Ciri-ciri fisik pada anak tunagrahita yaitu berkepala terlalu kecil atau besar, mulut akan sering terbuka, keluar cairan dari mulut, mata sipit dan badan agak bungkuk.
Anak tunagrahita akan memiliki emosi labil, tatapan sering kosong dan memiliki daya ingat yang lemah dan acuh terhadap lingkungannya serta anak akan
mengalami hambatan pada anggota gerak sehingga memperberat dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari Muttaqin, 2011.
2.4.4 Faktor Penyebab Tunagrahita
Menurut Gunardi 2011, anak tunagrahita memiliki beberapa penyebab diantarannya yaitu, faktor keturunan, metabolisme, infeksi dan keracunan, trauma
zat radioaktif serta masalah pada saat melahirkan. 1. Faktor keturunan
Faktor keturunan genetik terjadi diakibatkan oleh kerusakan atau kelainan struktur biokimia tubuh dan terjadi abnormalitas kromosom.
2. Gangguan metabolisme Kurangnnya asupan nutrisi tertentu akan dapat menyebabkan kondisi pada
anak tunagrahita. Kelainan yang disebabkan oleh beberapa gangguan metabolisme diantarannya adalah:
a. Phenylketonuria
Gangguan pada metabolisme asam amino disebabkan oleh suatu mutasi gen phenylalanine hydroxylase. Mutasi ini akan mengakibatkan ketidakmampuan
phenylalanine berubah menjadi tyrosin sehingga akan terjadi suatu penimbunan phenylalanine dalam darah yang akan menyebabkan retradasi mental.
b. Gargoylisme
Merupakan kondisi yang disebabkan terjadinnya kerusakan pada metabolisme saccharide yang merupakan tempat penyimpanan asam mucopolusaccharide
dalam hati, limpa kecil, dan otak dan hal ini akan mengakibatkan kondisi tunagrahita.
c. Kretinisme
Merupakan kekurangan kronis terhadap hormon tyroid selama didalam kandungan dan setelah proses kelahiran. Kretinisme akan tampak pada bulan
kelima setelah bayi lahir. 3. Infeksi keracunan
Infeksi yang diderita oleh ibu pada saat mengandung menyebabkan keadaan tunagrahita. Dimana, disebabkan oleh infeksi virus rubella, sifilis, toksoplasmosis,
kecanduan alcohol, narkotika, obat terlarang dan gas beracun. 4. Trauma zat radioaktif
Trauma yang terjadi pada bayi akan menyebabkan perdarahan yang mengakibatkan terjadinnya cacat otak. Sinar X juga bisa mengakibatkan
terjadinnya tungrahita mikrosefalus.
2.4.5 Dampak Anak Tunagrahita
Menurut Efendi 2009, dampak yang dapat ditimbulkan pada anak tunagrahita ada empat tahap yaitu meliputi:
a Tahap I Pada tahap satu akan diketahui kelainan atau ketunaan pada salah satu
organnya atau lebih. Dalam hal ini akan berkurang dalam kemampuannya untuk memfungsikan secara maksimum organ atau istrumen anggota tubuh yang akan
mengalami kelainan. b Tahap II
Pada tahap dua alat motorik dan sensori yang tidak berfungsi akan berdampak pada anak tunagrahita yang melakukan eksplorasi sehingga akan mengalami
hambatan dalam melakukan aktivitas. c Tahap III
Pada tahap tiga anak tunagrahita akan mengalami hambatan pada saat melakukan aktivitas dan akan menimbulkan reaksi emosional akibat
ketidakberdayaannya. d Tahap IV
Pada tahap empat reaksi emosional yang ditimbulkan terus menumpuk dan intensitasnnya semakin meningkat, maka reaksi emosionalnya yang muncul tidak
akan menguntungkan bagi perkembangan kepribadiannya. Dampak pada orang tua dimana terjadinnya kondisi kritis pertama kali
keluarga menyadari bahwa anak mereka tidak normal seperti anak lainnya. Orang yang paling banyak menanggung beban akibat ketunagrahitaan adalah keluarga
anak tersebut. Dalam memberitahukan kepada orang tua hendaknnya dilakukan terhadap keduannya suami-istri secara bersamaan. Orang tua hendaknnya
menyadari bahwa mereka memiliki anak cacat tunagrahita. Reaksi yang akan
timbul pada keluarga berbeda-beda tergantung pada beberapa faktor Somantri, 2007.
2.5 Konsep Activity Daily Living ADL