2. Pengertian Wasiat Menurut Hukum Islam
Kalau diperhatiakan dari segi asal kata wasiat berasal dari kata Arab, yaitu “Al- washiyah yang secara harfiah artinya adalah pesan, perintah atau janji
seseorang kepada orang lain untuk melakukan suatu perbuatan, baik ketika orang yang berwasiat masih hidup maupun setelah wafat”.
6
Secara etimologi wasiat mempunyai beberapa arti yaitu menjadikan, menaruh kasih sayang, menyuruh dan menghubungkan sesuatu dengan sesuatu
yang lainnya. Secara terminologi wasiat adalah pemberian seseorang kepada orang lain baik berupa barang, piutang atau manfaat untuk dimiliki oleh orang
yang diberi wasiat sesudah orang yang berwasiat mati.
7
Pengertian yang diberikan oleh ahli hukum wasiat ialah memberikan hak secara suka rela yang dikaitkan dengan keadaan sesudah mati, baik diucapkan
dengan kata-kata atau bukan” sedangkan menurut Sayid Sabiq mendefinisikan sebagai berikut : “wasiat itu adalah pemberian seseorang kepada orang lain baik
berupa barang, piutang, ataupun manfaat untuk dimiliki oleh orang yang diberi wasiat setelah yang berwasiat mati”.
Dikaitkan dengan perbuatan hukum wasiat itu pada dasarnya juga bermakna transaksi pemberian sesuatu pada pihak lain. Pemberian itu bisa berbentuk
penghibahan harta atau pembebananpengurangan utang ataupun pemberian
manfaat dari milik pemberi wasiat kepada yang menerima wasiat.
8
6
Rachmadi Usman, Hukum Kewarisan Islam, Penerbit Mandar maju, Bandung, 2009.
hal 141
7
http:www.pemantauperadilan.comdelik4
HUKUM20WARIS20ISLAM20DAN20PERM ASALAHANNYA
.pdf di akses tanggal 2010-06-03
8
Ibid;
Universitas Sumatera Utara
Dan adapun pendapat M. Sulaiman Rasyid dalam bukunya Fiqh Islam tentang wasiat, yang menyatakan bahwa “Wasiat ialah pesan atau kebaikan hati
yang akan dijalankan sesudah seseorang meninggal dunia”.
9
Para ahli hukum Islam mengemukakan bahwa wasiat adalah pemilikan yang didasarkan pada orang yang menyatakan wasiat meninggal dunia dengan jalan
kebaikan tanpa menuntut imbalan atau tabarru. Sayyid Sabiq mengemukakan bahwa pengertian ini sejalan dengan definisi yang dikemukakan oleh para ahli
hukum Islam dikalangan madzhab Hanafi yang mengatakan wasiat adalah tindakan seseorang yang memberikan haknya kepada orang lain untuk memiliki
sesuatu baik merupakan kebendaan maupun manfaat secara sukarela tanpa imbalan yang pelaksanaannya ditangguhkan sampai terjadi kematian orang yang
menyatakan wasiat tersebut.
10
Sedangkan Al-Jaziri, menjelaskan bahwa di kalangan mazhab Syafii, Hambali, dan Maliki memberi definisi wasiat secara rinci, wasiat adalah suatu
transaksi yang mengharuskan orang yang menerima wasiat berhak memiliki sepertiga harta peninggalan orang yang menyatakan wasiat setelah ia meninggal
dunia. Dan dalam Kompilasi Hukum Islam disebutkan wasiat adalah pemberian suatu benda dari pewaris kepada orang lain atau lembaga yang akan berlaku
setelah pewaris meninggal dunia Pasal 171 huruf f.
11
Pada dasarnya inti dari definisi yang amat beragam itu ialah bahwa wasiat itu merupakan pesan dari seseorang yang isinya memberikan sejumlah harta atau
9
http:alislamu.comcontentview31622 di akses tanggal 03 Juni 2010
10
Ibid;
11
http:webcache.googleusercontent.comsearch?q=cache:VLacThXWlu4J:media.isnet.or gislamWarisDefinisi.html+pengertian+wasiat3Fcd=6hl=idct=clnkgl=id di akses
tanggal 03 Juni 2010
Universitas Sumatera Utara
pembatasan pengurangan utang atau pemberian manfaat harta kepada orang lain setelah ia wafat. Dengan istilah lain bahwa wasiat itu pesan yang intinya
memberikan harta kepada pihak lain yang pemberian itu mulai berlaku apabila pihak yang berpesan meninggal dunia.
Jadi ahli waris tidak saja atau bukan saja sebagai penerima warisan, tetapi masih diberi kesempatan untuk menikmati wasiat dengan ketentuan tidak boleh
melebihi 13 sepertiga dari sisa harta peninggalan. Pada ketentuan tersebut telah jelas bahwa wasiat tidak boleh melampaui 13 sepertiga dari harta peninggalan.
Maka jika jumlah wasiat-wasiat untuk orang tua, keluarga dekat dan janda telah sepertiga, maka Iain-lain wasiat tidak bernilai lagi dan jika 13 sepertiga dari
harta peninggalan kurang dari 13 sepertiga atau kurang dari jumlah wasiat- wasiat untuk orang tua, keluarga dekat janda, setelah itu biasanya dibagikan antara
wasiat-wasiat untuk orang tua dan keluarga dekat menurut pengurangan yang berimbang.
F. Metode Penelitian