7 6
5 4
3 2
1 6.8
6.4 6.0
5.6 5.2
Sample S
a m
p le
M e
a n
__ X=6.058
UCL=6.724
LCL=5.393
7 6
5 4
3 2
1 1.00
0.75 0.50
0.25 0.00
Sample S
a m
p le
S tD
e v
_ S=0.466
UCL=0.974
LCL=0
Xbar-S Chart of pH
Gambar 5.1. Peta Kontrol Karakteristik pH
Dari Gambar 5.1 dapat diketahui bahwa semua sampel telah berada dalam batas kontrol.
BAB VI ANALISIS DAN EVALUASI PEMECAHAN MASALAH
6.1. Analisis Pemecahan Masalah
6.1.1. Analisis Peta Kontrol
Peta kontrol pada penelitian ini digunakan untuk melihat apakah proses produksi tepung berada dalam pengendalian statistik. Data peta kontrol diperoleh
dari hasil perhitungan rata-rata dan standar deviasi yang menunjukkan variasi karakteristik. Setelah memetakan semua karakteristik tepung diperoleh bahwa
terdapat variasi pada karakteristik tepung. Selanjutnya hasil dari perhitungan standart deviasi tersebut akan digunakan untuk perhitungan process capability.
6.1.2. Analisis Process Capability Index
Indeks kapabilitas proses digunakan sebagai tolak ukur kemampuan suatu proses untuk menghasilkan suatu produk sesuai dengan kebutuhansyarat dari
konsumen atau pesifikasi yang diharapkan. Rekapitulasi hasil perhitungan indeks
kapabilitas proses untuk setiap karakteristikditunjukkan padaTabel 6.1. Tabel 6.1. Indeks Kapabilitas Proses
Karakteristik Cp
Deskripsi Pencapaian Sigma
pH 0,60
Belum kapabel 1.33 sigma
Warna 0,51
Belum kapabel 1.33 sigma
Kadar Air 0,60
Belum kapabel 1.33 sigma
SO
2
0,53 Belum kapabel
1.33 sigma
Dari hasil perhitungan yang ditunjukkan padaTabel 6.1, proses yang ada saat ini masih sangat rendah kapabilitasnya dalam menghasilkan produk seperti
yang diharapkan costumer.
6.1.3. Analisis Loss Perusahaan
Loss perusahaan adalah biaya tambahan yang harus dikeluarkan perusahaan selama melakukan proses rework untuk memperbaiki karakteristik
teknis produk yang tidak sesuai spesifikasi. Biaya tambahan ini kemudian dikaitkan dengan biaya tenaga kerja dan overhead pabrik yang terjadi selama
proses rework ini. Melalui pengolahan data menggunakan konsep Taguchi’s Quality Loss Function, didapatkan hasil bahwa loss perusahaan yang terjadi
adalah sebesar Rp 327.496.284 tahun, kemudian dilakukan usulan perbaikan pada karakteristik kadar air proses pengayakan sebesar Rp 304.249.284 tahun
sehingga dihasilkan selisih loss perusahaan sebesar Rp 23.247.000 tahun.
6.1.4. Analisis Failure Mode and Effect Analysis
FMEA digunakan untuk mengidentifikasi dan menilai resiko-resiko yang berhubungan dengan potensi kegagalan serta prioritas langkah perbaikan.
Berdasarkan hasil pemetaan dan prinsip pareto 80-20 dengan input risk priority number dari FMEA, maka didapatkan prioritas kegagalan yang akan diperbaiki
adalah: