pengaruh yang signifikan dalam menentukan risiko sistematis dan perbedaan rasio keuangan antara perusahaan besar dan kecil.
II.2 Teori Tentang Rasio Keuangan
Menurut Darsono dan Ashari 2005 bahwa: analisis laporan keuangan sering kali juga memasukkan aktivitas untuk membuat berbagai macam transformasi
atas laporan keuangan. Jika analisis hanya menganalisis item atau akun yang ada dalam laporan keuangan, maka analis kesulitan untuk menilai seberapa
baik perusahaan beroperasi. Teknik analisis yang digunakan adalah analisis rasio dan analisis persentase yang memungkinkan untuk mengidentifikasi,
mengkaji dan merangkum hubungan-hubungan yang signifikan dari data keuangan perusahaan. Untuk mengevaluasi kinerja dan kondisi keuangan
perusahaan, analis keuangan dan pemakai laporan keuangan harus melakukan analisis terhadap kesehatan keuangan perusahaan. Alat yang biasa digunakan
adalah rasio keuangan.
Martono dan Harjito 2005 menyatakan bahwa: analisis rasio keuangan juga dapat dibedakan berdasarkan laporan keuangan yang dianalisis, yaitu analisis
secara individual dan analisis silang. Analisis individual dimaksudkan sebagai analisis yang dilakukan pada unsur-unsur yang ada pada salah satu laporan
keuangan, misalnya analisis rasio bagi unsur-unsur yang ada pada neraca saja atau laporan laba-rugi saja. Sedangkan analisis silang merupakan analisis rasio
yang melibatkan unsur-unsur yang ada pada laporan neraca dan sekaligus yang ada pada laba-rugi. Unsur-unsur yang ada pada kedua laporan tersebut
digabungkan untuk mendapatkan suatu rasio tertentu.
II.2.1 Non Performing Loan NPL
Menurut Sitompul 2005 bahwa: pemberian kredit memang merupakan
kegiatan yang berisiko tinggi. Bank harus mampu menganalisis dan memprediksi suatu permohonan kredit untuk dapat meminimalkan risiko yang
terkanding di dalam penyaluran kredit tersebut. Informasi tentang calon nasabah debitur merupakan faktor krusial dalam menentukan tingkat risiko
yang bakal dihadapi bank. Penentuan eligible dan bankable tidaknya seseorang atau suatu perusahaan tergantung seberapa banyak informasi akurat
yang dimiliki bank tentang calon peminjam. Secara klasik bank menggunakan pendekatan 5C untuk menilai calon nasabah peminjam debitur. Pendekatan
dalam pemberian kredit ini telah digunakan sejak lama dan masih terus dipergunakan sampai saat ini. Hal ini menandakan bahwa prinsip-prinsip yang
dikandungnya masih relevan dengan kondisi sekarang. Five C’s of credit
Mediati Sa`adah: Analisis Rasio Keuangan Dan Total Aset Terhadap Beta Saham Perbankan Di Bursa Efek Indonesia, 2008. USU e-Repository © 2008
digunakan untuk menilai character, capacity, capital, conditions dan collateral nasabah debitur.
Kasmir 2000 menyatakan bahwa: pemberian kredit dengan analisis 5 C kredit dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Character adalah sifat atau watak
seseorang dalam hal ini calon debitur. Tujuannya adalah untuk memberikan keyakinan kepada bank bahwa sifat atau watak dari orang-orang yang akan
diberikan kredit benar-benar dapat dipercaya. Keyakinan ini tercermin dari latar belakang si nasabah baik yang bersifat latar belakang pekerjaan maupun
yang bersifat pribadi, 2. Capacity adalah untuk melihat kemampuan calon nasabah dalam membayar kredit yang dihubungkan dengan kemampuannya
mengelola bisnis serta kemampuannya mencari laba. Sehingga pada akhirnya akan terlihat kemampuannya dalam mengembalikan kredit yang disalurkan.
Semakin banyak sumber pendapatan seseorang maka semakin besar kemampuanny untuk membayar kredit, 3. Capital adalah untuk mengetahui
sumber-sumber pembiayaan yang dimiliki nasabah terhadap usaha yang akan dibiayai oleh bank karena biasanya bank tidak akan bersedia untuk membiayai
suatu usaha 100, artinya setiap nasabah yang mengajukan permohonan kredit harus pula menyediakan dana dari sumber lainnya atau modal sendiri
atau dengan kata lain capital, 4. Colleteral merupakan jaminan yang diberikan calon nasabah baik yang bersifat fisik maupun nonfisik. Jaminan
hendaknya melebihi jumlah kredit yang diberikan. Jaminan juga harus diteliti keabsahannya, sehingga jika terjadi suatu masalah, maka jaminan yang
dititipkan akan dapat dipergunakan secepat mungkin. Fungsi jaminan adalah sebagai lindung bank dari risiko kerugian, 5. Condition artinya dalam menilai
kredit hendaknya juga dinilai kondisi ekonomi sekarang dan untuk di masa yang akan datang sesuai sektor masing-masing. Dalam kondisi perekonomian
yang kurang stabil sebaliknya pemberian kredit untuk sektor tertentu jangan diberikan terlebih dahulu dan kalaupun jadi diberikan sebaiknya juga dengan
melihat prospek usaha tersebut di masa yang akan datang.
Siamat 2005 menyatakan bahwa: kredit bermasalah atau problem loan dapat diartikan sebagai pinjaman yang mengalami kesulitan pelunasan akibat adanya
faktor kesengajaan dan atau karena faktor eksternal di luar kemampuan kendali debitur. Kredit bermasalah sering juga disebut non performing loan
yang dapat diukur dari kolektibilitasnya. Kolektibilitas merupakan gambaran kondisi pembayaran pokok dan bunga pinjaman serta tingkat kemungkinan
diterimanya kembali dana yang ditanamkan dalam surat-surat berharga. Penilaian kolektibilitas kredit digolongkan ke dalam lima kelompok yaitu:
lancar pass, dalam perhatian khusus special mention, kurang lancar substandard, diragukan doubtful, dan macet loss. Apabila kredit
dikaitkan dengan tingkat kolektibilitasnya, maka yang digolongkan kredit
Mediati Sa`adah: Analisis Rasio Keuangan Dan Total Aset Terhadap Beta Saham Perbankan Di Bursa Efek Indonesia, 2008. USU e-Repository © 2008
bermasalah adalah kredit yang memiliki kualitas dalam perhatian khusus, kurang lancar, diragukan, dan macet.
NPL diformulasikan secara matematis sebagai berikut:
NPL =
Kredit Total
macet diragukan
lancar kurang
Kredit +
+
x 100
II.2.2 Capital Adequacy Ratio CAR