Analisis Rasio Keuangan Dan Total Aset Terhadap Beta Saham Perbankan Di Bursa Efek Indonesia

(1)

ANALISIS PENGARUH RASIO KEUANGAN DAN TOTAL ASET

TERHADAP BETA SAHAM PERBANKAN

DI BURSA EFEK INDONESIA

TESIS

Oleh

MEDIATI SA’ADAH 067019107/IM

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2008


(2)

ANALISIS PENGARUH RASIO KEUANGAN DAN TOTAL ASET

TERHADAP BETA SAHAM PERBANKAN

DI BURSA EFEK INDONESIA

TESIS

Untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Ilmu Manajemen

pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

Oleh

MEDIATI SA’ADAH 067019107/IM

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2008


(3)

Judul Tesis : ANALIS PENGARUH RASIO KEUANGAN DAN TOTAL ASET TERHADAP BETA SAHAM PERBANKAN DI BURSA EFEK INDONESIA

Nama Mahasiswa : Mediati Sa’adah Nomor Pokok : 067019107

Program Studi : Ilmu Manajemen

Menyetujui Komisi Pembimbing:

(Dr. Rismayani, MS) (Drs. Syahyunan, M.Si)

Ketua Anggota

Ketua Program Studi, Direktur,

(Dr. Rismayani, MS) (Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B.,M.Sc)


(4)

Telah diuji pada :

Tanggal : 30 Agustus 2008

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Dr. Rismayani, MS

Anggota : 1. Drs. Syahyunan, M.Si

2. Dr. Parulian Simanjuntak, MA 3. Tapi Anda Sari, SE. M.Si. Ak


(5)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa Tesis yang berjudul:

“ANALISIS PENGARUH RASIO KEUANGAN DAN TOTAL ASET TERAHADAP BETA SAHAM PERBANKAN DI BURSA EFEK INDONESIA” Adalah benar hasil karya saya sendiri dan belum dipublikasikan oleh siapapun sebelumnya.

Sumber-sumber data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara benar dan jelas.

Medan, 30 Agustus 2008

Yang membuat pernyataan,


(6)

ABSTRAK

Industri perbankan sebagai industri yang mendominasi sektor keuangan memiliki sensitifitas yang tinggi terhadap indikator ekonomi makro. Hal ini mengakibatkan tingkat risiko saham perbankan juga mengalami fluktuasi yang tinggi. Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sejauh mana pengaruh rasio keuangan dan Total Aset terhadap Beta Saham perbankan di Bursa Efek Indonesia. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui faktor rasio keuangan dan Total Aset yang mempengaruhi beta saham perbankan di Bursa Egek Indonesia. Adapun rasio keuangan yang dipakai adalah Non Performing Loan (NPL), Return on Equity (ROE), Capital Adequacy Ratio (ROE) dan Earning per Share (EPS) serta Total Aset sebagai ukuran perusahaan.

Teori yang digunakan adalah manajemen keuangan yang berkaitan dengan Rasio Keuangan, Total Aset dan Beta Saham. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan survei. Jenis penelitian adalah deskriptif kuantitatif dan bersifat eksplanatori.

Metode pengambilan sampel yang digunakan purposive sampling method. Dari populasi sebanyak tiga puluh perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, diambil dua puluh satu yang memenuhi kriteria sampel yaitu perusahaan perbankan yang dipilih adalah bank konvensional, perusahaan publik pada sektor perbankan yang telah terdaftar di Bursa Efek Indonesiai dari tahun 2003 hingga 2007 dan dan memiliki laporan keuangan lengkap dari tahun 2003 hingga 2007. Pengujian hipotesis pertama dilakukan dengan menggunakan regresi linear berganda. Hipotesis kedua diuji dengan regresi linear sederhana.

Hasil penelitian untuk hipotesis pertama menunjukkan nilai koefisien determinasi (R²) yang diperoleh adalah 21,1%. Dengan menggunakan confidential interval sebesar 95%, secara serempak rasio keuangan yang terdiri dari Non Performing Loan (NPL), Capital Adequacy Ratio (CAR), Return on Equity (ROE) dan Earning per Share (EPS) mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap beta saham perbankan, sedangkan secara parsial hanya Return on Equity (ROE) yang tidak mempunyai pengaruh terhadap beta saham perbankan di Bursa Efek Indonesia. Hasil penelitian untuk uji hipotesis kedua menunjukkan nilai koefisien detrminasi (R²) yang dihasilkan adalah sebesar 17,5%. Dengan menggunakan confidential interval sebesar 95%, Total Aset sebagai ukuran perusahaan mempunyai pengaruh high significant terhadap beta saham perbankan di Bursa Efek Indonesia.

Kesimpulan dari penelitian ini adalah, rasio keuangan yang terdiri dari NPL,CAR, ROE dan EPS berpengaruh signifikan terhadap Beta Saham perusahaan perbankan di Bursa Efek Indonesia. Sedangkan Total Aset berpengaruh high significant terhadap Beta Saham perbankan di Bursa Efek Indonesia.


(7)

ABSTRACT

Banking industry as the industry which dominating financial sector having high sensitivity to the macro economic factor. It is causing risk level of banking stock also having high fluctuation. Formulation problem of this research is how financial ratio factor and total assets influence beta of banking stock at Indonesian Stock Market. This research is done with the objective to understand financial ratio factor and total assets that influence beta of banking stock at Indonesian Stock Market. Financial ratio used are Non Performing Loan (NPL), Return on Equity (ROE), Capital Adequacy Ratio (CAR), and Earning Per Share (EPS) and Total Assets as company size.

Using financial management theory related to Financial Ratio, Total Assets and Beta. This research using survey approach. The kind of the research are quantitative descriptive and explanatory descriptive.

Sampling method was used purposive sampling method. From the population of thirty banking company registered at Indonesian Market Stock, taken twenty one banking company which fulfilling sample criteria such as conventional bank, public company in banking sector which had been registered since 2003 up to 2007 and having complete financial report from 2003 up to 2007. First hypothesis test was done by using multiple linier regression. Second hypothesis was tested using simple linier regression.

Result of research for first hypothesis showing determination coefficient (R2) is 21,1%. Using confidential Interval 95% simultaneously financial ratio which consist of Non Performing Loan (NPL), Capital Adequacy Ration (CAR), Return on Equity (ROE), and Earning Per Share (EPS) have significant determination to the beta of banking stock, while partially only Return On Equity (ROE) which have no influence/determination to beta of banking stock at Indonesian Stock Market. Result test of second hypothesis showing determination coefficient (R2) is 17,5%. Using confidential Interval 95% simultaneously Total Assets have high significant influence/determination to beta of banking stock at Indonesian Stock Market.

The conclusion of research indicate that financial ratio which consist of NPL, CAR, ROE, and EPS have significant determination to the banking of stock beta at Indonesian Stock Market, while Total Assets have high significant influence/determination to banking of stock beta at Indonesian Stock Market.


(8)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah Swt yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis yang berjudul “Analisis Pengaruh Rasio Keuangan dan Total Aset Terhadap Beta Saham Perbankan di Bursa Efek Indonesia”. Tesis ini merupakan tugas akhir dalam rangka memperoleh gelar Magister Sains (M.Si) dalam Program Ilmu Manajemen pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara Medan.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Prof. Chairuddin P. Lubis, DTM&H Sp. A(K), selaku Rektor Universitas Sumatera Utara Medan

2. Prof. Dr. Ir. Chairun Nisa B, MSc, selaku Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.. Medan.

3. Dr. Rismayani, SE, MS, selaku Ketua Program Studi Ilmu Manajemen Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara Medan dan juga selaku ketua komisi pembimbing.

4. Bapak Drs. Syahyunan, M.Si., selaku komisi pembimbing yang telah memberikan dorongan dan bimbingan serta saran-saran sehingga tesis ini dapat diselesaikan dengan baik.

5. Dr. Parulian Simanjuntak, MA., Dra. Tapi Anda Sari Msi. Ak., dan Drs. HB. Tarmizi, SU., selaku komisi pembanding yang telah banyak memberikan masukan untuk perbaikan tesis ini.


(9)

6. Seluruh Staf pengajar dan administrasi Magister Ilmu Ekonomi SPs USU serta rekan-rekan Sekolah Pascasarjana umumnya dan Program Studi Manajemen Angkatan XI khususnya serta seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang selalu memotivasi dan memberi semangat dalam penyelesaian tesis ini. 7. Kepada almarhum bapak dan ibu tercinta yang telah memberikan pendidikan sejak

awal hingga penulis dapat melanjutkan dan menyelesaikan pendidikan Strata dua. Kepada bapak dan ibu mertua serta suamiku tercinta, Juwari, yang telah memberikan dorongan, semangat, kasih sayang, perhatian dan waktu yang telah diberikan semoga mendapat pahala dari Allah swt. Teristimewa penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada anak-anakku tercinta Azita Zandian Aridyantie dan Muhammad Miftahul Fath atas perhatian dan pengertiannya selama ibunya menjalankan perkuliahan sampai selesai serta saudara-saudaraku (mbak Iin, Era, Yatik, Eva, Ayyub dan Bodiek).

Penulis menyadari tesis ini belum sempurna, namun demikian diharapkan nantinya dapat berguna bagi semua pihak, khususnya bagi pengembangan serta penelitian dibidang keuangan.

Medan, 30 Agustus 2008

Penulis,


(10)

RIWAYAT HIDUP

Mediati Sa’adah dilahirkan di Jember pada tanggal 08 November 1968 dari pasangan bapak H. Muchson Sudjono (alm) dan ibu Hj. Nur Asidah sebagai anak ketiga dari tujuh bersaudara. Menikah pada tanggal 12 Mei 1991 dengan Juwari putra dari bapak Lahimin dan ibu Djarti dan telah dikaruniai seorang putri dan putra bernama Azita Zandian Aridyantie dan Muhammad Miftahul Fath.

Pendidikan dimulai pada tahun 1974 di TK Al Hidayah II Jember (lulus 1975), Madrasah Ibtidaiyah Ma’arif (MIMA) KH Shiddiq I Jember (lulus tahun 1981), SMP Negeri I Jember (lulus tahun 1984), SMA Negeri I Jember (lulus tahun 1987) dan Program Studi Ilmu Ekonomi dan Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Jember (lulus tahun 1991), dan tahun 2006 melanjutkan ke Program Studi Magister Ilmu Manajemen SPS Universitas Sumatera Utara, Medan.

Pekerjaan sekarang adalah ibu rumah tangga. Sebelumnya penulis pernah bekerja sebagai staf pengajar di SMP Islam Jember pada tahun 1991.


(11)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

RIWAYAT HIDUP ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

I.1 Latar Belakang ... 1

I.2 Perumusan Masalah ... 6

I.3 Tujuan Penelitian ... 6

I.4 Manfaat Penelitian ... 7

I.5 Kerangka Berpikir ... 8

I.6 Hipotesis ... 14

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 15

II.1 Penelitian Terdahulu ... 15

II.2 Teori Tentang Rasio Keuangan ... 17

II.2.1 Non Performing Loan (NPL) ... 17

II.2.2 Capital Adequacy Ratio (CAR) ... 19

II.2.3 Return on Equity (ROE) ... 20

II.2.4 Earning per Share (EPS) ... 21

II.3 Total Aset ... 21


(12)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 25

III.1 Tempat dan Waktu Penelitian ... 25

III.2 Metode Penelitian ... 25

III.3 Populasi dan Sampel ... 26

III.4 Jenis dan Sumber Data ... 27

III.5 Teknik Pengumpulan Data ... 28

III.6 Hipotesis Pertama ... 28

III.6.1 Identifikasi dan Definisi Operasional Variabel Hipotesis Pertama ... 28

III.6.1.1 Identifikasi Variabel Hipotesis Pertama ... 28

III.6.1.2 Definisi Operasional Variabel Hipotesis Pertama ... 28

III.6.2 Model Analisis Data Hipotesis Pertama ... 31

III.6.3 Pengujian Asumsi Klasik Hipotesis Pertama ... 34

III.6.3.1 Uji Normalitas ... 34

III.6.3.2 Uji Multikolonieritas ... 35

III.6.3.3 Uji Heteroskedastisitas ... 35

III.6.3.4 Uji Autokorelasi ... 36

III.7 Hipotesis Kedua ... 36

III.7.1 Identifikasi dan Definisi Operasional Variabel Hipotesis Kedua ... 36

III.7.1.1 Identifikasi Variabel Hipotesis Kedua ... 36

III.7.1.2 Definisi Operasional Variabel Hipotesis Kedua ... 36

III.7.2 Model Analisis Data Hipotesis Kedua ... 37

III.7.3 Pengujian Hipotesis Kedua ... 38

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 39

IV.1 Hasil Penelitian ... 39

IV.1.1 Gambaran Umum Perusahaan Perbankan di Bursa Efek Indonesia ... 39


(13)

IV.1.2 Deskripsi Data Penelitian ... 46

IV.1.2.1 Deskripsi Data Penelitian Hipotesis Pertama ... 46

IV.1.2.2 Deskripsi Data Penelitian Hipotesis Kedua ... 49

IV.1.3 Hasil Uji Asumsi Klasik Hipotesis Pertama ... 50

IV.1.3.1 Hasil Uji Normalitas ... 50

IV.1.3.2 Hasil Uji Multikolonieritas ... 52

IV.1.3.3 Hasil Uji Heteroskedastisitas ... 53

IV.1.3.4 Hasil Uji Autokorelasi ... 54

IV.2 Pembahasan ... 55

IV.2.1 Pembahasan Hipotesis Pertama ... 55

IV.2.2 Pembahasan Hipotesis Kedua ... 63

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 66

V.1 Kesimpulan ... 66

V.2 Saran ... 67

DAFTAR PUSTAKA ... 68


(14)

DAFTAR TABEL

No. Judul Halaman

I.1 Perkembangan Jumlah Bank, Kantor Bank dan Total Aset

Seluruh Bank di Indonesia Tahun 2003-2007 ... 4

I.2 Perkembangan Jumlah Permodalan, Kredit dan Non Performing Loan Seluruh Bank di Indonesia Tahun 2003-2007 ... ... 5

III.1 Daftar Perusahaan Sampel ... 27

III.2 Definisi Operasional Variabel Hipotesis Pertama ... 30

III.3 Definisi Operasional Variabel Hipotesis Kedua ... 37

IV.1 Deskripsi Data Penelitian Hipotesis Pertama ... 46

IV.2 Deskripsi Data Penelitian Hipotesis Kedua ... 49

IV.3 Hasil Uji Normalitas ... 52

IV.4 Hasil Uji Multikolonieritas ... 53

IV.5 Hasil Uji Heteroskedastisitas ... 54

IV.6 Hasil Uji Autokorelasi ... 55

IV.7 Hasil Uji Hipotesis Pertama ... 55

IV.8 Hasil Uji F Hipotesis Pertama ... 57

IV.9 Hasil Uji t Hipotesis Pertama ... 57

IV.10 Hasil Uji Hipotesis Kedua ... 63

IV.11 Hasil Uji F Hipotesis Kedua ... 63


(15)

DAFTAR GAMBAR

No. Judul Halaman

I.1 Kerangka Pemikiran ... 13

IV.1 Grafik Histogram ... 50

IV.2 Grafik Normal Plot ... 51


(16)

DAFTAR LAMPIRAN

No Judul Halaman

1 Daftar Perusahaan Perbankan di Bursa Efek Indonesia (Populasi) ... 71

2 Daftar Perusahaan Perbankan di Bursa Efek Indonesia (Sampel) ... 72

3 Data Non Performing Loan Perusahaan Perbankan (Sampel) ... 73

4 Data Capital Adequacy Ratio Perusahaan Perbankan (Sampel) ... 74

5 Data Return on Earning Perusahaan Perbankan (Sampel) ... 75

6 Data Earning per Share Perusahaan Perbankan (Sampel) ... 76

7 Data Total Aset Perusahaan Perbankan (Sampel) ... 77

8 Data Beta Saham Perusahaan Perbankan (Sampel) ... 78

9 Hasil Uji Statistik Hipotesis Pertama ... 79


(17)

BAB I PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Perkembangan perbankan di Indonesia mengalami pasang surut, dimulai dari adanya ketentuan deregulasi di bidang perbankan tahun 1988. Pemerintah memberikan kemudahan untuk mendirikan bank, yaitu dengan menyetor modal sebesar Rp 10 milyar saja. Pada awal tahun sembilan puluhan telah berdiri 243 bank dengan jumlah kantor sekitar 9.000 unit. Pada saat itu pemilik/pengurus bank kurang memperhatikan faktor prudential banking dan pengelolaan bank yang baik. Banyak ketentuan bank yang dilanggar oleh pengurus maupun pengelola bank, sebagai contoh batasan maksimum pemberian kredit (BMPK) kepada grup pemilik 10% diberikan sampai 90% dari total kredit dan pembebanan biaya pribadi dari pengelola kepada perusahaan. Akibat dari adanya hal tersebut berpengaruh terhadap kinerja bank yaitu banyak debitur yang tidak mampu membayar hutangnya baik bunga maupun pokok pinjaman yang akhirnya dikategorikan sebagai kredit macet, sehingga bank mengalami kerugian sampai pada batas yang maksimal mengurangi modal yang disetor.

Secara keseluruhan, risiko sistem keuangan pada tahun 2007 relatif terkendali dengan arah yang stabil sejalan dengan stabilitas moneter dan perbaikan kondisi perekonomian. Adanya kekhawatiran tentang penarikan secara tiba-tiba arus modal berjangka pendek, serta kemungkinan contagion effect (pengaruh buruk) dari krisis


(18)

subprime mortgage (surat utang yang ditopang jaminan kredit kepemilikan rumah/KPR dimana profil debitornya memiliki kemampuan membayar yang rendah) yang terjadi di beberapa negara lainnya akhir-akhir ini ternyata tidak menimbulkan gangguan yang cukup berarti pada ketahanan sistem keuangan Indonesia. Kedepan, faktor eksternal yang berpotensi mempengaruhi ketahanan sistem keuangan Indonesia meliputi pertumbuhan ekonomi dunia yang melambat, potensi lonjakan harga minyak dunia, dan arus modal masuk berjangka pendek. Selain itu, efektivitas langkah-langkah penyelesaian krisis subprime mortgage yang dilakukan oleh otoritas moneter dan perbankan negara-negara terkait juga dapat berpengaruh terhadap stabilitas sistem keuangan Indonesia (http://www.bi.go.id).

Menurut Kajian Stabilitas Keuangan Bank Indonesia 2007 bahwa dari sisi internal, diperlukan kewaspadaan terhadap bisnis dan perkembangan risiko pada sektor keuangan, terutama karena kondisi keamanan yang tidak kondusif dapat memicu terjadinya capital outflows. Perbankan sebagai industri yang mendominasi sektor keuangan, akan menghadapi berbagai tantangan yang tidak ringan, antara lain penyelesaian restrukturisasi kredit, perbaikan manajemen risiko dan sistem informasi kredit, sinkronisasi antara upaya peningkatan fungsi intermediasi dengan upaya penurunan risiko kredit, pengembangan rencana kontinjensi untuk mengurangi risiko operasional, peningkatan efektivitas pengendalian internal dan tata kelola usaha, dan pemenuhan ketentuan modal inti minimum bank sebesar Rp80 milyar pada akhir tahun 2007 dan sebesar Rp100 milyar pada akhir tahun 2010. Sementara itu, hasil stress test yang dilakukan untuk mengukur risiko kredit, risiko likuiditas dan risiko


(19)

pasar menunjukkan bahwa perbankan memiliki ketahanan yang memadai terhadap berbagai guncangan akibat perubahan variabel makro ekonomi. Selanjutnya, hasil stress test sederhana terhadap beberapa konglomerasi/korporasi besar yang mendapatkan pinjaman dalam valuta asing mengindikasikan bahwa mereka relatif cukup tahan terhadap gejolak risiko nilai tukar.

Perkembangan jumlah bank di Indonesia pada periode 2003-2007 mengalami penurunan yaitu dari 138 buah pada tahun 2003 menjadi 130 buah pada tahun 2007 hal ini berlawanan dengan jumlah kantor bank yang mengalami kenaikan yang cukup pesat dari jumlah 7.730 kantor pada tahun 2003 menjadi 9680 kantor pada tahun 2007. Kenaikan jumlah kantor bank ini menunjukkan bahwa bank ingin menjangkau dan memberi pelayanan yang lebih baik bagi nasabahnya dan meningkatkan skala usahanya. Sedangkan penurunan jumlah bank karena adanya pencabutan ijin usaha bank, pembekuan kegiatan usaha bank dan adanya akuisisi atau merger. Jumlah total aset seluruh bank juga mengalami peningkatan dari 1.068,40 trilyun rupiah pada tahun 2003 menjadi 1.986,50 trilyun rupiah pada tahun 2007. Perkembangan jumlah bank, jumlah kantor bank dan total aset seluruh bank di Indonesia dari tahun 2003 sampai dengan tahun 2007 terlihat dalam Tabel I.1 sebagai berikut:


(20)

Tabel I.1 Perkembangan Jumlah Bank, Kantor Bank dan Total Aset Seluruh Bank di Indonesia Tahun 2003-2007

Sumber: Bank Indonesia, 2008 (Data diolah)

Tahun Jumlah Bank Kantor Bank Total Aset

(dalam Trilyun Rupiah)

2003 138 7.730 1.068,40

2004 133 7.934 1.272,30

2005 131 8.236 1.469,80

2006 130 9.110 1.693,50

2007 130 9.680 1.986,50

Jumlah permodalan seluruh bank di Indonesia selama periode 2003-2007 selalu mengalami peningkatan kecuali pada tahun 2005 yang mengalami penurunan menjadi 115,90 trilyun rupiah dibandingkan dengan tahun 2004 yang berjumlah 118,60 trilyun rupiah. Jumlah kredit yang disalurkan baik dalam bentuk rupiah maupun dalam bentuk valuta asing juga selalu mengalami peningkatan dari 477,20 trilyun rupiah pada tahun 2003 menjadi 1.045,70 trilyun rupiah pada tahun 2007. Sedangkan jumlah Non Performing Loan (NPL) sangat fluktuatif. Pada tahun 2005 terjadi peningkatan jumlah NPL yang cukup besar yaitu 60,60 trilyun rupiah dibandingkan tahun 2004 yaitu 34,24 trilyun rupiah. Naiknya NPL ini merupakan dampak kenaikan suku bunga menjadi 13 persen yang mengakibatkan mahalnya biaya produksi, biaya hidup dan biaya dana maupun akibat ketidak hati-hatian perbankan dalam memberikan kredit sejak pasca krisis. Kenaikan NPL juga diakibatkan harga BBM diatas 100 persen yang menyebabkan inflasi di bulan Oktober 2005 mencapai 17,89 persen. Sebagian besar NPL tersebut terkonsentrasi pada kredit korporasi. Perkembangan jumlah permodalan, kredit yang disalurkan dan


(21)

NPL seluruh bank di Indonesia dari tahun 2003 sampai dengan 2007 terlihat dalam Tabel I.2 sebagai berikut:

Tabel I.2Perkembangan Jumlah Permodalan, Kredit dan Non Performing Loan Seluruh Bank di Indonesia Tahun 2003-2007 (dalam Trilyun Rupiah)

Sumber: Bank Indonesia, 2008 (Data diolah)

Tahun Permodalan Kredit Non Performing

Loan

2003 110,90 477,20 39,10

2004 118,60 595,10 34,24

2005 115,90 730,20 60,60

2006 134,50 832,90 58,10

2007 193,70 1.045,70 48,60

Dalam mengambil keputusannya, investor dapat menggunakan dan menganalisis laporan keuangan (financial statement) yang telah dikeluarkan oleh perusahaan. Tujuan menganalisisnya adalah untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan perusahaan tersebut berdasarkan laporan-laporan keuangannya. Laporan keuangan menjadi salah satu acuan bagi investor dalam pemilihan investasinya. Badan pengawas pasar modal (Bapepam) mewajibkan setiap perusahaan publik untuk mengungkapkan laporan keuangannya kepada masyarakat.

Perusahaan perbankan yang listing di Bursa Efek Indonesia dalam mempublikasian laporan keuangannya juga menampilkan rasio-rasio keuangan yang umumnya dipakai oleh investor untuk menganalis laporan keuangan seperti Non Performing Loan (NPL), Return on Equity (ROE), Capital Adequacy Ratio (CAR) dan Earning Per Share (EPS) dan lain sebagainya. Ukuran perusahaan berupa Total Aset juga sebagai faktor penting dalam menentukan besarnya investasi yang dilakukan oleh investor.


(22)

Investor yang menginvestasikan dana dalam suatu portofolio, mengharapkan sebagian risiko akan menjadi berkurang. Risiko dari sekuritas berupa risiko spesifik dan risiko sistematik. Risiko spesifik dapat dihilangkan dengan membentuk portofolio yang baik. Risiko sistematik tidak dapat dihilangkan dengan membentuk portofolio yang baik, karena risiko tersebut terjadi di luar perusahaan. Risiko sistematik juga disebut dengan beta karena beta merupakan pengukur dari risiko sistematik. Beta suatu sekuritas merupakan hal yang penting untuk menganalisis sekuritas atau portofolio. Beta suatu sekuritas menunjukkan kepekaan tingkat keuntungan suatu sekuritas terhadap perubahan-perubahan pasar.

I.2 Perumusan Masalah

Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Sejauh mana pengaruh rasio keuangan Non Performing Loan (NPL), Capital Adequacy Ratio (CAR), Return on Equity (ROE) dan Earning per Share (EPS) terhadap Beta Saham sektor perbankan di Bursa Efek Indonesia periode 2003 sampai dengan 2007?

2. Sejauh mana pengaruh Total Aset terhadap Beta Saham sektor perbankan di Bursa Efek Indonesia 2003 sampai dengan 2007?

I.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh rasio keuangan Non Performing Loan (NPL), Capital Adequacy Ratio (CAR), Return on Equity (ROE) dan


(23)

Earning per Share (EPS) terhadap Beta Saham sektor perbankan di Bursa Efek Indonesia periode 2003 sampai dengan 2007.

2. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh Total Aset terhadap Beta Saham sektor perbankan di Bursa Efek Indonesia periode 2003 sampai dengan 2007.

I.4 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian adalah sebagai berikut:

1. Sebagai bahan informasi bagi para investor dan calon investor untuk mengindentifikasi rasio-rasio keuangan yang mempengaruhi risiko sistematis saham sektor perbankan sehingga dapat dijadikan salah satu pertimbangan dalam menentukan keputusan investasi di saham sektor perbankan.

2. Sebagai bahan informasi bagi emiten saham perbankan untuk meningkatkan nilai pasar saham perusahaan.

3. Dapat dijadikan sebagai sumber informasi tambahan bagi pihak akademisi untuk pembahasan mengenai manajemen keuangan khususnya tentang faktor rasio keuangan dan Total Aset dalam mempengaruhi beta saham perbankan di Bursa Efek Indonesia.

4. Sebagai menambah wawasan bagi peneliti tentang faktor rasio keuangan dan Total Aset dalam mempengaruhi Beta Saham perbankan di Bursa Efek Indonesia.

5. Bagi kalangan akademik, dalam pengembangan ilmu pengetahuan, penelitian ini diharapkan mampu memberikan pengetahuan atau bahan referensi dalam penelitian selanjutnya.


(24)

I.5 Kerangka Berpikir

Kinerja keuangan merupakan hal penting yang harus dicapai oleh setiap perusahaan (perbankan) di manapun, karena kinerja keuangan tersebut merupakan cerminan dari kemampuan perusahaan dalam mengelola dan mengalokasikan sumber dayanya. Kinerja keuangan suatu perusahaan eminten sangat bermanfaat bagi berbagai pihak (stakeholders) seperti investor, kreditur, analis, konsultan keuangan, pialang, pemerintah dan pihak manajemen sendiri. Pemegang saham (investor) menginginkan dana yang diinvestasikan akan memberikan imbal hasil (return) sesuai dengan tingkat yang diinginkan. Akan tetapi pemegang saham tidak dapat terlibat secara langsung kegiatan perusahaan sehingga tidak dapat memonitor secara langsung kegiatan perusahaan. Laporan keuangan yang berupa neraca dan laporan rugi laba dari suatu perusahaan, bila disusun secara baik dan akurat dapat memberikan gambaran keadaan yang nyata mengenai hasil atau prestasi yang telah dicapai oleh suatu perusahaan dalam kurun waktu tertentu.

Menurut Sawir (2005) bahwa: untuk menilai kondisi keuangan dan prestasi perusahaan, analis keuangan memerlukan beberapa tolok ukur. Tolok ukur yang sering dipakai adalah rasio atau indeks, yang menghubungkan dua data keuangan yang satu dengan yang lainnya. Analisis dan interpretasi dari macam-macam rasio dapat memberikan pandangan yang lebih baik tentang kondisi keuangan dan prestasi perusahaan bagi analis yang ahli dan berpengalaman dibandingkan analisis yang hanya didasarkan atas data keuangan sendiri-sendiri yang tidak berbentuk rasio.

Sedangkan Mamduh dkk (2005) menyatakan bahwa: rasio-rasio keuangan pada dasarnya disusun dengan menggabung- gabungkan angka-angka di dalam atau antara laporan rugi-laba dan neraca. Dengan cara rasio semacam itu diharapkan pengaruh perbedaan ukuran akan hilang. Jenis-jenis analisis rasio keuangan yang digunakan untuk menganalisis kinerja perusahaan adalah


(25)

rasio likuiditas, rasio solvabilitas, rasio aktivitas, rasio profitabilitas dan rasio market evaluation.

Pemberian kredit merupakan fungsi strategis yang dimiliki bank dan fungsi ini pula yang sering kali menjadi penyebab bangkrutnya suatu bank. NPL adalah salah satu dari rasio likuiditas yang menunjukkan kemampuan kolektibilitas sebuah bank dalam mengumpulkan kembali kredit yang dikeluarkan oleh bank sampai lunas. Azas likuiditas untuk menjaga kepercayaan para pemilik deposan bahwa dananya cukup aman untuk ditempatkan di suatu bank. NPL merupakan persentase kredit bermasalah dengan kriteria kurang lancar, diragukan dan macet terhadap total kredit yang dikeluarkan bank. Status NPL pada prinsipnya didasarkan pada ketepatan waktu bagi nasabah untuk membayarkan kewajiban, baik berupa pembayaran bunga maupun pengembalian pokok pinjaman. Proses pemberian dan pengelolaan kredit yang baik diharapkan dapat menekan NPL sekecil mungkin.

Menurut Mishkin (2003) bahwa: Banks make their profits primaly by issuing loans. A loan is a liability for the individual or corporation receiving it but an asset for bank because it provides income to the bank. Loans are typically less liquid than other assets because they cannot be turned into cash until the loan matures. If the banks make one year loan, for example, it cannot get its finds back until the loan comes due in one year. Loans also have a higher probability of default than other assets. Because of the lack of liquidity and higher default risk, the bank earns it higherst return on loans.

Sedangkan Sinkey (2002) menyatakan bahwa: The heart of the bank examination process is an attempt to determine the quality of a bank’s loan portofolio. In this regards, both bankers and bank examiners rate loans as loss, doubtful, substandard, and are sometimes described as “classified” while “special mention” loans (assets) are labeled as “criticized.” All other loans (assets) are considered to be “noncriticized” or “pass” loans. Bank with high volumes of loans (assets) in the loss, doubtful, and substandard categories, relative to their capital and loan-loss reserves, usually are classified as problem banks.


(26)

CAR sebagai salah satu dari rasio solvabilitas yang mengukur kemampuan permodalan suatu bank untuk menutupi kemungkinan kegagalan yang ada dalam proses pemberian kredit. Azas solvabilitas merupakan kepercayaan pemegang saham dan masyarakat luas bahwa suatu bank akan sanggup membayar kewajiban-kewajibannya.

Menurut Mishkin (2003) bahwa: Banks have to make decisions about the amount of capital they need to hold for three reasons. Firts, bank capital helps prevent bank failure, a situation in which the bank cannot satisfy its obligations to pay its depositors and other creditors and so goes out of business. Second, the amount of capital affects returns for the owner (equity holders) of the bank. And third, a minimum amount of bak capital (bank capital requirements) is required by regulatory authorites.

Margaretha (2007) menyatakan bahwa: CAR adalah rasio yang memperlihatkan seberapa jauh seluruh aktiva bank yang mengandung risiko (kredit, penyertaan dan surat berharga tagihan pada bank lain) ikut dibiayai dari dana modal bank, disamping memperoleh dana-dana dari sumber-sumber di luar bank, seperti dana masyarkat, pinjaman (utang) dan lain-lain.

ROE sebagai salah satu dari rasio rentabilitas adalah perbandingan antara laba bersih suatu perusahaan dengan modal sendiri. Rasio ini banyak diamati oleh para memegang saham baik pemegang saham pendiri maupun pemegang saham baru serta para investor di pasar modal yang ingin membeli saham perusahaan tersebut. Kenaikan dalam rasio ini berarti terjadi kenaikan laba bersih dari perusahaan.

Menurut Jones (2004) bahwa: ROE is the accounting rate of return that stockholders earn on their portion of the total capital used to finance the company; in other words, it is the stockholder’s return on equity. Book value per share measures the accounting value of the stockholder’s equity. Primary emphasis is on return on equty (ROE), because it is the key component in determining earnings growth and dividend growth. The return on equty is the end result of several important variables. Analysts and investors seek to decompose the ROE into its critical components in order both to indentify adverse impacts on ROE and to help predict future trends in ROE.


(27)

Sedangkan Mamduh dkk (2005) menyatakan bahwa: ROE adalah rasio yang mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba berdasarkan modal saham tertentu. Rasio ini merupakan ukuran profitabilitas dari sudut pandang pemegang saham.

EPS sebagai ukuran salah satu rasio Market Valuation yang menjadi dasar penetapan tujuan perusahaan dan juga sebagai dasar pertimbangan calon investor dalam mengambil keputusan, memiliki banyak faktor yang mempengaruhi. Variabel-variabel yang mempengaruhi EPS diperoleh dari penguraian EPS kedalam penentu-penentu dasarnya yang berasal dari rasio profitabilitas dan rasio-rasio yang berkaitan dengan kemampuannya dalam memenuhi kewajibannya.

Menurut Gallagher dan Andrew (2000) bahwa: To calculate earning per share (EPS) we devide earnings available to common stockholders by the number of shares of common stock outstanding. The more investors are willing to pay over the value of EPS for the stock, the more confidence they are displaying about the firm’s future growth-that is the higher the P/E ratio, the higer are investor growth expectation.

Sedangkan Tandelilin (2001) menyatakan bahwa: Informasi EPS suatu perusahaan menunjukkan besarnya laba bersih perusahaan yang siap dibagikan bagi semua pemegang saham perusahaan. Besarnya EPS suatu perusahaan bisa diketahui dari informasi laporan keuangan perusahaan. Meskipun tidak semua perusahaan mencantumkan besarnya EPS perusahaan bersangkutan dalam laporan keuangannya, besarnya EPS dapat dihitung berdasarkan laporan neraca dan laporan rugi laba perusahaan.

Aset (aktiva) adalah sumber daya perusahaan yang digunakan untuk menghasilkan pendapatan. Total Aset (Total Aktiva) adalah total sumber daya yang dikuasai oleh perusahaan sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari manfaat ekonomi di masa depan yang diharapkan akan diperoleh perusahaan.


(28)

Menurut Mamduh dan Hanafi (2005) bahwa: aset merupakan sumber ekonomi organisasi yang akan dipakai untuk menjalankan kegiatannya. Atribut pokok suatu aset adalah kemampuan memberikan jasa atau manfaat pada organisasi yang memakai aset terebut.

Sedangkan Mishkin (2003) menyatakan bahwa: Total assets = total liabilities + capital. Furthemore, a bank’s balance sheet lists sources of bank funds (liabilities) and uses to which they are put (assets). Banks obtain funds by borrowing and by issuing liabilities such as deposits. They then use these funds to acquire assets such as securities and loans. Banks make profits by charging an interest rate on their holdings of securities and loans that is higher than the expenses on their liabilities.

Risiko yang tetap ada setelah diversifikasi dapat diukur oleh suatu tingkatan di mana saham tertentu cenderung bergerak ke atas dan ke bawah sesuai dengan pergerakan pasar. Kecenderungan saham untuk bergerak naik atau turun dalam pasar tercermin dalam koefisien beta. Risiko terjadi akibat adanya unsur ketidakpastian dalam semua investasi saham. Berapa hasil yang akan diperoleh dari investasi tidak diketahui dengan pasti, sehingga investor hanya dapat memperkirakan besar keuntungan yang diharapkan dan kemungkinan hasil yang sebenarnya akan menyimpang dari yang diharapkan. Perbedaan antara return yang diharapkan (return yang diantisipasi investor di masa mendatang) dengan return yang benar-benar diterima (return yang diperoleh investor) merupakan risiko yang harus selalu dipertimbangkan dalam proses investasi.

Menurut Fabozzi (1999) bahwa: beta merupakan indeks risiko sistematis suatu aktiva atau suatu portofolio aktiva. Beta mengukur sensitifitas pengembalian aktiva terhadap pengembalian portofolio pasar. Oleh karena itu, beta suatu aktiva atau portofolio aktiva dapat secara langsung dibandingkan dengan beta aktiva atau portofolio aktiva lainnya. Beta teoritis dari Capital Asset Pricing


(29)

Model (CAPM) didefinisikan sebagai alat ukur kovarians yang diharapkan dari suatu aktiva dengan portofolio pasar yang terdiversifikasi dengan baik. Dari uraian di atas, kerangka berpiikir dapat digambarkan adalah sebagai berikut:

Rasio Keuangan Non Performing Loan

Capital Adequacy Ratio

Gambar I.1 : Kerangka Berpikir

Menurut Elton et. al (2003) bahwa: Rasio keuangan yang terdiri dari Non Performing Loan, Capital Adequacy Ratio, Return on Earning dan Earing per share yang menunjukkan kondisi dan komposisi keuangan suatu perusahan maupun performance (kinerja) yang telah dicapai oleh perusahaan dapat mempengaruhi Beta Saham. Total Aset yang merupakan ukuran perusahaan mempunyai pengaruh pada beta saham.

Return on Equity

Earning per Share

Beta Saham


(30)

I.6 Hipotesis

Berdasarkan rumusan masalah dan kerangka pemikiran yang telah diuraikan di atas, maka dikemukakan hipotesis sebagai berikut:

1. Rasio keuangan yang terdiri dari Non Performing Loan (NPL), Capital Adequacy Ratio (CAR), Return on Earning (ROE) dan Earning per Share (EPS) berpengaruh terhadap Beta Saham perbankan di Bursa Efek Indonesia periode 2003 sampai dengan 2007.

2. Total Aset berpengaruh terhadap Beta Saham perbankan di Bursa Efek Indonesia periode 2003 sampai dengan 2007.


(31)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Penelitian Terdahulu

Beaver, Ketler dan Scholes (1970) meneliti dengan judul “The Association Between Market Determined and Accounting Determined Risk Measure”. Penelitian ini menguji pengaruh antara tujuh variabel perusahaan terhadap beta saham perusahaan. Tujuh variabel perusahaan yang digunakan adalah dividend payout, pertumbuhan aset, leverage (surat berharga dibagi dengan total aset), likuiditas (aktiva lancar dibagi dengan kewajiban lancar), ukuran perusahaan (total aset), variabilitas keuntungan (standard deviasi dari price earning ratio) dan beta akuntansi. Hasil penelitian dengan menggunakan regresi linear berganda ini menemukan pengaruh yang signifikan antara tujuh variabel tersebut dengan beta saham.

Jahankhani dan Lynge (1980) meneliti dengan judul “ Commercial Bank Financial Policies and Their Impact on Market-Determined Measures of Risk”. Penelitian ini menggunakan risiko sistematis ( ) dan risiko total sebagai variabel dependen sedangkan variabel independen terdiri dari Dividend Payout Ratio, Leverage, Liquidity, Votality of Deposits dan Earning per Share (EPS). Dengan menggunakan risiko sistematis ( ) sebagai variabel dependen, tiga variabel independen yaitu Dividen Payout Ratio, Coefficient of Variation of Deposits dan Loans to Deposit Ratio memiliki pengaruh yang signifikan secara statistik. Dengan menggunakan risiko total sebagai variabel dependen, maka semua variabel


(32)

independen kecuali Loan to Deposit Ratio memiliki pengaruh yang signifikan secara statistik.

Mohamed dan Abdullah (2003) meneliti dengan judul “The Relationship Between Commercial Bank’s Performance and Risk Measures: A Case Of Saudi Arabia Stock Market”. Penelitian ini menguji pengaruh antara kinerja dan risiko pada industri perbankan di Saudi Arabia. Indikator kinerja adalah Earning per Share, Dividend Payout Ratio, Total Loans to Total Deposits Ratio,Equity to Total Deposits Ratio, Return on Assets dan Loan Loss Reserve. Risiko total diukur dengan standar deviasi sedangkan risiko sistematis dinyatakan dalam bentuk beta. Data untuk variabel bebas dan variabel terikat diperoleh dari 10 (sepuluh) perusahaan bank komersial yang beroperasi di Bursa Saham Saudi Arabia untuk periode 1990 – 1999. Pengaruh dari kinerja terhadap risiko diuji dengan menggunakan metode regresi linear berganda dan korelasi rank Spearman. Beberapa variabel bebas gagal membuktikan hipotesis dan menerangkan variabilitas tingkat risiko secara signifikan. Hanya Earning per Share dan rasio Net Income dibagi dengan Total Assets yang mempunyai pengaruh secara signifikan.

Tandelilin (1997) meneliti dengan judul “Determinants of Systematic Risk: The Experience of Some Indonesia Common Stock”. Penelitian ini mengenai penentu risiko sistematis saham di pasar modal Indonesia. Penelitian ini menggunakan dua puluh rasio keuangan dengan metode backward elimination. Penelitian ini menyimpulkan rasio keuangan sangat berguna dalam menentukan risiko sistematis saham di Indonesia. Selain itu, ukuran perusahaan yaitu berupa total aset memiliki


(33)

pengaruh yang signifikan dalam menentukan risiko sistematis dan perbedaan rasio keuangan antara perusahaan besar dan kecil.

II.2 Teori Tentang Rasio Keuangan

Menurut Darsono dan Ashari (2005) bahwa: analisis laporan keuangan sering kali juga memasukkan aktivitas untuk membuat berbagai macam transformasi atas laporan keuangan. Jika analisis hanya menganalisis item atau akun yang ada dalam laporan keuangan, maka analis kesulitan untuk menilai seberapa baik perusahaan beroperasi. Teknik analisis yang digunakan adalah analisis rasio dan analisis persentase yang memungkinkan untuk mengidentifikasi, mengkaji dan merangkum hubungan-hubungan yang signifikan dari data keuangan perusahaan. Untuk mengevaluasi kinerja dan kondisi keuangan perusahaan, analis keuangan dan pemakai laporan keuangan harus melakukan analisis terhadap kesehatan keuangan perusahaan. Alat yang biasa digunakan adalah rasio keuangan.

Martono dan Harjito (2005) menyatakan bahwa: analisis rasio keuangan juga dapat dibedakan berdasarkan laporan keuangan yang dianalisis, yaitu analisis secara individual dan analisis silang. Analisis individual dimaksudkan sebagai analisis yang dilakukan pada unsur-unsur yang ada pada salah satu laporan keuangan, misalnya analisis rasio bagi unsur-unsur yang ada pada neraca saja atau laporan laba-rugi saja. Sedangkan analisis silang merupakan analisis rasio yang melibatkan unsur-unsur yang ada pada laporan neraca dan sekaligus yang ada pada laba-rugi. Unsur-unsur yang ada pada kedua laporan tersebut digabungkan untuk mendapatkan suatu rasio tertentu.

II.2.1 Non Performing Loan (NPL)

Menurut Sitompul (2005) bahwa: pemberian kredit memang merupakan kegiatan yang berisiko tinggi. Bank harus mampu menganalisis dan memprediksi suatu permohonan kredit untuk dapat meminimalkan risiko yang terkanding di dalam penyaluran kredit tersebut. Informasi tentang calon nasabah debitur merupakan faktor krusial dalam menentukan tingkat risiko yang bakal dihadapi bank. Penentuan eligible dan bankable tidaknya seseorang atau suatu perusahaan tergantung seberapa banyak informasi akurat yang dimiliki bank tentang calon peminjam. Secara klasik bank menggunakan pendekatan 5C untuk menilai calon nasabah peminjam (debitur). Pendekatan dalam pemberian kredit ini telah digunakan sejak lama dan masih terus dipergunakan sampai saat ini. Hal ini menandakan bahwa prinsip-prinsip yang dikandungnya masih relevan dengan kondisi sekarang. Five C’s of credit


(34)

digunakan untuk menilai character, capacity, capital, conditions dan collateral nasabah debitur.

Kasmir (2000) menyatakan bahwa: pemberian kredit dengan analisis 5 C kredit dapat dijelaskan sebagai berikut: 1). Character adalah sifat atau watak seseorang dalam hal ini calon debitur. Tujuannya adalah untuk memberikan keyakinan kepada bank bahwa sifat atau watak dari orang-orang yang akan diberikan kredit benar-benar dapat dipercaya. Keyakinan ini tercermin dari latar belakang si nasabah baik yang bersifat latar belakang pekerjaan maupun yang bersifat pribadi, 2). Capacity adalah untuk melihat kemampuan calon nasabah dalam membayar kredit yang dihubungkan dengan kemampuannya mengelola bisnis serta kemampuannya mencari laba. Sehingga pada akhirnya akan terlihat kemampuannya dalam mengembalikan kredit yang disalurkan. Semakin banyak sumber pendapatan seseorang maka semakin besar kemampuanny untuk membayar kredit, 3). Capital adalah untuk mengetahui sumber-sumber pembiayaan yang dimiliki nasabah terhadap usaha yang akan dibiayai oleh bankkarena biasanya bank tidak akan bersedia untuk membiayai suatu usaha 100%, artinya setiap nasabah yang mengajukan permohonan kredit harus pula menyediakan dana dari sumber lainnya atau modal sendiri atau dengan kata lain capital, 4). Colleteral merupakan jaminan yang diberikan calon nasabah baik yang bersifat fisik maupun nonfisik. Jaminan hendaknya melebihi jumlah kredit yang diberikan. Jaminan juga harus diteliti keabsahannya, sehingga jika terjadi suatu masalah, maka jaminan yang dititipkan akan dapat dipergunakan secepat mungkin. Fungsi jaminan adalah sebagai lindung bank dari risiko kerugian, 5). Condition artinya dalam menilai kredit hendaknya juga dinilai kondisi ekonomi sekarang dan untuk di masa yang akan datang sesuai sektor masing-masing. Dalam kondisi perekonomian yang kurang stabil sebaliknya pemberian kredit untuk sektor tertentu jangan diberikan terlebih dahulu dan kalaupun jadi diberikan sebaiknya juga dengan melihat prospek usaha tersebut di masa yang akan datang.

Siamat (2005) menyatakan bahwa: kredit bermasalah atau problem loan dapat diartikan sebagai pinjaman yang mengalami kesulitan pelunasan akibat adanya faktor kesengajaan dan atau karena faktor eksternal di luar kemampuan kendali debitur. Kredit bermasalah sering juga disebut non performing loan yang dapat diukur dari kolektibilitasnya. Kolektibilitas merupakan gambaran kondisi pembayaran pokok dan bunga pinjaman serta tingkat kemungkinan diterimanya kembali dana yang ditanamkan dalam surat-surat berharga. Penilaian kolektibilitas kredit digolongkan ke dalam lima kelompok yaitu: lancar (pass), dalam perhatian khusus (special mention), kurang lancar (substandard), diragukan (doubtful), dan macet (loss). Apabila kredit dikaitkan dengan tingkat kolektibilitasnya, maka yang digolongkan kredit


(35)

bermasalah adalah kredit yang memiliki kualitas dalam perhatian khusus, kurang lancar, diragukan, dan macet.

NPL diformulasikan secara matematis sebagai berikut:

NPL =

Kredit Total

macet) diragukan

lancar (kurang

Kredit + +

x 100%

II.2.2 Capital Adequacy Ratio (CAR)

Menurut Sitompul (2005) bahwa: modal merupakan hal penting dalam menilai kemampuan bank menghadapi situasi yang sulit. Alasannya adalah risiko bisnis yang dihadapi bank harus ditanggung oleh pemegang saham, bukan oleh nasabah penyimpan (deposan). Oleh karena itu, salah satu aspek penting yang dimonitor oleh pengawas adalah kecukupan modal suatu bank. Ketentuan permodalan bank didasarkan pada standar Bank for International Settlements (BIS), agar perbankan di Indonesia mampu bersaing dengan perbankan Internasional.

Sedangkan Siamat (2005) menyatakan bahwa: penggunaan modal bank dimaksudkan untuk memenuhi segala kebutuhan guna menunjang kegaitan operasi bank. Jumlah modal bank dianggap tidak mencukupi apabila tidak memenuhi maksud-maksud tersebut. Namun dalam praktiknya, menetapkan berapa besarnya jumlah wajar kebutuhan modal suatu bank adalah tugas yang cukup kompleks. Modal merupakan faktor penting dalam upaya mengembangkan usaha bank. Bank Indonesia sebagai otoritas moneter menetapkan ketentuan mengenai kewajiban penyediaan modal minimum yang harus selalu dipertahankan setiap bank. Ketentuan pemenuhan permodalan minimum bank disebut juga Capital Adequacy Ratio (CAR).

Margaretha (2007) menyatakan bahwa: CAR adalah rasio yang memperlihatkan seberapa jauh seluruh aktiva bank yang mengandung risiko (kredit, penyertaan, dan surat berharga tagihan pada bank lain) ikut dibiayai dari dana modal bank, di samping memperoleh dana-dana dari sumber-sumber di luar bank, seperti dana masyarakat, pinjaman (utang), dan lain-lain. Dengan kata lain, capital adequacy ratio adalah rasio kinerja bank untuk menunjang akitva yang mengandung atau menghasilkan risiko, misalnya kredit yang diberikan.


(36)

CAR diformulasikan secara matematis sebagai berikut:

CAR =

(ATMR) Risiko

Menurut Tertimbang

Aktiva

Bank Modal

x 100%

Perhitungan kebutuhan modal didasarkan pada ATMR. Menurut Widjarnarko (1997) menyatakan bahwa: ATMR dalam perhitungan ini mencakup baik aktiva yang tercantum dalam neraca maupun aktiva yang bersifat administratif sebagaimana tercermin pada kewajiban yang masih bersifat kontinjen dan atau komitmen yang disediakan oleh bank bagi pihak ketiga. Terhadap masing-masing jenis aktiva tersebut ditetapkan bobot risiko yang besarnya didasarkan pada kadar risiko yang terkandung pada aktiva itu sendiri atau bobot risiko yang didasarkan pada golongan nasabah, penjamin, atau sifat barang jaminan.

II.2.3 Return on Equity (ROE)

Body et al (2003) menyatakan bahwa: ROE merupakan salah satu dari dua dasar untuk menentukan tingkat pertumbuhan laba perusahaan. Kadang cukup wajar untuk berasumsi bahwa ROE perusahaan di masa depan akan mendekati ROE masa lalunya, tetapi ROE yang tinggi di masa lalu tidak berarti bahwa ROE perusahaan di masa depan juga tinggi. ROE yang menurun, di sisi lain, merupakan bukti bahwa investasi baru perusahaan menawarkan ROE yang lebih rendah dibandingkan investasinya di masa lalu. Hal penting bagi analisis sekuritas bukanlah untuk menerima nilai historis sebagai indikator nilai masa depan. Data dari masa lalu mungkin memberikan informasi tentang kinerja masa depan, tetapi analis harus selalu memantau kinerja masa depan. ROE semakin tinggi maka semakin baik produktifitas modal sendiri dalam memperoleh laba.

Menurut Rose (2003) menyatakan bahwa: ROE is a measure of the rate of return following to the bank’s shareholders. It approximates the net benefit that the stockholders have received from investing their capital in the bank (i.e., placing their funds at risk in the hope of earning a suitable profit).


(37)

ROE diformulasikan secara matematis sebagai berikut: ROE = biasa Saham Ekuitas Bersih Laba

II.2.4 Earning per Share (EPS)

Menurut Mamduh dan Hanafi (2005) menyatakan bahwa: salah satu angka yang dipertimbangkan oleh analis adalah Earning per Share (EPS). Informasi EPS suatu peusahaan menunjukkan besarnya laba bersih perusahaan yang siap dibagikan bagi semua pemegang saham perusahaan. Besarnya EPS suatu perusahaan bisa diketahui dari informasi laporan keuangan perusahaan. Meskipun tidak semua perusahaan mencantumkan besarnya EPS perusahaan bersangkutan dalam laporan keuangannya, besarnya EPS dapat dihitung berdasarkan laporan neraca dan rugi laba perusahaan.

Jones (2004) menyatakan bahwa: the EPS that investors use to value stocks is the future (expected) EPS. Current sotck price is a function of future earnings estimates and the P/E ratio, not the past. If ivestors knew what the EPS for a particular company would be next year, they could avhieve good results in the market.

Rumus untuk menghitung EPS suatu perusahaan adalah sebagai berikut:

EPS =

Saham Jumlah

Bersih Laba

II.3 Total Aset

Menurut Chandra (2006) bahwa: assets are resources which are expected to provide a firm with future economic benefits, by way of higher cash inflows or lower cash outflows. Resources are recognized as assets in accounting when (a) the firm acquires rights over them as a result of a past transaction and (b) the firm can quantify future economic benefits with a fair degree of accuracy. Sedangkan Mamduh dkk (2005) menyatakan bahwa: aset adalah sebagai sumber daya yang mempunyai potensi memberikan manfaat ekonomis pada perusahaan pada masa-masa mendatang . Sumber daya yang yang mampu menghasilkan aliran kas masuk (cash inflow) atau kemampuan mengurangi kas keluar (cash outflow). Sumber daya tersebut akan diakui (recognized) sebagai aset apabila 1). Perusahaan memperoleh hak penggunaan aset tersebut sebagai hasil transaksi atau pertukaran pada masa lalu, 2). Manfaat ekonomis


(38)

masa mendatang bisa diukur, dikuantifikasikan dengan tingkat ketepatan yang memadai (reasonable). Apabila ada sumberdaya yang tidak bisa memenuhi kedua persyaratan di atas, maka sumberdaya tersebut tidak bisa digolongkan Total aset diformulasikan sebagai berikut sebagai aset, meskipun sumberdaya tersebut mampu menghasilkan manfaat ekonomis pada masa-masa mendatang. Sumberdaya yang tidak memenuhi kualifikasi sebagai aset misalnya adalah reputasi karyawan atau penduduk (komunitas) sekitar perusahaan, kontrak dengan menajemen dan order pembelian.

Rumus untuk menghitung Total Aset suatu perusahaan adalah sebagai berikut: Total Aset = Aktiva lancar + Aktiva Tetap

II.4 Beta Saham

Menurut Atmaja (2003) bahwa: kerangka analisis risiko dan tingkat keuntungan sangat penting bagi seorang investor yang melakukan investasi pada kondisi yang tidak pasti (probabilistik). Seperti diketahui, “hukum dasar” yang berlaku di bidang investasi (termasuk investasi pada aktiva finansial) adalah: semakin tinggi tingkat keuntungan suatu investasi, semakin besar pula risikonya. Bagi investor awam, hukum ini bukan merupakan hal baru. Masalahnya adalah bagaimana mereka dapat mengukur risiko suatu investasi atau himpunan investasi (portofolio). Tanpa mengetahui ukuran risiko tersebut, sulit bagi mereka untuk menentukan tingkat keuntungan yang seharusnya ada pada suatu investasi atau portofolio (required rate of return in investment or portfolio).

Sedangkan Bringham dan Houston (2001) menyatakan bahwa: ada dua jenis risiko yaitu risiko saham yang dapat dieliminasi atau risiko yang dapat didiversifikasi dan risiko yang tidak dapat dieliminasi atau risiko pasar. Risiko yang dapat didiversifikasi disebabkan oleh kejadian acak seperti perkara hukum, pemogokan, program pemasaran yang sukses dan tidak sukses, kalah atau menang kontrak, serta kejadian unik lainnya pada perusahaan tertentu. Karena kejadian-kejadian ini terjadi secara acak, maka pengaruhnya terhadap portofolio dapat dieliminasi oleh diversifikasi. Kejadian buruk dalam satu perusahaan akan diimbangi oleh kejadian baik lainnya. Risiko pasar, di sisi lain berasal dari faktor-faktor yang secara sistematis mempengaruhi sebagian besar perusahaan: perang, inflasi, resesi dan suku bunga yang tinggi. Karena kebanyakan saham cenderung dipengaruhi secara negatif oleh faktor-faktor ini, maka risiko pasar tidak dapat dieliminasi oleh diversifikasi.

Menurut Elton, et al (2003) bahwa: beta is a risk measure that arises from the relationship between the return on stock and the return on the market.


(39)

However, we know that the risk of a firm should be determined by some combination of firm’s fundamentals and the market characteristics of the firm’s stock. If relationship could be detemined, they would help us both to better understand Betas and to better forecast beta.

Untuk mencari beta suatu saham dilakukan dengan mengolah data saham perbankan melalui dua tahap. Tahap pertama menentukan parameter dari tingkat pengembalian saham individual (R) dan tingkat pengembalian pasar (Rm). Tingkat

pengembalian saham individual dapat dihitung dengan menggunakan rumus: Ri,t = (Pi,t – Pi,t-1)/Pi,t-1

di mana:

Pi,t = harga saham ke i pada minggu ke t

Pi,t-1 = harga saham ke i pada minggu t-1

Tingkat pengembalian pasar mingguan dihitung dengan menggunakan rumus: Rm,t = (Rm,t – Rm,t-1)/Rm,t-1

dimana:

Rm,t = Indeks harga saham gabungan (IHSG) untuk minggu t

Rm,t-1 = Indeks harga saham gabungan (IHG) untuk minggu sebelumnya,t-1

Tahap kedua adalah menghitung nilai beta ( ) dari setiap saham individu. Menurut Sharpe dan Cooper dalam Tandelilin (1997) bahwa: untuk menentukan beta suatu saham, maka digunakan hubungan linear antara tingkat pengembalian saham i,

Rit dan tingkat pengembalian pasar, Rmt untuk periode t. Model ini diturunkan dari

Model Capital Asset Pricing Model (CAPM), Rit = + iRm,t + i,t


(40)

di mana:

i,t residual selama periode t, adalah E( i,t) = 0;

Simpangan dari it = ∂²;

Cov ( , i,t) = 0 dan covarian ( i,t, Rm,t) = 0;

Risiko sistematis ( ) dihitung dengan rumus:

⎥⎦ ⎤ ⎢⎣

⎥⎦

⎤ ⎢⎣

=

− −

n 1 t

2 m t m, n

1 t

m t m, i t i,

t (R R )(R R ) R R ) B

di mana:

Ri adalah rata-rata dari Ri,t


(41)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

III.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Bursa Efek Indonesia yang beralamat di Jakarta Stock Exchange Building, Jalan Jendral Sudirman Kav. 52-53, Jakarta 12190. Penelitian ini dilakukan selama 3 (tiga) bulan, yaitu dari bulan Juni 2008 sampai dengan bulan Agustus 2008.

III.2 Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan survei dengan menggunakan sampel dimana menurut Singarimbun dan Effendi (1985) bahwa: pengertian survei sampel di mana informasi dikumpulkan dari sebagian populasi untuk mewakili seluruh populasi.

Jenis penelitian adalah deskriptif kuantitatif dimana menurut Nazir (2005) bahwa: metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang.

Sedangkan Arikunto (2006) menyatakan bahwa: penelitian kuantitatif memiliki kejelasan unsur yang rinci sejak awal, langkah penelitian yang sistematis, menggunakan sampel yang hasil penelitiannya diberlakukan untuk populasi, memiliki hipotesis jika perlu, memiliki desain jelas dengan langkah-langkah penelitian dan hasil yang diharapkan, memerlukan pengumpulan data yang dapat mewakili serta ada analisis data yang dilakukan setelah semua data terkumpul.


(42)

Sifat penelitian ini adalah deskriptif eksplanatori (penjelasan) dimana menurut Singarimbun dan Effendi (1985) bahwa: penelitian penjelasan menyoroti hubungan antara variabel-variabel penelitian dan menguji hipotesa yang telah dirumuskan sebelumnya.

III.3 Populasi dan Sampel

Populasi dari penelitian ini adalah seluruh perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia sampai dengan tahun 2007, yaitu sebanyak 30 (tiga puluh) perusahaan. Dalam pengambilan sampel digunakan metode purposive sampling yaitu pengambilan sampel berdasarkan kriteria tertentu. Pada penelitian ini kriteria yang digunakan dalam pengambilan sampel adalah sebagai berikut:

a. Perusahaan perbankan yang dipilih adalah bank konvensional.

b. Perusahaan yang dipilih merupakan perusahaan publik pada sektor perbankan yang telah terdaftar di Bursa Efek Indonesia sampai dengan tahun 2003 dan masih terdaftar hingga tahun 2007.

c. Laporan keuangan perusahaan yang diteliti tersedia lengkap dan telah dipublikasikan setiap tahunnya (dari tahun 2003 sampai dengan 2007).

Berdasarkan kriteria pengambilan sampel, maka jumlah sampel yang diambil berjumlah 21 (dua puluh satu) perusahaan. Sedangkan 9 (sembilan) bank yang tidak memenuhi kriteria pengambilan sampel karena adanya pencabutan ijin usaha bank, pembekuan kegiatan usaha bank dan adanya akuisisi atau merger.


(43)

Daftar sampel perusahaan perbankan di Bursa efek Indonesia yang terpilih terdapat pada Tabel III.1

Tabel III.1 Daftar Perusahaan Sampel

No Kode Nama Eminten Tanggal Berdiri Tanggal Listing 1 BABP Bank Bumi Putera Indonesia Tbk 31 Juli 1989 15 Juli 2002 2 BBCA Bank Central Asia Tbk 10 Agustus 1955 31 Mei 2000

3 BBIA Bank Buana Tbk 31 Agustu 1956 28 Juli 2000

4 BBNI Bank Negara Indonesia Tbk 05 Juli 1946 20 November 1996 5 BBNP Bank Nusantara Parahyangan Tbk 18 Januari 1972 14 Desember 2000 6 BBRI Bank Rakyat Indonesia Tbk 16 Desember 1895 10 November 2003

7 BCIC Bank Century Tbk 30 Mei 1997 03 Juni 1997

8 BDMN Bank Danamon Tbk 16 Juli 1956 08 Desember 1989 9 BEKS Bank Eksekutif Internasional Tbk 11 September 1992 22 Juni 2001 10 BKSW Bank Kesawan Tbk 28 April 1913 21 November 2002 11 BMRI Bank Mandiri Tbk 20 Oktober 1998 14 Juli 2003 12 BNGA Bank Niaga Tbk 26 September 1955 29 November 1989 13 BNII Bank Internasional Indonesia Tbk 15 Mei 1959 02 Oktober 1989 14 BNLI Bank Permata Tbk 17 Desember 1954 15 Januari 1990 15 BSWD Bank Swadesi Tbk 28 September 1968 01 Mei 2002 16 BVIC Bank Victoria Internasional Tbk 28 Oktober 1992 30 Juni 1999 17 LPBN Bank Lippo Tbk 11 Maret 1948 10 November 1989 18 MAYA Bank Mayapada Tbk 07 September 1989 07 Agustus 1997

19 MEGA Bank Mega Tbk 15 April 1969 17 April 2000

20 NISP Bank NISP Tbk 04 April 1941 20 Oktober 1994 21 PNBN Bank Pan IndonesiaTbk 17 Agustus 1971 29 Desember 1982 Sumber: Situs Resmi BEI, http://www.jsx.co.id , 2008 (data diolah)

III.4 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder pada penelitian inibersumber dari Jakarta Stock Exchange monthly, JSX Statistic dan Indonesian Capital Market Directory 2003-2007 yang dikeluarkan Bursa Efek Indonesia, yang memuat laporan keuangan tahunan dari setiap eminten serta dari situs resmi Bursa Efek Indonesia (http://www.jsx.co.id). Data juga diperoleh dari situs resmi Bank Indonesia (http://www.bi.go.id). Data yang digunakan merupakan gabungan data antar perusahaan perbankan (cross section) dan data antar waktu (time series), yang disebut juga dengan pooling data.


(44)

III.5 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dilakukan dengan studi dokumentasi yang dilakukan dengan cara mengakses situs resmi Bursa Efek Indonesia dan Bank Indonesia, serta dokumen berupa buletin khusus yang dikeluarkan Bursa Efek Indonesia.

III.6 Hipotesis Pertama

III.6.1 Identifikasi dan Definisi Operasional Variabel Hipotesis Pertama III.6.1.1 Indentifikasi Variabel Hipotesis Pertama

Variabel-variabel yang akan diuji pada hipotesis pertama adalah: 1. Variabel Rasio Keuangan (X / variabel bebas) yang terdiri dari: X1 = Non Performing Loan (NPL)

X2 = Capital Adequacy Ratio (CAR)

X3 = Return on Equity (ROE)

X4 = Earning per Share (EPS)

2. Variabel Beta Saham (Y / Variabel terikat)

III.6.1.2 Definisi Operasional Variabel Hipotesis Pertama

Definisi operasional variabel pada hipotesis pertama adalah:

1. Variabel Rasio Keuangan (X) yang terdiri dari rasio-rasio keuangan yaitu: a. Non Performing Loan (NPL)/X1

NPL menunjukkan kemampuan bank dalam memenuhi likuiditasnya dengan jalan mengadakan pergeseran atau penarikan kredit outstanding-nya untuk


(45)

memenuhi permintaan akan kredit lainnya. Semakin tinggi rasio ini menunjukkan bahwa bank tersebut mengalami kesulitan.

b. Capital Adequacy Ratio (CAR)/X2

CAR mengukur seberapa jauh seluruh aktiva bank yang mengandung risiko ikut dibiayai dari dana modal sendiri bank dan dana dari sumber-sumber di luar bank seperti dana masyarakat, pinjaman dan sebagainya atau dengan kata lain adalah rasio untuk mengukur kecukupan modal yang dimiliki bank untuk menunjang aktiva yang mengandung risiko.

c. Return on Equity (ROE)/X3

ROE mengukur profitabilitas dari sisi modal investor atau dengan kata lain untuk mengukur seberapa banyak keuntungan yang menjadi hak pemilik modal sendiri.

d. Earning per Share (EPS)/X4

EPS merupakan rasio yang menunjukkan proporsi laba perusahaan yang dapat diklaim dengan setiap lembar saham. Semakin tinggi rasio EPS menunjukkan bahwa semakin baik kinerja perusahaan.

2. Variabel Beta Saham (Y/variabel terikat)

Beta saham merupakan suatu pengukur volatilitas (volatility) return suatu saham terhadap return pasar yang dapat dicari dengan membuat regresi linear sederhana antara keuntungan historis suatu saham sebagai variabel terikat dan keuntungan historis indeks pasar sebagai variabel bebas. Koefisien regresi hasil perhitungan merupakan beta atau risiko sistematis


(46)

Tabel III.2 Definisi Operasional Variabel Hipotesis Pertama

Variabel Definisi Indikator Pengukuran

Beta Saham (Y)

Mengukur volatilitas (volatility) return suatu saham terhadap

return pasar ⎢⎣

⎥⎦ ⎤ ⎢⎣ ⎡

− = n 1 t m t m, n 1 t m t m, i t

i, R )(R R ) R R

(R Rasio

Rasio Keuangan (X)

NPL (X1) Menunjukkan

kemampuan bank dalam memenuhi likuiditasnya dengan melakukan penarikan kredit outstanding-nya untuk memenuhi permintaan kredit lainnya 100% x Kredit Total macet) diragukan lancar (kurang

Kredit + +

Rasio

CAR (X2) Mengukur seberapa

jauh seluruh aktiva bank yang

mengandung risiko ikut dibiayai dari dana modal sendiri dan sumber-sumber di luar bank atau dengan kata lain adalah rasio untuk mengukur kecukupan modal yang dimiliki bank untuk menunjang aktiva yang mengandung risiko 100% x Risiko Menurut Tertimbang Aktiva Bank Modal Rasio

ROE (X3) Mengukur berapa

banyak keuntungan yang menjadi hak pemilik modal sendiri

Biasa Saham Ekuitas

Bersih

Laba Rasio

EPS (X4) Menunjukkan proporsi

laba perusahaan yang dapat diklaim dengan setiap lembar saham

Saham Jumlah

Bersih

Laba Rasio


(47)

III.6.2 Model Analisis Data Hipotesis Pertama

Model analisis data yang digunakan dalam hipotesis pertama ini adalah analisis regresi linear berganda. Suatu model regresi harus dapat dipertanggungjawabkan, yaitu harus memenuhi kriteria BLUE (Best Linear Unbiased Estimator) . Bentuk model regresi linear berganda dalam hipotesis pertama ini adalah sebagai berikut:

Y = a + B1X1 + B2X2 + B3X3 + B4X4 + e

di mana:

Y = Beta saham a = Konstanta

B1-4 = Koefisien regresi

X1 = Non Performing Loan (NPL)

X2 = Capital Adequacy Ratio (CAR)

X3 = Return on Equity (ROE)

X4 = Earning per Share (EPS)

e = Error of Term

Analisis data hipotesis pertama dilakukan dengan bantuan Statistical Package for Social Sciences (SPSS) versi 13,0 dengan menggunakan tingkat kepercayaan (convidence interval) sebesar 95% dan tingkat toleransi kesalahan α5%.

Pengujian hipotesis pertama menggunakan pengujian secara simultan atau uji F adalah untuk menguji apakah semua variabel bebas atau dependen dalam model


(48)

mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel terikat atau dependen. Nilai statistik F dihitung dengan formula sebagai berikut:

F =

MSE MSR

=

k) -SSE/(n

SSR/k

di mana:

SSR = sum of square due to regression = ∑( )2; y i Y

SSE = sum of squares error = ∑(Yi Yi)2; ∧

− n = jumlah observasi;

k = jumlah parameter (termasuk intersep) dalam model; MSR = mean squares due to regression

MSE = mean of squares due to error.

Hipotesis yang akan diuji ditulis sebagai berikut:

Ho: B1, B2, B3, B4, = 0 (Rasio keuangan yang terdiri dari Non Performing Loan

(NPL), Capital Adequacy Ratio (CAR), Return on Equity (ROE) dan Earning per Share (EPS) secara serempak atau simultan tidak berpengaruh terhadap beta saham perbankan di Bursa Efek Indonesia).

Ha : B1, B2, B3, B4, ≠ 0 (Rasio keuangan yang terdiri dari Non Performing Loan

(NPL), Capital Adequacy Ratio (CAR), Return on Equity (ROE) dan Earning per Share (EPS) secara serempak atau simultan berpengaruh terhadap beta saham perbankan di Bursa Efek Indonesia).


(49)

Pengujian ini dilakukan dengan membandingkan nilai Fhitung dengan Ftabel,

dengan ketentuan jika nilai Fhitung lebih besar dari nilai Ftabel atau signifikansi Fhitung

lebih kecil dari α0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima. Hal ini berarti bahwa

variabel bebas (independent variable) dalam model mempengaruhi variabel terikat (dependent variable). Demikian pula sebaliknya, apabila Fhitung lebih kecil dari Ftabel

maka H0 diterima dan Ha ditolak. Artinya bahwa variabel bebas dalam model secara

bersama-sama tidak mempengaruhi variabel terikat.

Selanjutnya pengujian secara parsial atau uji t adalah untuk menguji apakah suatu variabel bebas atau independen secara individual berpengaruh atau tidak terhadap variabel terikat atau dependen. Nilai statistik t dihitung dengan formula sebagai berikut:

t = (bi - 0)/S = bi/S

dimana S = deviasi standar, yang dihitung dari akar varians. Varians atau S2 diperoleh dari:

S2 =

k -n SSE

di mana:

n = jumlah observasi

k = jumlah parameter dalam model, termasuk intersep. Hipotesis yang akan diuji ditulis sebagai berikut:

Ho : Bi = 0, (Rasio keuangan yang terdiri dari Non Performing Loan (NPL), Capital


(50)

secara parsial berpengaruh terhadap beta saham perbankan di Bursa Efek Indonesia).

Ha : Bi ≠ 0, (Rasio keuangan yang terdiri dari Non Performing Loan (NPL), Capital

Adequacy Ratio (CAR), Return on Earning (ROE), dan Earning per Share (EPS) secara parsial berpengaruh terhadap beta saham perbankan di Bursa Efek Indonesia).

Untuk mengetahui apakah suatu variabel bebas secara parsial berpengaruh nyata atau tidak digunakan uji t atau t-student, dengan ketentuan jika thitung lebih besar

dari ttabel atau signifikansi thitung lebih kecil dari α0,05 dibagi dua maka Ho ditolak

dan Ha diterima. Hal ini berarti bahwa variabel bebas (independent variable) dalam

model secara parsial mempengaruhi variabel terikat (dependent variable). Demikian pula sebaliknya apabila thitung lebih kecil dari ttabel maka Ho diterima dan Ha ditolak.

Artinya bahwa secara parsial variabel bebas dalam model tidak mempengaruhi variabel terikat.

III.6.3 Pengujian Asumsi Klasik Hipotesis Pertama III.6.3.1 Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi variabel residual memiliki distribusi normal. Untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau tidak yaitu dengan analisis grafik dan uji statistik. Analisis grafik dilakukan dengan melihat grafik histogram yang membandingkan antara data observasi dengan distribusi yang mendekati distribusi normal. Analisis grafik juga


(51)

dilakukan dengan melihat normal probability plot. Distribusi normal akan membentuk satu garis lurus diagonal dan ploting data residual akan dibandingkan dengan garis diagonal.

Menurut Ghozali (2005) menyatakan bahwa: uji statistik dilakukan dengan uji Kolmogorov-Sminov, dimana jika angka signifikansi yang ditunjukkan dalam tabel lebih kecil dari alpha 5% maka dikatakan data tidak memenuhi asumsi normalitas, sedangkan sebaliknya jika angka signifikan di dalam tabel lebih besar dari alpha 5% maka data sudah memenuhi asumsi normalitas.

III.6.3.2 Uji Multikolonieritas

Menurut Gujarati (2008) bahwa: satu dari asumsi model linear klasik adalah tidak adanya multikolonieritas di antara variabel yang menjelaskan yaitu di antara variabel independen. Diinterpretasikan secara luas multikolonieritas berhubungan dengan situasi di mana ada hubungan linear baik yang pasti atau mendekati pasti diantara variabel independen.

Sedangkan Ghozali (2005) menyatakan bahwa: model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen. Untuk melihat gejala ini dapat diukur dengan nilai tolerance dan nilai variance inflation factor (VIF). Jadi nilai tolerance yang rendah sama dengan nilai VIF tinggi (VIF = 1/Tolerance). Nilai cutoff yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya multikolonieritas adalah nilai Tolerane < 0.10 atau sama dengan nilai VIF > 10. Setiap peneliti harus menentukan tingkat kolonieritas yang masih dapat ditolerir. Sebagai misal nilai tolerance = 0,10 sama dengan tingkat kolomieritas 0,95.

III.6.3.3 Uji Heterokedastisitas

Menurut Gujarati (2008) bahwa: suatu asumsi kritis dari model regresi linear klasik adalah bahwa gangguan ui semuanya mempunyai varians yang sama.

Jika asumsi ini tidak dipenuhi, kita mempunyai heteroskedastisitas. Heteroskedastisitas tidak merusak sifat ketidakbiasan dan konsisten dari penaksir OLS. Tetapi penaksir ini tidak lagi mempunyai varians minimum atau efisien. Dengan perkataan lain, mereka tidak lagi BLUE. Penaksir BLUE diberikan oleh metode kuadrat terkecil tertimbang.

Sedangkan Ghozali (2005) meyatakan bahwa: untuk mendeteksi apakah ada atau tidak gejala heterokedastisitas dapat dilakukan dengan melihat Grafik Plot dan uji Park. Menurut uji Park bahwa varians (s2) merupakan fungsi dari


(52)

variabel-variabel bebas. Uji ini dilakukan menguadratkan nilai residual (u2 i) dari model kemudian kuadrat nilai residual dilogaritmakan (Lnu2i). Kemudian

nilai logaritma dari kuadrat residual dimasukkan sebagai variabel terikat dalam persamaan regresi yang baru. Jika angka signifikansi t yang diperoleh dari persamaan regresi yang baru lebih besar dari alpha 5% maka dikatakan tidak terdapat heteroskedastisitas dalam data model, Sebaliknya jika angka signifikansi yang diperoleh lebih kecil dari alpha 5% maka dapat dikatakan terdapat heteroskedastisitas dalam data model.

III.6.3.4 Uji Autokorelasi

Menurut Supranto (2007) bahwa: di dalam model regresi, dianggap bahwa kesalahan pengganggu i, i = 1,2,....,n merupakan variabel acak yang bebas.

Dengan perkataan lain, kesalahan observasi yang berikutnya diperoleh secara bebas terhadap kesalahan sebelumnya. Artinya, E( i i+i) = 0, untuk semua i dan

semua r ≠ 0. Apabila terjadi autokorelasi, data asli harus ditransformasikan terlebih dahulu untuk menghilangkannya. Cara pengujiannya dilakukan dengan menggunakan Statistik d Durbin-Watson (The Durbin-Watson d Statistic). Untuk menguji apakah ada autokorelasi negatif atau tidak, digunakan (4 –d) sebagai pengganti d. Apabila (4 – d) < dl , tolak H0 yang

menyatakan bahwa tidak ada otokorelasi negatif. Apabila (4 - d) > du, tidak menolak Ho yang menyatakan tidak ada autokorelasi negatif. Selanjutnya

apabila dl < (4 – d) < du, hasil pengujian tidak dapat disimpulkan.

III.7 Hipotesis Kedua

III.7.1 Identifikasi dan Definisi Operasional Variabel Hipotesis Kedua III.7.1.1 Indentifikasi Variabel Hipotesis Kedua

Variabel-variabel yang akan diuji pada hipotesis kedua adalah: 1. Variabel Total Aset (X / variabel bebas)

2. Variabel Beta Saham (Y / variabel terikat)

III.7.1.2 Definisi Operasional Variabel Hipotesis Kedua

Definisi operasional variabel pada hipotesis kedua adalah: 1. Variabel Total Aset (TA / variabel bebas)


(53)

Total sumber daya yang dikuasai oleh perusahaan sebagai akibat peristiwa masa lalu dan dari manfaat ekonomi dimasa depan yang diharapkan akan diperoleh perusahaan.

2. Variabel Beta Saham (Y/ variabel terikat)

Beta saham merupakan suatu pengukur volatilitas (volatility) return suatu saham terhadap return pasar yang dapat dicari dengan membuat regresi keuntungan historis suatu saham sebagai variabel terikat dan keuntungan historis indeks pasar sebagai variabel bebas. Koefisien regresi hasil perhitungan merupakan beta atau risiko sistematis.

Tabel III.3 Definisi Operasional Variabel Hipotesis Kedua

Variabel Definisi Indikator Pengukuran

Beta Saham (Y)

Mengukur volatilitas return suatu saham terhadap return

pasar ⎥⎦

⎤ ⎢⎣ ⎡ ⎥⎦ ⎤ ⎢⎣ ⎡

− − n 1 t 2 m t m, n 1 t m t m, i t

i, R)(R R ) (R R ) (R

Skala

Total Aset (X)

Total sumber daya yang dikuasai oleh perusahaan sebagai akibat peristiwa masa lalu dan dari manfaat ekonomi di masa depan yang diharapkan akan diperoleh perusahaan

Aktiva Lancar + Aktiva Tetap Skala

Sumber: Hasil Penelitian, 2008 (data diolah)

III.7.2 Model Analisis Data Hipotesis Kedua

Model analisis data yang digunakan dalam hipotesis kedua ini adalah analisis regresi linear sederhana.

Menurut Mason dan Lind (2006) bahwa: dalam model regresi linear harus memenuhi asumsi pokok pokok yaitu: 1). Untuk setiap nilai X, ada sekumpulan nilai Y yang menyebar normal, 2). Semua nilai tengah distribusi normal Y terletak pada garis regresi, 3). Deviasi standar distribusi-distribusi normal ini sama. 4). Nilai-nilai Y secara statistik saling bebas. Artinya bahwa


(54)

pada pemilihan sampel, nilai Y yang terpilih untuk suatu X tertentu tidak tergantung pada nilai Y untuk nilai X yang lainnya.

Bentuk model regresi linear sederhana dalam hipotesis kedua ini adalah sebagai berikut:

Y = a + BX + e di mana:

Y = Beta saham a = Konstanta B = Koefisien regresi X = Total Aset e = Error of Term

Analisis data hipotesis kedua dilakukan dengan bantuan Statistical Package for Social Sciences (SPSS) versi 13,0 dengan menggunakan tingkat kepercayaan (convidence interval) sebesar 95% dan tingkat toleransi kesalahan α5%.

III.7.3 Pengujian Hipotesis Kedua

Menurut Gujarati (2008) bahwa: untuk mengetahui sebaik mana garis regresi sampel mencocokkan data digunakan uji r² yang merupakan suatu ukuran “kebaikan-suai” (goodness of fit). r² mengatakan pada kita proporsi variasi dalam variabel tak bebas yang dijelaskan oleh variabel terikat dan karenanya memberikan suatu ukuran keseluruhan mengenai sejauh mana variasi dalam satu variabel menentukan variasi dalam variabel lain.


(55)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

IV.1 Hasil Penelitian

IV.1.1 Gambaran Umum Perusahaan Perbankan di Bursa Efek Indonesia

Pasar modal atau bursa efek telah hadir sejak jaman kolonial Belanda pada tahun 1912 di Batavia. Pemerintah Republik Indonesia mengaktifkan kembali pasar modal pada tahun 1977, dan beberapa tahun kemudian pasar modal mengalami pertumbuhan seiring dengan berbagai insentif dan regulasi yang dikeluarkan pemerintah.

Pada tanggal 13 Juli 1992, BEJ diprivatisasi dengan dibentuknya PT. Bursa Efek Jakarta. Kemudian pada 1995, perdagangan elektronik di BEJ dimulai. Setelah sempat jatuh ke sekitar 300 poin pada saat krisis ekonomi, BEJ mencatat rekor tertinggi baru pada awal tahun 2004 dengan mencapai level 1.500 poin berkat adanya sentimen positif dari dilantiknya presiden baru, Susilo Bambang Yudhoyono. Peningkatan pada tahun 2004 ini sekaligus membuat BEJ menjadi salah satu bursa saham dengan kinerja terbaik di Asia pada tahun tersebut. Pada tahun 2007 BEJ melakukan merger dengan Bursa Efek Surabaya dan berganti nama menjadi Bursa Efek Indonesia. Penggabungan ini menjadikan Indonesia hanya memilki satu pasar modal.

Perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia sampai tahun 2007 adalah sebanyak tiga puluh perusahaan. Sedangkan perusahaan yang memenuhi


(56)

kriteria sebagai sampel dalam penelitian ini adalah dua puluh satu perusahaan perbankan. Profil sampel perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia adalah sebagai berikut:

1. PT. Bank Bumiputera Indonesia, Tbk dengan sebutan bank Bank Bumiputera beralamat di Wisma Bumiputera Lt. 4 Jl. Jend. Sudirman Kav. 75 Jakarta. Berdiri pada tanggal 31 Juli 1989 dan terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tanggal 15 Juli 2002. Kepemilikan sahamnya maing-masing adalah masyarakat sebesar 26,95%, Che Abdul Daim bin Haji Zainuddin sebesar 67,07% dan AJB Bumiputera 1912 sebesar 5,98%

2. PT. Bank Central Asia, Tbk dengan sebutan Bank BCA beralamat di Wisma BCA Jl. Jend. Sudirman Kav. 22-23 Jakarta 12920. Berdiri pada tanggal 10 Agustus 1955 dan terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tanggal 31 Mei 2000. Kepemilikan saham masing-masing adalah Anthony Salim sebesar 1,76%, masyarakat sebesar 46,72%, Farindo Investment (Mauritius) Ltd sebesar 51,15% dan PT. Bank Central Asia, Tbk sebesar 0,37%.

3. PT. Bank Buana, Tbk dengan sebutan Bank UOB Buana beralamat di Jl. Gajah Mada No. 1 A, Jakarta 10130. Berdiri pada tanggal 31 Agustus 1956 dan terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tanggal 28 Juli 2000. Kepemilikan saham masing-masing adalah PT Sari Dasa Karsa sebesar 26,75%, Masyarakat 12,12% dan UOB Intl. Inv. Private Ltd 61,13%.

4. PT. Bank Negara Indonesia, Tbk sebutan Bank Bank BNI beralamat di Jl. Jend. Sudirman Kav. 1, Jakarta 10220. Berdiri pada tanggal 5 Juli 1946 dan terdaftar di


(57)

Bursa Efek Indonesia pada tanggal 20 November 1996. Kepemilikan saham masing-masing adalah Negara Republik Indonesia sebesar 99,12% dan masyarakat sebesar 0,88%.

5. PT. Bank Nusantara Parahyangan, Tbk dengan sebutan Bank BNP beralamat di JL. Ir. H. Juanda No. 95, Bandung 40132. Berdiri pada tanggal 18 Januari 1972 dan terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tanggal 14 Desember 2000. Kepemilikan saham masing-masing adalah PT. Gemah Megah Korporindo sebesar 3,95%, PT. Teradana Megah sebesar 3,95%, PT. Gucimas Sukses Makmur sebesar 4,11%, PT. Binadana Nata Arta sebesar 3.95%, PT. Hermawan Sentral Investama sebesar 14,99%, PT. Hermawan Ladang Arta sebesar 14,03% dan masyarakat sebesar 55,02%.

6. PT. Bank Rakyat Indonesia, Tbk dengan sebutan Bank BRI beralamat Jl. Jend. Sudirman Kav. 44-46, Jakarta 10210. Berdiri pada tanggal 16 Desember 1895 dan terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tanggal 10 November 2003. Kepemilikan saham masing-masing adalah Negara Republik Indonesia sebesar 56,97% dan masyarakat sebesar 43,07%.

7. PT. Bank Century, Tbk dengan sebutan Century Bank beralamat di Gedung Sentral Senayan I Lt. 16, Jl Asia Afrika No. 8, Jakarta 10270. Berdiri pada tanggal 30 Mei 1997 dan terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tanggal 3 Juni 1997. Kepemilikian saham masing-masing adalah SCBHK A/C First Global Funds Ltd sebesar 5,61%, Standard Chartered Bank, Hongkong A/C-CC sebesar 6,53%, Morgan Stanley Co. Int. Ltd. Client AC sebesar 7,45%, Clearstream Banking &


(1)

Lampiran 9 Hasil Uji Statistik Hipotesis Pertama

Regression

Variables Entered/Removed(b)

Model

Variables Entered

Variables

Removed Method

1

Earning per Share, Capital Adequacy Ratio, Non Performing Loan,

Return on Equity(a)

. Enter

a All requested variables entered. b Dependent Variable: Beta Saham

Model Summaryb

.459a .211 .179 .5371346 2.062 Model

1

R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

Durbin-Watson

Predictors: (Constant), Earning per Share, Capital Adequacy Ratio, Non Performing Loan, Return on Equity

a.

Dependent Variable: Beta Saham b.

ANOVA(b)

Model

Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

Regression 7.712 4 1.928 6.683 .000(a)

Residual 28.851 100 .289

1

Total 36.564 104

a Predictors: (Constant), Earning per Share, Capital Adequacy Ratio, Non Performing Loan, Return on Equity


(2)

Coefficients(a)

Unstandardized Coefficients

Standardized

Coefficients t Sig. Collinearity Statistics Model

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) -.109 .167 -.653 .515

Non Performing Loan .033 .013 .234 2.504 .014 .902 1.109 Capital Adequacy Ratio .026 .008 .286 3.108 .002 .931 1.074 Return on Equity .002 .002 .091 .892 .374 .761 1.314 Earning per Share .001 .000 .210 2.067 .041 .763 1.311 a Dependent Variable: Beta Saham

Collinearity Diagnosticsa

3.443 1.000 .01 .02 .01 .02 .02 .908 1.948 .00 .15 .00 .22 .11 .365 3.070 .00 .02 .00 .68 .68 .226 3.899 .07 .78 .12 .07 .19 .057 7.756 .92 .03 .87 .00 .00 Dimension

1 2 3 4 5 Model 1

Eigenvalue

Condition

Index (Constant)

Non Performing

Loan

Capital Adequacy

Ratio

Return on Equity

Earning per Share Variance Proportions

Dependent Variable: Beta Saham a.

Charts

25 20 15 10 5

Fre

quen

cy

Histogram


(3)

1.0 0.8 0.6 0.4 0.2 0.0

Observed Cu…

1.0 0.8 0.6 0.4 0.2 0.0

Exp

ect

ed Cu

m…

Normal P-P Plot of Regression

Standardized Residual

Dependent Variable: Beta Saham

4 3 2 1 0 -1 -2

Regressi

on

Standardized

Pre

d

ic

te

d

Val

u

e

5 4 3 2 1 0 -1 -2

Regression Studentized Residual

Scatterplot

Dependent Variable: Beta Saham

Descriptives

Descriptive Statistics

105 .00 26.66 501.89 4.7799 4.15188 105 8.08 42.35 1925.95 18.3424 6.65069 105 -165.09 104.48 1633.20 15.5543 24.79866 105 -132.00 491.00 10162.00 96.7810 123.83503 105 -.4160 2.8896 68.2527 .650026 .5929371 105

Non Performing Loan Capital Adequacy Rati Return on Equity Earning per Share Beta Saham Valid N (listwise)


(4)

NPar Tests

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

105 .0000000 .98058068 .059 .053 -.059 .608 .854 N

Mean

Std. Deviation Normal Parametersa,b

Absolute Positive Negative Most Extreme

Differences

Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed)

Standardized Residual

Test distribution is Normal. a.

Calculated from data. b.

Regression: Uji Park

Variables Entered/Removedb

Earning per Share, Capital Adequacy Ratio, Non Performing Loan, Return on Equitya

. Enter Model

1

Variables Entered

Variables

Removed Method

All requested variables entered. a.

Dependent Variable: Res_Shm1 b.

Model Summary

.220a .048 .010 2.17563 Model

1

R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

Predictors: (Constant), Earning per Share, Capital Adequacy Ratio, Non Performing Loan, Return on a.


(5)

Coefficientsa

-2.073 .676 -3.066 .003

-.039 .054 -.075 -.729 .468

-.018 .033 -.053 -.527 .599

.016 .010 .180 1.612 .110

-.003 .002 -.195 -1.750 .083 (Constant)

Non Performing Loan Capital Adequacy Ratio Return on Equity Earning per Share Model

1

B Std. Error Unstandardized

Coefficients

Beta Standardized

Coefficients

t Sig.

Dependent Variable: Res_Shm1 a.


(6)

Lampiran 10 Hasil Uji Statistik Hipotesis Kedua

Regression

Variables Entered/Removed(b)

Model

Variables Entered

Variables

Removed Method

1 Total

Aset(a) . Enter

a All requested variables entered. b Dependent Variable: Beta Saham

Model Summary

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

1 .419(a) .175 .167 .5410872395994

a Predictors: (Constant), Total Aset

ANOVA(b)

Model

Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

Regression 6.408 1 6.408 21.887 .000(a)

Residual 30.156 103 .293

1

Total 36.564 104

a Predictors: (Constant), Total Aset b Dependent Variable: Beta Saham

Coefficients(a) Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients t Sig.

95% Confidence Interval for B

Model B

Std.

Error Beta

Lower Bound

Upper Bound

1 (Constant) .472 .065 7.244 .000 .343 .601

Total Aset 3.49E-015 .000 .419 4.678 .000 .000 .000

a Dependent Variable: Beta Saham

Descriptive Statistic

N Min Max Sum Mean

Std Deviation Total Aset 105 632770000000 319085590000000 5361891379000000 51065632180952 71097648234036


Dokumen yang terkait

Analisis Pengaruh Faktor-Faktor Rasio Keuangan Terhadap Harga Saham pada Perusahaan Perbankan Swasta di Bursa Efek Indonesia

1 50 110

Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap Return Saham Dengan Kebijakan Divivden Sebagai Moderating Variabel Pada Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Indonesia

7 90 121

Analisis Pengaruh Rasio Keuangan Dan Total Asset Terhadap Harga Saham Dengan Beta Saham Sebagai Variabel Moderating (Studi Empiris Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia)

0 43 129

ANALISIS PENGARUH KINERJA KEUANGAN TERHADAP HARGA SAHAM PERUSAHAAN PERBANKAN DI BURSA EFEK INDONESIA Analisis Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Harga Saham Perusahaan Perbankan Di Bursa Efek Indonesia.

0 2 14

ANALISIS PENGARUH KINERJA KEUANGAN TERHADAP HARGA SAHAM PERUSAHAAN PERBANKAN DI BURSA EFEK INDONESIA Analisis Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Harga Saham Perusahaan Perbankan Di Bursa Efek Indonesia.

0 3 15

“ANALISIS PENGARUH RASIO KEUANGAN TERHADAP HARGA SAHAM PERUSAHAAN PERBANKAN YANG TERDAFTAR Analisis Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap Harga Saham Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (BEI Th 2010 – 2012).

0 2 16

ANALISIS PENGARUH RASIO KEUANGAN TERHADAP ANALISIS PENGARUH RASIO KEUANGAN TERHADAP RETURN SAHAM PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA.

0 1 13

PENGARUH RASIO KEUANGAN TERHADAP RETURN SAHAM PERUSAHAAN PERBANKAN YANG TERDAFTAR PENGARUH RASIO KEUANGAN TERHADAP RETURN SAHAM PERUSAHAAN PERBANKAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA.

0 0 16

PENDAHULUAN PENGARUH RASIO KEUANGAN TERHADAP RETURN SAHAM PERUSAHAAN PERBANKAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA.

0 0 8

ANALISIS PENGARUH RASIO KEUANGAN DAN DEVIDEN TERHADAP RETURN SAHAM PADA PERUSAHAAN PERBANKAN DI BURSA EFEK INDONESIA

0 0 11