keterbatasan dalam hal kecerdasannya. Anak berkebutuhan khusus sukar untuk mengikuti program pendidikan disekolah biasa secara klasikal oleh karena itu,
anak berkebutuhan khusus membutuhkan layanan pendidikan secara khusus yang disesuai dengan kemampuan anak tersebut Kosasih, 2012. Tunagrahita
merupakan kondisi dimana anak mengalami hambatan perkembangan mental, tingkat intelegensi, bahasa, sosial dan motorik. Tunaghrahita adalah keterbatasan
pada fungsi intelektual dan kemampuan dalam beradaptasi. Keterbatasan kemampuan beradaptasi meliputi komunikasi, kemampuan sosial, akademik,
kesehatan, keamanan dan merawat diri Schwart, 2004. Definisi retradasi mental dibuat berdasarkan tiga komponen yang meliputi,
fungsi intelektual, fungsi kekuatan dan kelemahan, dan pada saat ditegakkan diagnosis usia kurang dari 18 tahun. Fungsi intelektual dapat diukur dengan
menggunakan Intellegence Quoetient IQ, yang bernilai 70 sampai 75 atau kurang. Defisit pada prilaku disfungsional ditentukan oleh kekuatan yang meliputi
komunikasi, perawatan diri, kehidupan rumah tangga, ketrampilan sosial, waktu luang, kesehatan dan keamanan, tujuan diri, kemampuan akademik, kegunaan
dalam bermasyarakat dan pekerjaan Frederick Williams dalam Wong, 2009.
2.4.2 Klasifikasi Tunagrahita
Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, edisi empat DSM- IV dalam Wong 2009, mengklasifikasikan anak tunagrahita yaitu berdasarkan
tingkatan beradaptasi mereka dalam kehidupan, yang meliputi:
a. Tunagrahita Ringan Anak tunagrahita ringan tingkat IQ berada pada rentang 50-55 sampai 70 atau
setara dengan anak tunagrahita yang mampu didik. Estimasi anak tunagrahita ringan yaitu sebanyak 85, anak tunagrahita dapat mengembangkan komunikasi
dan sedikit bedannya dalam sensorik dan motorik pada usia pra sekolah dan tidak dapat dibedakan pada anak normal.
b. Tunagrahita Sedang Anak tunagrahita sedang berada pada tingkatan IQ rentan 35-40 sampai 50-55
dan setara dengan anak tunagrahita yang mampu latih. Estimasi anak tunagrahita sedang sebanyak 10. Anak tunagrahita mampu merasakan latihan kecakapan
dalam berkomunikasi, meskipun kemampuan akademiknnya setara dengan anak sekolah dasar.
c. Tunagrahita Berat Anak tunagrahita berat memiliki tingkatan IQ dalam rentan 20-25 sampai 35-
40. Estimasi pada anak tunagrahita berat sebanyak 3-4. Anak tunagrahita berat tidak mampu dalam berkomunikasi bahasa pada saat usia pra sekolah, akan tetapi
dapat belajar bicara untuk kecakapan dalam mengurus diri sendiri saat usia sekolah.
d. Tunagrahita Sangat Berat Anak tunagrahita sangat berat memiliki tingkatan IQ dibawah 20 atau 25.
Estimasi pada anak tunagrahita sangat berat sekitar 1-2. Anak tunagrahita sangat berat akan mengalami gangguan dalam bidang sensorimotor.
2.4.3 Karakteristik Tunagrahita
Anak tunagrahita memiliki karakteristik berbeda-bebeda dapat dibedakan menjadi tiga tingkatan menurut intelegensinnya. Intelengensi dibawah rata-rata
akan menyebabkan hambatan terhadap prilaku adatif selama proses perkembangannya FIP-UPI, 2007. AAMR menjelaskan perilaku adaptif terdiri
atas keterampilan praktis, keterampilan konseptual, dan keterampilan sosial yang berpengaruh terhadap kemampuannya untuk memenuhi kebutuhan dan respon
terhadap lingkungan.
Tabel 2.1 Klasifikasi Tunagrahita, Rentang IQ, Pendidikan, Klinis, Estimasi, dan Umur Mental
Klasifikasi IQ
Pendidikan Klinis
Estimasi Umur
Mental Tunagrahita
50-55 Dapat
Anak dapat Belajar 85
Setara Ringan
s.d didik dan
trampil, Dapat
Dari anak Anak 69-70
Latih hidup Mandiri
tunagrahita Normal
Umur 8-12 tahun
Tunagrahita 35-40
Dapat Dapat
Belajar 10
Setara Sedang
s.d Dilatih
Merawat diri diri, Dari anak
Umur 49-55
Dan bersosialisasi.
tunagrahita Anak Normal
3-7 tahun Tunagrahita
20-25 Perlu
pengawasan, 3-4 Setara
Berat s.d
Dalam latihan khusus Dari anak
Umur 34-40
untuk mempelajari tunagrahita
anak normal
Ketrampilan diri
1-3 tahun Tunagrahita
sangat berat Kurang
Tidak mampu 1-2
dari 20- merawat diri.
Dari anak 25
tunagrahita
Sumber: ICD-10 WHO dalam Marcdante, dkk 2014; DSM-IV dalam Wong 2009; DSM-III dalam Semiun 2006; Muttaqin 2011.
Ciri-ciri fisik pada anak tunagrahita yaitu berkepala terlalu kecil atau besar, mulut akan sering terbuka, keluar cairan dari mulut, mata sipit dan badan agak bungkuk.
Anak tunagrahita akan memiliki emosi labil, tatapan sering kosong dan memiliki daya ingat yang lemah dan acuh terhadap lingkungannya serta anak akan
mengalami hambatan pada anggota gerak sehingga memperberat dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari Muttaqin, 2011.
2.4.4 Faktor Penyebab Tunagrahita