaan pemebangunan adalah:
a. Kebijakan atau starategi dasar rencana pembangunaan, disebut juga sebagai
arah, tujuan dan prioritas pembangunan, meliputi pula sasaran pembangunan.
Universitas Sumatera Utara
Unsur ini merupakan dasar dari semua rencana yang kemudian dituangkan kedalam unsur-unsur perencanaan.
b. Perkiraan sumber-sumber pembangunan, yaitu sumber-sumber pembiayaan
pembangunan yang juga sangat penting diketahui dalam penyusunan perencanaan pembangunan.
c. Adanya kerangka rencana, disebut juga kerangka makro rencana, dalam
kerangka ini dihubungkan berbagai variabl-variabel pembangunan serta implikasi hubungan tersebut.
d. Uraian tentang kerangka kebijaksanaan yang konsisiten, berbagai kegiatan
perlu dirumuskan dan dilaksanakan, dan juga kebijakan-kebijakan pembangunan tersebut satu sama lain harus serasi dan konsisiten.
Kebijaksanaan dalam hal ini meliputi kejakan fiskal, penganggaran, kebijakan moneter, serta berbagai kegiatan sektoral lainnya.
e. Program investasi, program ini dilakukan secara sektoral seperti bidang
pertanian, industri, pertambangan, pendidikan dan sebagainya. Program investasi secara sektoral ini dilakukan bersamaan dengan penyusunan
sasaran-sasaran rencana, dilihat dari pembinaan ekonomi dan pembangunan diserasikan dengan kemungkinan biaya secara wajar.
f. Administrasi pembangunan, hal ini penting dalam proses perencanaan karena
diperlukan suatu administrasi negara yang mendukung usaha perencanaan dan pelaksanaan pembangunan tersebut
Universitas Sumatera Utara
1.5.5 Partisipasi Masyarakat Dalam Perencanaan Pembangunan
Perencanaan dengan pendekatan partisipasitif merupakan sebagai strategi pembangunan dan proses penentuan keputusan publik, hal ini sangat bergantung
pada kesadaran masyarakat untuk mau melibatkan diri dalam proses pembangunan. Alexander Abe 2005: 71 suatu perencanaan yang berbasis prakarsa
masyarakat dimana perencanaan yang sepenuhnya mencerminkan kebutuhan kongkrit masyarakat dan dalam proses penyusunannya benar-benar melibatkan
aspirasi masyarakat setempat dalam rangka menjawab kebutuhan masyarakat dan mencapai kehidupan baru yang lebih baik dan bermakna melalui langkah-langkah
pembangunan. Untuk menampung keinginan masyarakat dalam pembangunan ditempuh
dengan sistem perencanaan dari bawah ke atas bottom up. Inilah yang sebenarnya merupakan perencanaan partisipatif. Tahap-tahap yang paling bawah dalam rapat
koordinasi pembangunan daerah yang akan diusulkan pada tingkat yang lebih tinggi dan seterusnya, lebih jelasnya dalam uraian berikut ini:
a. Musyawarah Pembangunan musbang Tingkat DesaKelurahan
Musbang desa dipimpin oleh Kepala Desa atau Lurah yang dibimbing oleh Camat dan dibantu oleh Kepala urusan Pembangunan Desa. Musyawarah desa ini
menginventarisasi potensi desa, permasalahan-permasalahan desa serta menyusun usulan program dan proyek yang dibiayai dari swadaya desa, bantuan
pembangunan desa, APBD Kabupaten, APBD Provinsi dan APBN b.
Temu Karya Pembangunan Tingkat Kecamatan Temu karya dipimpin oleh Camat dan dibimbing oleh Bappeda KabupatenKota
dan dibantu oleh Kepala Kantor Pembangunan Desa KabupatenKota yang
Universitas Sumatera Utara
bersangkutan. Tujuannya membahas kembali rencana program yang telah dihasilkan Musbang Desa.
c. Rapat Koordinasi Pembangunan Rekorbang Kabupaten
Rapat ini membahas hasil Temu Karya Pembangunan Tingkat kecamatan yang dipimpin oleh Ketua Bappeda Kabupaten. Dalam rapat ini usulan-usulan program
dan proyek dilengkapi dengan sumber-sumber dana yang berasal dari APBD Kabupaten, APBD Provinsi, Program Bantuan Pembangunan, maupun Bantuan
Luar Negeri dan sumber dana dari Perbankan. Usulan dari Bappeda Kabupaten?kota disampaikan kepda Gubernur, Ketua Bappenas dan Mendagri
d. Rapat Koordinasi Pembangunan Rekorbang Provinsi
Hasil rumusan dari Rakorbang KabupatenKota dan usulan-usulan proyek-proyek pembangunan dibahas bersama-sama dengan Biro Pembangunan dan Biro Dana
Keuangan, Sekretaris Wilayah dan Provinsi serta Direktorat pembangunan Desa Provinsi. Ketua Bappeda Provinsi mengkoordinasikan usulan rencana program
dan proyek untuk dibahas dalam Rekorbang Provinsi yang dihadiri oleh lembaga vertikal dan Bappeda KabupatenKota.
e. Konsultasi Nasional Pembangunan
Hasil Rekorbang Provinsi diusulkan ke pemerintah pusat melalui Forum Konsultasi Nasional. Forum ini dipimpin oleh Bappenas dan dihadiri oleh wakil-
wakil Bappeda Provinsi serta Wakil Depdagri dan depertemen teknis tertentu. Hasil dari forum ini dibahasBappenas sebagai masukan untuk menyusun proyek-
proyek yang dibiayai oleh APBN. Daftar proyek yang telah dipadukan antara kebijakan sektoral dan keinginan daerah disusun dalam buku Satuan Tiga untuk
disampaikan kepada DPR sebagai lampiran nota keuangan.
Universitas Sumatera Utara
Perencanaan dengan pendekatan partispatif sebagai startegi pembangunan dan proses penentuan keputusan publik sangat tergantung pada kesadaran masyarakat
untuk mau melibatkan diri dalam proses pembangunan. Namum demikian perlu diketahui mengapa masyarakat begitu esensial dalam penentuan keputusan publik itu
senduri. Hal ini sangat terkait erat dengan posisi negara dan masyarakat dalam
kelangsungan unsur-unsur publik yang ahirnya juga terkait dengan kelangsungan negara berikut tatanan bermasyarakat yang ada didalamnya. Masyarakat sebagai
elemen terbesar dalam suatu sistem publik atau sistem kehidupan dalam suatu negara seringkali terbentur ketika berhapan dengan pemerintah yang dianggap sebagai
perwujudan negara itu sendiri. Slamet 2003: 11 menegaskan bahwa usaha pembangunan pedesaan melalui
proses perencanaan partisipatif perlu didekatkan dengan berbagai cara yaitu: 1 pengendalian potensi-potensi yang dapat dibangun oleh masyarakat setempat, 2
penggunaan teknologi tepat guna yang meliputi penciptaan, pengembangan, penyebaran sampai digukannya teknologi itu oleh masyarakat pedesaan. 3
pembinaan organisasi usaha utau unit pelaksana yang melaksanakan penerapan berbagai teknologi tepat gunan untuk mencapai tujuan pembangunan. 4 pembinaan
organisasi Pembinapendukung, yang menyambungkan usaha pembangunan yang dilakukan oleh individu-individu masyarakat pedesaan dengan lembaga lain atau
tingkat yang lebih tinggi kecamata, kabupaten, provinsi, nasional 5 pembinaan kebijakan pendukung, yaitu yang mencakup input, biaya, kredit, pasaran, dan lain-
lain yang memberi iklim yang serasi untuk pembangunan. Ndraha 1990 : 104 menyatakan bahwa, dalam menggerakkan perbaikan
kondisi dan peningkatan taraf hidup masyarakat, maka perencanaan partisipasi harus
Universitas Sumatera Utara
dilakukan dengan usaha : 1 perencanaan harus disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat yang nyata 2 dijadikan stimulasi terhadap masyarakat, yang berfungsi
mendorong timbulnya jawaban dan 3 dijadikan motivasi terhadap masyarakat, yang berfungsi membangkitkan tingkah laku Dalam perencanaan yang partisipatif
participatory planning, masyarakat dianggap sebagai mitra dalam perencanaan yang turut berperan serta secara aktif baik dalam hal penyusunan maupun implementasi
rencana, karena walau bagaimanapun masyarakat merupakan stakeholder terbesar dalam penyusunan sebuah produk rencana.
Suatu upaya menumbuhkanmengembangkan partisipasi masyarakat membutuhkan dua langkah sekaligus yaitu:
1. Penguatan Kapasitas Kritis Masyarakat Desa Dan Keterampilan Politik Upaya yang melandaskan diri pada suatu keyakinan dan kepercayaan, bahwa
masyarakat pada dasarnya sudah memiliki suatu kesadaran yang kuat mengenai pentingnya partisipasi atau pentingnya keterlibatan masyarakat.
Dibutuhkan langkah-langkah yang memungkinkan masyarakat untuk kembali memperkuat pemahaman, pengetahuan dan teknik-teknik yang dimiliki,
khususnya untuk bisa ikut mengambil bagian secara produktif dan demokratis dalam proses politik dalam hal ini pengambilan kebijakan ditingkat desa. Untuk
mencapai maksud ini dapat dikembangkan melalui berbagai program penguatan yaitu
a. Pendidikan Politik
Hal ini dimaksud untuk memungkinkan masyarakat baik sebagai individu ataupun kelompok dapat memahami dengan “utuh” proses politik proses
pemerintahan dan proses sosial, budaya dan ekonomi yang ada. Pemahaman yang utuh tidak dalam arti penguasaan suatu pengetahuan, melainkan adanya
Universitas Sumatera Utara
kemampuan dan kemauman masyarakat untuk terus menerus memeriksa rialitas sosial yang ada, mengembangkan refleksi daripadanya dan berani
mengambil sikap atas konisi-kondisi yang ada. b.
Pengembangan Area-Area Pengambilan Kebijakan Pengalaman masa lalu menunjukan bahwa hampir semua arena pengambilan
kebijakan tersentralisasi pada figur Kepala Desa, kondisi ini tentu tidak mendukung suatu proses demokrasi. Maka itu, dibutuhkan arena baru yang
lebih partisipatif, ditandai dengan pembentukan yang telepas dari intervensi kekuasaan dan memungkinkan masyarakat sendiri yang mengelola dan
membentuk aturan main dalam arena tersebut. Arena arus bawah ini akan memungkinkan berkembangnya pemikiran-pemikiran alternatif dan kritis.
Sehingga akan memperkaya gagasan dan memperluas keterlibatan masyarakat. maka dibutuhkan Badan Perwakilan Desa BPD sebagai arena
partisipasi masyarakat. 2. Penguatan Kelembagaan Desa
Bermakna ke dalam penguatan kelembagaan internal, yakni yang mengurus persoalan-persoalan internal desa, dapat pula bermakna sebagai penguatan
eksternal melalui pengembangan wahana “konsolidasi” kelembagaan desa untuk memperkuat kelembagaan itu sendiri. adanya BPD pada dasarnya memungkinkan
untuk mendorong suatu proses baru yang berbasis arus bawah. Adapun menurut Juliantara 2004: 85 pengembangan partisipasi masyarakat
dalam proses pembangunan mempunyai beberapa maksud yaitu: a.
Partisipasi akan memungkinkan masyarakat secara mendiri otonom mengoganisasi diri dan dengan demikian akan memudahkan
Universitas Sumatera Utara
rakyatmasyarakat menghadapi situasi-situasi sulit serta mampu menolak berbagai kecendrungan pembangunan yang merugikan
b. Partisipasi tidak saja menjadi cermin kongkrit peluang ekspresi aspirasi dan
jalan untuk memperjuangkanya tetapi yang lebih penting lagi bahwa partisipasi menjadi semcam garansi bagi tidak diabaikan kepentingan rakyat
c. Persoalan-persoalan dalam dinamika pembangunan akan dapat diatasi dengan
adanya partisipasi masyarakat, prinsip ini sekaligus menjadi titik pijak suatu kepercayaan kepada rakyat bahwa rakyat tidak perlu dimaknai sebagai
kebodohan melainkan sebagai objek pembangunan yang mempunyai kemampuan
d. Keterlibatan masyarakat dalam setiap proses penyelenggaraan pemerintahan
dan ada sikap yang terbuka dari penyelenggara pemerintahan tentu saja akan menjadi basis bagi suatu “kepercayaan sosial politik” yang dengan demikan
akan meningkatkan suatu proses penyelenggaraan pemerintahan yang demokrasi.
Wrihatnolo dan Nugroho 2006: 57 mengemukakan bahwa ada tiga asumsi agar perencanaan pembangunan dapat berlangsung dengan baik, yaitu:
1. kepemimpinan pembangunan. Kepemimpinan merupakan faktor penentu munculnya penganbilan keputusan
yang baik. Pengambilan keputusan yang baik akan menentukan mutu perencanaan pembangunan, sebagai syarat untuk mencapai keberhasilan tujuan
perencanaan. 2. Manajemen sumber daya pembangunan.
Sumber daya pembangunan merupakan merupakan aspek pertama yang menentukan perencanaan pembangunan agar asumsi perencanaan dapat
Universitas Sumatera Utara
terpenuhi. Oleh karena itu diperlukan manajemen sumber daya pembangunan yang meliputi segenap upaya manajemen dalam mengelola fungsi sumber daya
untuk memenuhi kebutuhan pembangunan 3. Prosedur perencanaan.
Presedur perencanaan merupakan langkah-langkah terstruktur yang dimulai dari langkah pengumpulan data, penyusunan informasi, perumusan kebutuhan,
penilaian anggaran, pengambilan keputusan, pelaksanaan keputusan, pengendalian pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi hasil.
Sedangkan Menurut Tjokromidjojo dalam Syaiful Arif 2006: 148-149 ada tiga elemen yang mendapat perhatian dalam partisipasi pembangunan, yaitu:
1. Masalah Kepemimpinan.
Dalam menggerakkan partisipasi masyarakat untuk pembangunan diperlukan pemimpin-pemimpin formal yang mempunyai legalitas dan pemimpin-pemimpin
informal yang memiliki legitimasi. 2. Masalah Komunikasi.
Gagasan-gagasan mengenai kebijakan dan rencana hanya akan dapat dukungan,bila diketahui dan dimengerti. Sebab hal tersebut mencerminkan
sebagai atau seluruh kepentingan dan aspirasi masyarakat. kemudian diterima dengan pengertian masyarakat, bahwa hasil dari kebijakan rencana itu akan betul-
betul sebagian atau seluruhnya dipetik masyarakat. 3. Masalah Pendidikan.
Kesadaran dan kemampuan untuk tumbuh sendiri dari masyarakat tergantung sekali pada tersedianya kualitas pendidikan dari masyarakat itu sendiri, baik
formal maupun informal.
Universitas Sumatera Utara
Pola perencanaan pembangunan yang mendorong terjadinya partisiapsi aktif masyarakat yang dikenal dengan istilah pembangunan partisipatif atau bisa juga
disebut dengan istilah perencanaan partisipatif. Partisipasi adalah keterlibatan dan pelibatan anggota masyarakat dalam pembangunan, meliputi kegiatan dalam
perencanaan dan pelaksanaan implementasi program-program pembangunan yang dikerjakan oleh masyarakat lokal R. Adisasmita, 2006: 35
Untuk dapat mewujudkan keterlibatan partisipasi masyarakat agar dapat berdaya, sangat dibutuhkan kebebasan, kesempatan, dan ruang gerak yang tersusun
dalam empat tingkatan, sebagai mana yang diungkapkan oleh Kremer dalam Saiful Arif 2006: 150-151, sebagai berikut:
1. Partisipasi akan mendukung arti keterlibatan dalam proses pengambilan
keputusan kebijakan pembangunan 2.
Partisipasi hendaknya mengarah pada pembangunan program penduduk yang yang ditempatkan sebagai konsumen utama dari program-progaram
imfrastruktur fisik daerah. Oleh sebab itu kepentingan-kepentingan dan saran- saran mereka harus didengar oleh mereka yang bertanggung jawab
memberikan pelayanan-pelayanan pembangunan daerah. 3.
Partisipasi yang menempatkan masyarakat sebagai konsumen perlu memproleh stimulan dan dukungan sebagai reaksi terhadap birokrasi
pembangunan yang kurang memiliki kepekaan terhadapkepentingan masyarakat.
4. Pertisipasi diadakan dalam rangka nilai keadilan sosial dan dalam rangka
tersedianya kelonggaran memproleh pekerjaan yang produktif bagi seluruh lapisan masyarakat.
Universitas Sumatera Utara
1.6. Defenisi Konsep
Menurut Masri Singarimbun 1995:37 konsep adalah istilah atau defenisi yang digunakan untuk mengambarkan secara abstrak kejadian, keadaan, kelompok
atau individu yang menjadi pusat ilmu sosial. Untuk memberikan batasan-batasan yang lebih jelas dari masing-masing
konsep guna menghindari adanya salah pengertian, maka defenisi beberapa konsep yang dipakai dalam penelitian ini sesuai dengan kerangka teoritis yang telah
dikemukakan diatas maka konsep operasional tersebut adalah sebagai berikut: 1.2.1
Desa Desa adalah : Kesatuan masyarakat hukumyang memiliki batas-batas
wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal usul dan adat istiadat setempat
yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Republik Indonesia.
1.2.2 Partisipasi Masyarakat
Partisipasi Masyarakat Adalah keterlibatan mental dan emosional individu dalam situasi kelompok yang mendorongnya memberikan
sumbangan terhadap tujuan kelompok serta mambagi tanggung jawab bersama.
1.6.3 Pembangunan Desa Pembangunan Desa Adalah sebagai upaya untuk menumbuhkan keadaan
dari yang kurang dikehendaki menuju keadaan yang lebih baik berdasarkan aspirasi, partisipasi, adat istiadat masyarakat setempat.
Universitas Sumatera Utara
1.6.4 Partisipasi Masyarakat dalam perencanaan pembangunan desa
Partisipasi Masyarakat dalam perencanaan pembangunan desa Adalah keterlibatan atau keikutsertaan anggota masyarakat untuk secara aktif
dalam kegiatan pembangunan desa yang meliputi kegiatan prencanaan, pelaksanaan dan pemeliharaan hasil pembangunan.
1.7. Defenisi Operasional