dalam biji akan berkurang sehingga daya lekat inti terhadap cangkangnya menjadi kurang. Iyung Pahan, 2006 .
2.3.2 Perlakuan-perlakuan pada saat perebusan
Merebus tidak cukup hanya dengan memasukkan uap panas ke dalam ketel rebusan dengan tekanan tinggi saja, tetapi juga dengan membuat tekanan berubah-
ubah agar terjadi kejutan-kejutan pada jaringan sel buah. Maksud dari membuat kejutan-kejutan tekanan ini agar penetrasi panas kedalam jaringan buah serta celah-
celah diantara spiklet berjalan dengan baik. seperti sebuah kendaraan roda empat yang rodanya terpelosok di dalam lumpur, agar terlepas dari jebakan lumpur
dilakukan gerakan mundur dan maju sehingga akhirnya lepas dari lumpur. Pada perebusan kelapa sawit ada 3 sistem perebusan yang digunakan :
1. Sistem Perebusan Satu Puncak SPSP
Uap panas pada temperatur 135
o
C-140
o
C dialirkan ke dalam ketel perebusan sambil menaikkan tekanan. Apabilah tekanan telah mencapai norma tertentu
misalnya 3 Kgcm
2
, maka tekanan dipertahankan selama waktu tertentu, kemudian tekanan diturunkan dan perebusan dianggap selesai.
Sistem perebusan ini banyak dipakai pada pabrik-pabrik kelapa sawit tua sebelum tahun 1970.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.1. Grafik sistem perebusan satu puncak
2. Sistem Perebusan Dua Puncak SPDP
Uap panas dengan temperatur diinginkan dialirkan ke dalam ketel rebusan sambil menaikkan pada tekanan tertentu. Setelah tekanan tercapai seperti
diinginkan tekanan diturunkan bertahap-tahap, kemudian tekanan dinaikkan kembali.
Gambar 2.2. Grafik sistem perebusan dua puncak
Universitas Sumatera Utara
Pada puncak terakhir biasanya dibuat lebih tinggi dan lebih lama dibandingkan dengan puncak pertama. Beda tekanan puncak pertama dengan puncak kedua
serta waktu yang digunakan disesuaikan dengan karakteristik dari pabrik yang bersangkutan. Sistem perebusan sistem dua puncak jarang dipakai pada saat
ini, tetapi masih dapat ditemukan pada pabrik-pabrik tertentu. 3.
Sistem Perebusan Tiga Puncak SPTP Sistem ini yang paling banyak digunakan pada saat sekarang, karena dianggap
lebih efisien dilihat dari segi kehilangan minyak dalam pengolahan.Ada beberapa variasi sistem perebusan dalam upaya pabrik untuk mandapatkan
hasil olahan yang optimal, antara lain :
i. Perebusan Tiga puncak Datar
Gambar 2.3. Grafik sistem perebusan Tiga Puncak Datar ii.
Perebusan Tiga Puncak Bertahap
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.4. Grafik sistem perebusan Tiga Puncak Bertahap Abdul Karim, 2005
2.3.3 Siklus Perebusan