D. Kecakapan Membuat Surat Wasiat
Kecakapan membuat wasiat atau testament dan untuk menariknya kembali diatur dalam Pasal 895 BW. Syarat pokok bagi seseorang untuk dapat
membuat atau cakap membuat wasiat atau testament pada umumnya adalah sama dengan syarat pokok bagi orang untuk melakukan perbuatan hukum yaitu bahwa
orang itu harus mampu atau cakap untuk menentukan kemauannya secara bebas atau merdeka, yaitu :
Testament berlaku ketika pewaris sudah meninggal dunia, selama pewaris masih hidup, ia masih berhak untuk merubah atau mencabut testamentnya,
sehingga dapat dikatakan testament akan memiliki kekuatan hukum ketika si pewaris meningggal dunia. Pihak-pihak yang dapat menikmati wasiat ahli waris
testament yaitu:
25
1. Orang yang mempunyai hak atas hak waris yang timbul karena adanya
pemberian testament. 2.
Ahli waris tidak dinyatakan sebagai orang yang tidak cakap.
E. Pihak-Pihak Yang Dapat Menikmati Wasiat dan Yang Tidak Diperkenankan Menikmati Wasiat
1. Yang Dapat menikmati Wasiat
Testament berlaku ketika pewaris sudah meninggal dunia, selama pewaris masih hidup, ia masih berhak untuk merubah atau mencabut testamentnya,
sehingga dapat dikatakan testament akan memiliki kekuatan hukum ketika si
25
http:www.scribd.comdoc32569905WASIAT-KARENA-TESTAMENTER diakses tanggal 4 juni 2010.
Universitas Sumatera Utara
pewaris meningggal dunia. Pihak-pihak yang dapat menikmati wasiat ahli waris testament yaitu:
26
a. Orang yang mempunyai hak atas hak waris yang timbul karena adanya
pemberiantestament. b.
Ahli waris tidak dinyatakan sebagai orang yang tidak cakap.
2. Tidak Diperkenankan Menikmati Wasiat
Di atas sudah disebutkan syarat-syarat dan siapa-siapa yang cakap atau dapat untuk membuat wasiat atau testament. Disamping ada yang boleh
menikmati wasiat atau testament tentu ada pula orang yang tidak pantas atau tidak diperkenankan menikmati wasiat atau testament. Seseorang dianggap tidak pantas
atau tidak diperkenankan menikmati wasiat dalam hal sebagai berikut :
27
26
Ibid.,
27
Pasal 901-912 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
1. a
Apabila ia dihukum oleh hakim, oleh karena membunuh si pemberi wasiat pewasiat.
b Apabila ia dengan paksaan menghalang-halangi si pemberi wasiat
pewasiat akan mengubah, membuat atau mencabut wasiat atau testament.
c Apabila ia menghilangkan, membinasakan atau memalsukan
wasiat atau testament dari pemberi wasiat pewasiat. 2.
Orang yang berhubungan dengan jabatan atau pekerjaan maupun hubungan keluarga dengan si pemberi wasiat pewasiat, tidak
diperbolehkan mendapat keuntungan dari wasiat atau testament. Misalnya notaris yang membuatkan surat wasiat itu beserta saksi-saksinya:
a
Dokter serta perawat yang merawat si pemberi wasiat pewasiat selama sakit.
b Perkawinan suami isteri dan pada saat suami atau isteri wafat
masih dapat dibatalkan, oleh karena untuk perkawinan itu tidak ada izin yang diperlukan antaradengan anak yang belum dewasa.
Universitas Sumatera Utara
c Seorang yang belum dewasa meskipun sudah berumur 18 tahun,
dilarang memberi suatu barang secara testament kepada walinya, kecuali wali itu adalah orang tua nenek sendiri.
3. Anak diluar perkawinan tidak boleh menerima hibah wasiat yang melebihi
bagiannya, kecuali kalau ada testament atau wasiat. Hal ini adalah untuk menghindari anak luar kawin lebih beruntung dari pada anak yang sah.
4. Salah seorang suami isteri, apabila ada dilakukan suatu perzinahan
overspel yaitu seorang suami atau isteri bersetubuh dengan orang lain dan hal zina ini ditentukan telah terjadi oleh hakim. Maka mereka
melakukan zina itu tidak boleh saling memberi hibah wasiat.
Selain itu wasiat juga tidak dapat diberikan kepada juru, atau ahli obat, dan guru agama. Akibat dari ketentuan-ketentuan inilah, maka semua perbuatan
dari penerima wasiat atau penerima testament, yang tidak pantas atau yang tidak diperkenankan itu menikmati harta atau benda yang diwasiatkan adalah batal.
Universitas Sumatera Utara
BAB III KETENTUAN KOMPILASI HUKUM ISLAM TENTANG WASIAT
A. Dasar Hukum Wasiat
Wasiat merupakan salah satu cara dalam peralihan harta dari satu orang ke orang lain. Sistem wasiat ini berjalan sejak zaman dulu, bukan hanya agama Islam
saja yang mengatur, tapi setiap komunitas memiliki pemahaman tentang wasiat Sistem-sistem wasiat tersebut memiliki perbedaan dalam melaksanakannya.
Semuanya memiliki ketentuan masing-masing bagaimana sahnya pelaksanaan wasiat tersebut. Begitu pula di Indonesia, sama mempunyai aturan sendiri tentang
wasiat ini. Di antaranya di atur dalam BW untuk non muslim atau kaum adat, sedangkan untuk umat Islam diatur dalam Kompilasi Hukum Islam. Meskipun di
atur dalam BW dan KHI, ketentuan-ketentuan daerah masih diperhatikan dan dijadikan rujukan penentuan hukum.
Sumber hukum yang mengatur tentang wasiat tercantum dalam QS Al-Baqarah ayat 180 yang berbunyi:
Artinya : “Diwajibkan atas kamu, apabila seorang di antara kamu kedatangan tanda-tanda maut, jika ia meninggalkan harta yang banyak, Berwasiat
untuk ibu-bapak dan karib kerabatnya secara ma’ruf, ini adalah kewajiban atas orang-orang yang bertakwa”. Q.S Al Baqarah : 180.
Universitas Sumatera Utara