Latar Belakang Efektifitas EkstrakKulit Duku ( Lansiumdomesticum) Sebagai Insektisida Nabati Dalam Membunuh Nyamuk Aedesspp Tahun 2014

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Demam Berdarah Dengue DBD merupakan penyakit infeksi yang dapat berakibat fatal dalam waktu yang relatif singkat.Penyakit ini susah dibedakan dari penyakit DBD lain.Penyakit ini dapat menyerang semua umur baik anak-anak maupun orang dewasa.Hastuti,2008 Penyakit ini tidak saja ditemukan di daerah perkotaan namun juga terdapat di daerah pedesaan. Cara penularan penyakit DBD terjadi secara propagatif yaitu virus dengue berkembang biak dalam tubuh nyamuk Aedes spp. Gandahusada,dkk,1998. WHO memperkirakan sebanyak 2,5 sampai 3 milyar penduduk dunia berisiko terinfeksi virus dengue dan setiap tahunnya terdapat 50- 100 juta penduduk dunia terinfeksi virus dengue, 500 ribu diantaranya membutuhkan perawatan intensif di fasilitas pelayanan kesehatan. Setiap tahun dilaporkan sebanyak 21.000 anak meninggal karena DBD atau setiap 20 menit terdapat satu orang anak yang meninggal Depkes RI, 2008. Jumlah kasus DBD di Asia Tenggara bervariasi hingga tahun 2006 terjadi 188.684 kasus.Sejak tahun 2003, jumlah kasus DBD semakin meningkat meskipun angka kematian dapat ditekan di bawah 1.Infeksi DBD berada di semua negara di Asia Tenggara.Hingga tahun 2003, Thailand merupakan Negara dengan jumlah infeksi DBD terbanyak.Namun, sejak tahun 2004, posisi itu ditempati Indonesia hingga saat ini Hadinegoro,2004. Di Indonesia DBD pertama kali dicurigai di Surabaya tahun 1968, tetapi konfirmasi virologis baru diperoleh tahun 1970.Di Jakarta kasus pertama Universitas Sumatera Utara dilaporkan pada tahun 1969. Kemudian DBD berturut-turut dilaporkan di Bandung dan Jogjakarta 1972 di Sumatera Barat dan Lampung, disusul oleh Riau, Sulawesi Utara dan Bali 1973. Pada tahun 1974, epidemic dilaporkan di Kalimantan Selatan dan Nusa Tenggara Barat.Pada tahun 1994 DBD menyebar ke seluruh propinsi di Indonesia. Saat ini, DBD sudah endemis di berbagai kota besar, bahkan sejak tahun 1975 penyakit ini telah terjangkit di perdesaan. Hadinegoro, 2004 Pada tahun 2014, sampai pertengahan bulan Desember tercatat penderita DBD di 34 provinsi di Indonesia sebanyak 71.668 orang, dan 641 diantaranya meninggal dunia. Angka tersebut lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya, yakni tahun 2013 dengan jumlah penderita sebanyak 112.511 orang dan jumlah kasus meninggal sebanyak 871 penderita. Depkes RI,2014 Untuk daerah Sumatera Utara angka kejadian DBD mengalami peningkatan dari Januari hingga September 2012, ditemukan sebanyak 3.060 kasus Demam Berdarah Dengue DBD.Dari jumlah tersebut sebanyak 18 orang yang meninggal.Dinkes Prov. Sumut, 2012. Data Dinas Kesehatan Kota Medan menyatakan penderita DBD di kota Medan sejak Januari hingga Oktober tahun 2014 yakni sebanyak 1.077 pasien dan 9 orang meninggal dunia.Penderita DBD di kota Medan mengalami peningkatan apabila dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2013, adapun total kasus yang ditemukan sejak Januari hingga Oktober 2014 mencapai 60 persen. Dinkes Kota Medan,2014 Cara yang tepat dalam pemberantasan penyakit DBD adalah dengan pengendalian vektor nyamuk sebagai penular. Pengendalian vektor nyamuk Universitas Sumatera Utara Aedes spp dapat dilakukan dengan cara menggunakan insektisida atau tanpa menggunakan insektisida. Penggunaan insektisida yang berlebihan dan berulang dapat menimbulkan dampak yang tidak diinginkan yaitu pencemaran lingkungan dan mungkin timbul keracunan pada manusia dan hewan. Untuk mengurangi efek samping dari bahan kimia maka perlu dikembangkan obat-obat penolak nyamuk dari bahan yang terdapat di alam yang lebih aman untuk manusia dan lingkungan, serta sumbernya tersedia dalam jumlah yang besar. Pemanfaatan insektisida alami dalam pemberantasan vektor diharapkan mampu menurunkan kasus DBD. Selain itu karena terbuat dari bahan alami, maka diharapkan insektisida jenis ini akan lebih mudah terurai biodegradable di alam sehingga tidak mencemari lingkungan dan relatif aman bagi manusia dan ternak karena residunya mudah hilang.Kardinan, 2004. Berdasarkan penelitian yang pernah dilakukan oleh Mirnawaty dan Supriadi 2012, kulit duku mengandung flavonoid, saponin, dan triterpen asam langsatminyak atsiri.Efek kandungan tersebut bisa mempengaruhi syaraf pada nyamuk dan akibat yang ditimbulkannya adalah nyamuk mengalami kelabilan dan akhirnya mati.Berdasarkan uraian tersebut maka perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui apakah ekstrak kulit duku mempunyai kemampuan sebagai membunuh nyamuk Aedes spp agar dapat diperoleh suatu produk yang berguna bagi masyarakat yang dapat digunakan sebagai alternatif terbaik sebagai pengendalian penyebaran penyakit DBD. Berdasarkan survei pendahuluan pada waktu musim buah duku, kulit duku banyak ditemukan disembarangan tempat.Oleh karena itu, kulit duku tersebut dapat dimanfaatkan kembali sebagai insektisida nabati.Keuntungan dalam Universitas Sumatera Utara pemanfaatan kulit duku tersebut dapat memperoleh insektisida murah dan ramah lingkungan serta dapat memanfaatkan kembali sampah kulit duku.

1.2. Perumusan Masalah