Metode Penelitian Sistematika Penulisan

pembatasan pengurangan utang atau pemberian manfaat harta kepada orang lain setelah ia wafat. Dengan istilah lain bahwa wasiat itu pesan yang intinya memberikan harta kepada pihak lain yang pemberian itu mulai berlaku apabila pihak yang berpesan meninggal dunia. Jadi ahli waris tidak saja atau bukan saja sebagai penerima warisan, tetapi masih diberi kesempatan untuk menikmati wasiat dengan ketentuan tidak boleh melebihi 13 sepertiga dari sisa harta peninggalan. Pada ketentuan tersebut telah jelas bahwa wasiat tidak boleh melampaui 13 sepertiga dari harta peninggalan. Maka jika jumlah wasiat-wasiat untuk orang tua, keluarga dekat dan janda telah sepertiga, maka Iain-lain wasiat tidak bernilai lagi dan jika 13 sepertiga dari harta peninggalan kurang dari 13 sepertiga atau kurang dari jumlah wasiat- wasiat untuk orang tua, keluarga dekat janda, setelah itu biasanya dibagikan antara wasiat-wasiat untuk orang tua dan keluarga dekat menurut pengurangan yang berimbang.

F. Metode Penelitian

Untuk melengkapi penulisan skripsi ini agar dapat mencapai tujuan lebih terarah serta dapat dipertanggung jawabkan, maka skripsi ini menggunakan penelitian yang bersifat deskriktif analitis dan dilakukan melalui metode pendekatan yuridis normatif. Adapun pengumpulan data dari tulisan ini, dilakukan melaui studi pustaka library research. Penelitian kepustakaan dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka yang berkaitan dengan permasalahan yang ingin diteliti. Bahan pustaka yang dijadikan sumber dari penelitian disebut juga data sekunder. Universitas Sumatera Utara Metode library research ini dilakukan melalui upaya untuk mempelajari sumber-sumberbahan tertulis tersebut berupa buku-buku, artikel dokumen- dokumen, hasil seminar, diskusi, simposium, dan sebagainya. 12

G. Sistematika Penulisan

Penulisan ini di buat secara terperinci dan sistematis, agar memberikan kemudahan bagi pembacanya dalam memahami makna dan memperoleh manfaatnya. Keseluruhan sistematika ini berupa satu kesatuan yang saling berhubungan antara satu dengan yang lain yang dapat dilihat sebagai berikut: Bab I Pendahuluan; pada bab ini berisikan tentang hal-hal dasar yang akan dijelaskan pada bab-bab berikutnya yaitu latar belakang, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penulisan, keaslian penulisan, tinjauan kepustakaan, metode penelitian, dan sistematika penulisan. Bab II Ketentuan Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Tentang Wasiat; pada bab ini akan dibahas mengenai, dasar hukum dari wasiat, syarat-syarat wasiat, bentuk dan sifat wasiat, kecakapan membuat surat wasiat, pihak- pihak yang dapat menikmati wasiat dan yang tidak diperkenankan menikmati wasiat. Bab III Ketentuan Kompilasi Hukum Islam Tentang Wasiat; pada bab ini akan dibahas mengenai, dasar hukum wasiat, syarat-syarat wasiat, bentuk dan sifat wasiat, kecakapan membuat surat wasiat, pihak-pihak yang dapat menikmati wasiat dan yang tidak diperkenankan menikmati wasiat. 12 Moh. Nazir. Metode Penelitian, Penerbit Ghalia Indonesia, Jakarta. 1997. hal . 3-4 . Universitas Sumatera Utara Bab IV Pelaksanaan Surat Wasiat Menurut Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Dan Kompilasi Hukum Islam; pada bab ini akan dibahas mengenai, pelaksanaan surat, wasiat menurut, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata dan Kompilasi Hukum Islam, persamaan dan perbedaan pembuatan surat wasiat dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata dan Kompilasi Hukum Islam. Bab V Kesimpulan dan Saran; pada bab ini berisikan tentang rangkuman dari seluruh pembahasan penulis pada bab-bab sebelumnya, serta beberapa saran. Universitas Sumatera Utara

BAB II KETENTUAN KITAB UNDANG-UNDANG

HUKUM PERDATA TENTANG WASIAT

A. Dasar Hukum Wasiat

Wasiat atau testament ialah suatu pernyataan dari seseorang tentang apa yang dikehendaki setelah ia meninggal. Pada asasnya suatu pernyataan yang demikian, adalah keluar dari suatu pihak saja eenzijdig dan setiap waktu dapat ditarik kembali oleh yang membuatnya. 13 Dengan sendirinya, dapat dimengerti bahwa tidak segala yang dikehendaki oleh seseorang, sebagaimana diletakkan dalam wasiat itu, juga diperbolehkan atau dapat dilaksanakan. Pasal 872 BW yang menerangkan wasiat atau testament, tidak boleh bertentangan dengan undang- undang. Suatu testament berisi apa yang dinamakan suatu “erfslling” yang akan mendapat seluruh atau sebagian dari warisan. Orang yang ditunjuk itu dinamakan “testamentaire erfgenaam” yaitu ahli waris menurut wasiat dan sama halnya dengan seorang ahli waris menurut undang-undang, ia memperoleh segala hak dan kewajiban si meninggal “onder algemene titel.” 14 Adapun dasar hukum wasiat dalam KUH Perdata terdapat pada Pasal 874 sampai dengan Pasal 1002 KUH Perdata yang isinya sebagai berikut: 15 1. Bagian I Tentang Ketentuan Umum diatur Pasal 874 sd pasal 894: yang intinya, mengatur tentang Segala harta peninggalan seseorang yang meninggal dunia, adalah kepunyaan para ahli waris Pasal 874 KUH Perdata. Surat wasiat atau testamen adalah sebuah akta berisi pernyataan 13 Oemarsalim, Dasar-Dasar Hukum Waris Di Indonesia, Rineka Cipta, Jakarta, 1991 hal. 82. 14 Ibid hal., 83 15 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, pasal 874-1004 Universitas Sumatera Utara