Ada kalanya seorang legataris yang menerima beberapa benda, diwajibkan memberikan benda itu kepada orang lain ayang ditunjuk dalam wasiat
atau testament, pemberian ini dinamakan “Sub Legaat”. Suatu erfstelling atau suatu legaat dapat juga digantungkan pada suatu
syarat atau suatu kejadian di kemudian hari yang pada waktu pembuatan wasiat atau testament belum tentu akan terjadi atau tidak, misalnya seseorang dijadikan
ahli waris atau diberikan suatu barang warisan dengan syarat bahwa dari perkawinannya akan dilahirkan seorang anak laki-laki. Namun tidak
diperbolehkan suatu syarat yang pelaksanaannya berada di dalam kekuasaannya si waris atau legataris sendiri. Misalnya suatu syarat yang berbunyi bahwa si ahli
waris atau legataris akan mengadakan pesta. Suatu syarat yang sama sekali tidak mungkin terlaksana juga tidak
diperbolehkan dicantumkan dalam suatu wasiat atau testament, maka syarat itu adalah batal artinya dianggap sebagai tidak tertulis dan wasiat atau testament,
berlaku seolah-olah tidak mengandung suatu syarat. Suatu legaat dan erfstelling juga dapat digantungkan pada suatu ketetapan waktu.
8. Beban Last
Pada kemungkinan lain dalam suatu wasiat atau testament dapat ditentukan bahwa seseorang akan diberikan keuntungan dengan suatu beban
last. Beban yang ditentukan dalam wasiat atau testament ini dapat merupakan kewajiban dari ahli waris, dapat pula merupakan kewajiban legataris.
Suatu legaat dapat disertai suatu kewajiban beban kepada si legataris, misalnya seorang dijadikan waris dengan beban untuk memberikan suatu
Universitas Sumatera Utara
pensiunan kepada ibunya si pewaris. Jika suatu beban tidak dipenuhi, maka warisan atau legaat dapat dibatalkan atas permintaan yang berkepentingan atau
atas permintaan ahli waris yang lain. Selanjutnya Pasal 962 BW menentukan, apabila kepada legataris oleh si
pewaris dibebani berbagai kewajiban maka para legataris harus memenuhi kewajiban itu, masing-masing seimbang dengan jumlah barang-barang legaat
yang mereka akan terima. Kecuali apabila si pewaris menentukan lain dan membebankan kewajiban itu misalnya hanya kepada salah seorang legataris saja.
Kewajiban yang dibebankan kepada legataris, dapat bermacam-macam isinya. Dan dalam Pasal 967 BW diperbolehkan seorang legataris diwajibkan
melakukan pembayaran uang kepada seorang ketiga, atau untuk membayar hutang-hutang dengan uang kepunyaan si legataris sendiri. Dari ketentuan di atas
dapat ditarik kesimpulan bahwa beban merupakan suatu kewajiban yang apabila beban ini tidak dipenuhi akan mengakibatkan batalnya warisan atau legaat atas
permintaan yang berkepentingan.
9. Fidei Commis
Fidei Commis adalah suatu pemberian warisan kepada seorang ahli waris dengan ketentuan bahwa ia diwajibkan untuk menyimpan warisan itu dan setelah
lewat suatu waktu tertentu atau apabila apabila si ahli waris itu sendiri telah meninggal dunia warisan itu harus diserahkan kepada orang yang sudah
ditetapkan atau ditentukan dalam wasiat atau testament. Orang yang akan menerima warisan ini dinamakan “Verwachter” oleh
karena ia menerima warisan itu dengan melewati semacam Undang-Undang, yang
Universitas Sumatera Utara
dinamakan “Erfstelling Voor De Hand” yaitu pemberian warisan secara melangkah.
Pada umumnya fidei commis dilarang oleh undang-undang. Alasan larangan ini ialah karena adanya benda-benda yang untuk waktu lama dan tidak
tertentu akan disingkirkan dari lalu lintas hukum dan dianggap sebagai suatu rintangan besar bagi kelancaran lalu lintas hukum, kecuali dua macam fidei
commis yang diperbolehkan oleh undang-undang yaitu: 1.
Untuk memenuhi seseorang dan supaya benda itu diwariskan lagi kepada anak-anak si ahli waris sendiri.
2. Lazim disebut fidei commis de residue, ditetapkan bahwa seseorang ahli
waris harus mewariskan lagi apa yang dikemudian hari masih ketinggalan dari warisan yang diperolehnya, jadi sisanya saja yang diberikan kepada
orang lain. Jadi di dalam fidei commis ada dua orang penerima warisan yang berturut-
turut akan menjadi pemilik dari barang warisan tersebut. Yaitu:
24
a. “Ahli waris” dalam garis lurus garis lurus ke bawah dan garis lurus keatas
diatur dalam Pasal 913 KUH Perdata. b.
“Ahli waris” yaitu orang-orang yang terpanggil untuk mewaris diatur dalam Pasal 913 KUH Perdata.
24
http:repository.ui.ac.idcontentskoleksi112f25cb75491bd0ec15fb34dc5b3d5671ee65 98c3.pdf diakses tanggal 15 juni 2010
Universitas Sumatera Utara
D. Kecakapan Membuat Surat Wasiat