Pengaruh pengetahuan tentang proses audit internal, intuisi, pemahaman terhadap SAP dan pengetahuan tentang pengelolaan keuangan daerah terhadap peran Inspektorat dalam reviu laporan keuangan daerah (Studi Kasus pada Pemerintah Kabupaten Serdang Bedagai)

(1)

PENGARUH PENGETAHUAN TENTANG PROSES AUDIT

INTERNAL, INTUISI, PEMAHAMAN TERHADAP SAP,

PENGETAHUAN TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN

DAERAH TERHADAP PERAN INSPEKTORAT DALAM

REVIU LAPORAN KEUANGAN DAERAH

(STUDI KASUS PADA PEMERINTAH

KABUPATEN SERDANG BEDAGAI)

TESIS

Oleh

DONI DAMANIK

097017027/Akt

S

E K O L A H

P A

S C

A S A R JA

NA

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2010


(2)

PENGARUH PENGETAHUAN TENTANG PROSES AUDIT

INTERNAL, INTUISI, PEMAHAMAN TERHADAP SAP,

PENGETAHUAN TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN

DAERAH TERHADAP PERAN INSPEKTORAT DALAM

REVIU LAPORAN KEUANGAN DAERAH

(STUDI KASUS PADA PEMERINTAH

KABUPATEN SERDANG BEDAGAI)

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Akuntansi pada

Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

Oleh

DONI DAMANIK

097017027/Akt

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2010


(3)

Judul Tesis: : PENGARUH PENGETAHUAN TENTANG PROSES AUDIT INTERNAL, INTUISI, PEMAHAMAN TERHADAP SAP, PENGETAHUAN TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP PERAN INSPEKTORAT DALAM REVIU LAPORAN KEUANGAN DAERAH (STUDI KASUS PADA PEMERINTAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI)

Nama Mahasiswa : Doni Damanik Nomor Pokok : 097017027 Program Studi : Akuntansi

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Erlina,SE,M.Si,Ph.D,Ak) (Drs.Idhar Yahya,MBA,Ak) Ketua Anggota

Ketua Program Studi Direktur

(Prof.Dr.Ade Fatma Lubis,SE,Ak,MAFIS,MBA,CPA) (Prof.Dr.Ir.T.Chairun Nisa B.,M.Sc)


(4)

Telah diuji pada

Tanggal : 31 Agustus 2010

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Erlina,SE,M.Si,Ph.D,Ak Anggota : 1. Drs. Idhar Yahya, MBA,Ak

2. Prof. Dr. Ade Fatma Lubis,SE, Ak, MAFIS,MBA, CPA 3. Drs. Zainul Bahri Torong,M.Si,Ak

4. Dra. Tapi Anda Sari Lubis,M.Si,Ak


(5)

PERNYATAAN

Dengan ini saya yang menyatakan tesis yang berjudul :

“Pengaruh pengetahuan tentang proses audit internal, intuisi, pemahaman terhadap SAP dan pengetahuan tentang pengelolaan keuangan daerah terhadap peran Inspektorat dalam reviu laporan keuangan daerah” (Studi Kasus pada Pemerintah Kabupaten Serdang Bedagai).

Adalah benar hasil karya sendiri dan belum pernah dipublikasikan oleh siapapun sebelumnya. Sumber-sumber data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara benar dan jelas.

Medan, 31 Agustus 2010

Yang membuat pernyataan,


(6)

ABSTRAK

Tujuan Penelitian ini dilakukan untuk mencari bukti empiris adalah untuk mengetahui pengaruh pengetahuan tentang proses audit internal,intuisi, pemahaman terhadap SAP dan pengetahuan tentang pengelolaan keuangan daerah terhadap peran Inspektorat dalam reviu laporan keuangan daerah baik secara simultan maupun parsial, sepanjang pengetahuan penulis belum pernah dilakukan.

Populasi penelitian ini adalah seluruh Pegawai yang ada di Inspektorat Kabupaten Serdang Bedagai berjumlah 32 orang sehingga metode penelitian dilaksanakan adalah sensus. Pengumpulan data dilakukan dengan kuesioner yang diantar langsung oleh penulis. Dari 32 Kuesioner yang dikirim/dibagikan yang kembali sebanyak 30 kuesioner. Jadi kuesioner yang bisa digunakan untuk melakukan analisis data sebanyak 30 kuesioner. Sebelum dilakukan pengujian hipotesis dengan analisa regresi berganda, terlebih dahulu dilakukan pengujian kualitas data dan uji asumsi klasik.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara simultan pengetahuan tentang proses audit internal, intuisi, pemahaman terhadap SAP dan pengetahuan tentang pengelolaan keuangan daerah berpengaruh secara signifikan terhadap peran Inspektorat dalam reviu laporan keuangan daerah. Sedangkan secara parsial pengetahuan tentang proses audit internal dan intuisi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap peran Inspektorat dalam reviu laporan keuangan daerah.

Kata kunci: Pengetahuan tentang proses audit internal, intuisi, pemahaman terhadap SAP,pengetahuan tentang pengelolaan keuangan daerah, peran Inspektorat dalam reviu laporan keuangan daerah.


(7)

ABSTRACT

This research is purposed to find the empirical proof about the influence of internal audit process knowledge, intuition, understanding of government standard accountancy and region finance management knowledge to inspectorate role in reviewing region finance report either simultaneously or partially, as the writer know is never held before.

The population of this research are all employees in Inspectorate of Serdang Bedagai Government which consist of 32 (thirty two) employees by using census method. Data collected by delivering questionnaires directly to the population by the writer. There are 30 (thirty) of the questionnaries returned from 32 (thirty two) questionnaries which is shared to the population, so 30 (thirty) questionnaries which is used as the data analysis before test the hypothesis by multiple regression analyze method, we have to test the data quality and classic assumption test.

The reseach result show that simultaneously internal audit process knowledge, intuition, understanding of government standard accountancy and region finance management knowledge significantly influent to Inspectorate role in reviewing region finance report. Whereas partially the knowledge of internal audit process and intuition not significantly influent to Inspectorate role in reviewing region finance report.

Keywords : Internal audit process knowledge, intuition, understanding of government standard accountancy and region finance management knowledge to Inspectorate role in reviewing region finance report.


(8)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan rahmat dan karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan tesis yang berjudul “Pengaruh Pengetahuan Tentang Proses Audit Internal, Intuisi, Pemahaman Terhadap Sap Dan Pengetahuan Tentang Pengelolaan Keuangan Daerah Terhadap Peran Inspektorat Dalam Reviu Laporan Keuangan Daerah” (Studi Kasus Pada Pemerintah Kabupaten Serdang Bedagai). Penyusunan tesis ini merupakan tugas akhir untuk mencapai derajat Strata Dua (S2) pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

Dalam penyelesaian tesis ini, penulis banyak mendapat bantuan dan dorongan dari berbagai pihak, baik secara langsung membimbing penulisan tesis ini, maupun secara tidak langsung. Dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, M.Sc (CTM),Sp.A(K), selaku Rektor Universitas Sumatera Utara;

2. Ibu Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B, M.Sc, selaku Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara;

3. Ibu Prof. Dr. Ade Fatma Lubis,SE,Ak, MAFIS,MBA,CPA, selaku Ketua Program Studi Akuntansi Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara; 4. Ibu Erlina,SE,M.Si,Ph.D,Ak selaku Ketua Komisi Pembimbing dan Bapak

Drs. Idhar Yahya,MBA,AK selaku Anggota Komisi Pembimbing, yang telah memberikan motivasi, bimbingan, serta perhatiannya dengan ketulusan, kearifan dan penuh kesabaran hingga selesainya tesis ini;

5. Ibu Prof. Dr. Ade Fatma Lubis,MAFIS,MBA,Ak., Bapak Drs. Zainul Bahri Torong,M.Si,Ak., dan Ibu Dra. Tapi Anda Sari Lubis,M.Si,Ak selaku Komisi penguji yang telah memberikan saran-saran konstruktif untuk kesempurnaan tesis ini;


(9)

6. Bapak dan Ibu Dosen Pengajar di Program Akuntansi Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara;

7. Bapak Bupati Serdang Bedagai H.T. Erry Nuradi, M.Si, yang telah memberikan Izin Belajar kepada penulis untuk mengikuti kuliah S-2 di Akuntansi Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara;

8. Bapak Inspektur Kabupaten Serdang Bedagai Drs. Henry, M.Si, yang telah banyak mendukung penulis untuk menyelesaikan pendidikan ini;

9. Istriku tercinta Helentina Nadeak SE,MSP yang menjadi motivasi bagi penulis dalam menyelesaikan pendidikan Pascasarjana (S-2);

10. Ayahanda Alm RK. Damanik dan Ibunda H. Saragih yang selalu memberikan do’a dan restunya kepada penulis untuk senantiasa dapat menyelesaikan pendidikan ini;

11. Rekan-rekan penulis pada Program Studi Akuntansi Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara yang sama-sama berjuang untuk menyelesaikan Pendidikan ini;

12. Kakakku Kristin Damanik, adikku Rinto Damanik dan Mardin Nadeak atas dukungan dan semangat yang diberikan;

13. Teman-teman Warsima, Duma, Elia dan lain-lain yang mendukung dan memberi semangat hingga penulis dapat menyelesaikan pendidikan ini.

Penulis sangat menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu penulis dengan lapang dada mengharapkan saran dan kritik membangun dengan penuh keikhlasan, demi kesempurnaan karya tulis ini, akhirnya penulis berharap semoga tesis ini dapat berguna dan bermanfaat.

Medan, 31 Agustus 2010

Penulis


(10)

RIWAYAT HIDUP

NAMA LENGKAP : DONI DAMANIK TEMPAT/TGL LAHIR : MEDAN / 20 JULI 1977

ALAMAT RUMAH : JALAN DAMAR GG SUPIR NO.2 MEDAN

AGAMA : KRISTEN PROTESTAN JENIS KELAMIN : LAKI-LAKI

NAMA AYAH : ALM. RK DAMANIK NAMA IBU : H. SARAGIH

ISTRI : HELENTINA NADEAK

PENDIDIKAN : 1. SDN 066691, Lulus Tahun 1990;

2. SMPN 1 PERCUT SEI TUAN, Lulus Tahun 1994; 3. SMEA NEGERI 1 MEDAN, Lulus Tahun 1997;

4. POLITEKNIK NEGERI MEDAN (D-III) , Lulus Tahun 2001; 5. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA (S-1), Lulus Tahun 2004; 6. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA (PPAk), Lulus Tahun 2009;

PEKERJAAN :

1. Internal Control Staf di Novell Pharmateucal Labs dari 2005 s/d 2006 2. Staf di Bagian Perekonomian Setdakab Serdang Bedagai dari 2006 s/d 2008 3. Staf di Inspektorat Kab. Serdang Bedagai dari 2009 s/d sekarang


(11)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK... i

ABSTRACT... ii

KATA PENGANTAR... iii

RIWAYAT HIDUP... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 7

1.3 Tujuan Penelitian ... 7

1.4 Manfaat Penelitian ... 8

1.5 Originalitas ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 10

2.1 Landasan Teori ... 10

2.1.1 Peran Inspektorat dalam Reviu Laporan Keuangan Daerah 10 2.1.2 Pengetahuan tentang Proses Audit Internal ... 13

2.1.3 Pengaruh Intuisi... 17

2.1.4 Pengaruh Pemahaman terhadap SAP... 18

2.1.5 Pengaruh Pengetahuan tentang Pengelolaan Keuangan Daerah... 21

2.2 Review Penelitian Terdahulu ... 24

BAB III KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS ... 27

3.1 Kerangka Konsep... 27


(12)

BAB IV METODE PENELITIAN... 30

4.1 Jenis Penelitian... 30

4.2 Lokasi Penelitian... 30

4.3 Populasi dan Sampel... 31

4.4 Metode Pengumpulan Data... 31

4.5 Definisi Operasional dan Metode Pengukuran Variabel... 32

4.6 Metode Analisis Data... 37

4.6.1 Pengujian Kualitas Data ... 37

4.6.1.1 Pengujian validitas... 37

4.6.1.2 Pengujian reliabilitas... ... 38

4.6.2 Pengujian Asumsi Klasik... 38

4.6.2.1 Uji Normalitas... 38

4.6.2.2 Uji Multikolinieritas ... 39

4.6.2.3 Uji Heteroskedastisitas ... 39

4.6.3 Pengujian Hipotesis ... 40

4.6.3.1 Uji Statistik Deskriptif.... ... 40

4.6.3.2 Uji hipotesis ... 41

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN ... 44

5.1 Deskriptif Data ... 44

5.1.1 Demografi Responden ... 46

5.1.2 Karakteristik Penelitian ... 47

5.2 Analisis Data... 48

5.2.1 Uji Kualitas Data... 48

5.2.1.1 Uji Validitas... 48

5.2.1.2 Uji Reliabilitas... 50

5.2.2 Uji Asumsi Klasik... 51

5.2.2.1 Uji Normalitas Data... 51

5.2.2.2 Uji Heteroskedastisitas... 53

5.2.2.3 Uji Multikolinearitas... 54


(13)

5.3 Pengujian Hipotesis... 55

5.4 Pembahasan... 59

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 63

6.1 Kesimpulan... 63

6.2 Keterbatasan... 64

6.3 Saran... 64


(14)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

2.1 Tinjauan atas Penelitian Terdahulu... 25

4.1 Definisi Operasional Variabel ... 35

5.1 Deskriptif Statistik ... 44

5.2 Data Demografi Responden ... 47

5.3 Uji Validitas Variabel ... 49

5.4 Uji Reliabilitas Variabel ... 51

5.5 Uji Normalitas Data dengan Uji Kolmogorov-Smirnov ... 52

5.6 Uji Multikolinieritas ………... 55

5.7 Pengujian Hipotesis ………... 55

5.8 Uji Statistik F (Simultan) ………... 57

5.9 Uji Statistik t (Parsial) ….………... 58


(15)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

3.1 Kerangka Konsep ………... 27 5.1 Pengujian Normalitas Data ………... 53 5.2 Uji Heteroskedastisitas ….. ………... 54


(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1. Kuesioner ... 67

2. Jadwal Penelitian ... 76

8. Data Hasil Kuisioner... 77

9. Uji Validitas Angket Intuisi ... 78

10 Uji Validitas Angket Pengetahuan tentang Proses Audit Internal ... 79

11. Uji Validitas Angket Pemahaman terhadap Standart Akuntansi Pemerintah 80 12. Uji Validitas Pengelolaan tentang Keuangan Daerah ... 81

13. Uji Validitas Angket Peran Inspektorat dalam Reviu Laporan Keuangan Daerah ... 82

14. Hasil SPSS ... 83


(17)

ABSTRAK

Tujuan Penelitian ini dilakukan untuk mencari bukti empiris adalah untuk mengetahui pengaruh pengetahuan tentang proses audit internal,intuisi, pemahaman terhadap SAP dan pengetahuan tentang pengelolaan keuangan daerah terhadap peran Inspektorat dalam reviu laporan keuangan daerah baik secara simultan maupun parsial, sepanjang pengetahuan penulis belum pernah dilakukan.

Populasi penelitian ini adalah seluruh Pegawai yang ada di Inspektorat Kabupaten Serdang Bedagai berjumlah 32 orang sehingga metode penelitian dilaksanakan adalah sensus. Pengumpulan data dilakukan dengan kuesioner yang diantar langsung oleh penulis. Dari 32 Kuesioner yang dikirim/dibagikan yang kembali sebanyak 30 kuesioner. Jadi kuesioner yang bisa digunakan untuk melakukan analisis data sebanyak 30 kuesioner. Sebelum dilakukan pengujian hipotesis dengan analisa regresi berganda, terlebih dahulu dilakukan pengujian kualitas data dan uji asumsi klasik.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara simultan pengetahuan tentang proses audit internal, intuisi, pemahaman terhadap SAP dan pengetahuan tentang pengelolaan keuangan daerah berpengaruh secara signifikan terhadap peran Inspektorat dalam reviu laporan keuangan daerah. Sedangkan secara parsial pengetahuan tentang proses audit internal dan intuisi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap peran Inspektorat dalam reviu laporan keuangan daerah.

Kata kunci: Pengetahuan tentang proses audit internal, intuisi, pemahaman terhadap SAP,pengetahuan tentang pengelolaan keuangan daerah, peran Inspektorat dalam reviu laporan keuangan daerah.


(18)

ABSTRACT

This research is purposed to find the empirical proof about the influence of internal audit process knowledge, intuition, understanding of government standard accountancy and region finance management knowledge to inspectorate role in reviewing region finance report either simultaneously or partially, as the writer know is never held before.

The population of this research are all employees in Inspectorate of Serdang Bedagai Government which consist of 32 (thirty two) employees by using census method. Data collected by delivering questionnaires directly to the population by the writer. There are 30 (thirty) of the questionnaries returned from 32 (thirty two) questionnaries which is shared to the population, so 30 (thirty) questionnaries which is used as the data analysis before test the hypothesis by multiple regression analyze method, we have to test the data quality and classic assumption test.

The reseach result show that simultaneously internal audit process knowledge, intuition, understanding of government standard accountancy and region finance management knowledge significantly influent to Inspectorate role in reviewing region finance report. Whereas partially the knowledge of internal audit process and intuition not significantly influent to Inspectorate role in reviewing region finance report.

Keywords : Internal audit process knowledge, intuition, understanding of government standard accountancy and region finance management knowledge to Inspectorate role in reviewing region finance report.


(19)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sebagai salah satu bentuk pertanggungjawaban dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, Gubernur/Bupati/Walikota wajib menyampaikan laporan keuangan kepada DPRD dan masyarakat umum setelah diaudit oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). Laporan Keuangan yang disampaikan tersebut meliputi Laporan Realisasi Anggaran (LRA), Neraca, Laporan Arus Kas (LAK), dan Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK). Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) tersebut harus disusun dan disajikan sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan.

Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) disusun oleh Pejabat Pengelola Keuangan Daerah (PPKD) berdasarkan konsolidasi laporan keuangan yang disusun oleh Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) serta disusun sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) dan dihasilkan dari suatu Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) yang memadai.

Berdasarkan pasal 33 ayat 3 Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 yang dijabarkan melalui Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 4 Tahun 2008 tentang Pedoman Pelaksanaan Reviu Atas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah,


(20)

diatur bahwa Inspektorat Provinsi/Kabupaten/Kota melakukan reviu atas laporan keuangan. Selanjutnya hasil reviu tersebut menjadi dasar pertimbangan Gubernur/Bupati/Walikota membuat Penyataaan Tanggung Jawab (PTJ) yang merupakan lampiran LKPD yang dikirimkan kepada Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) dalam rangka pemeriksaan pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan daerah.

Peraturan perundang-undangan yang berlaku dan mempunyai korelasi dengan kewajiban reviu laporan keuangan pemerintah daerah adalah :

1. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 4 Tahun 2008 tentang Pedoman Pelaksanan Reviu Atas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah;

2. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah;

3. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan dan Kinerja Instansi Pemerintah;

4. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 64 Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis Organisasi dan Tata Kerja Inspektorat Provinsi dan Inspektorat Kabupaten/Kota.

Ruang lingkup reviu atas laporan keuangan pemerintah daerah meliputi penilaian terbatas terhadap keandalan sistem pengendalian intern dan kesesuaian dengan standar akuntansi pemerintahan. Reviu atas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah dilakukan untuk memberikan keyakinan terbatas atas kualitas laporan keuangan pemerintah daerah.


(21)

Reviu atas laporan keuangan ditujukan untuk menginformasikan kepada kepala daerah mengenai hal-hal yang berkaitan dengan pengelolaaan APBD yang menjadi tangggung jawab masing-masing organisasi perangkat daerahnya. Informasi tersebut selanjutnya digunakan kepada kepala daerah untuk memperbaiki ketepatan dan kesesuaian laporan keuangan dengan peraturan yang berlaku serta meningkatkan kinerja masing-masing organisasi perangkat daerahnya. Agar informasi yang disampaikan Inspektorat tersebut memiliki nilai tambah bagi upaya perbaikan dan peningkatan kinerja dimasa depan maka serangkaian proses dan teknik reviu harus dilakukan untuk :

1. Meneliti dan menilai baik tidaknya, memadai tidaknya penerapan pengendalian yang dilakukan oleh para auditan terhadap penyelenggaraan akuntansi, keuangan dan operasional, serta meningkatkan pengendalian yang efektif dengan biaya yang wajar;

2. Meyakinkan sejauhmana peraturan, kebijakan rencana dan prosedur yang ditetapkan telah ditaati auditan;

3. Memeriksa sejauhmana kekayaan/harta pemerintah daerah dapat dipertanggungjawabkan dan diamankan terhadap segala bentuk gangguan yang dapat menimbulkan kerugian/kehilangan;

4. Memeriksa sejauhmana pengelolaan administrasi yang dilakukan dapat diandalkan;

5. Menilai mutu hasil pekerjaan/kegiatan terkait dengan pelaksanaan tanggungjawab dan kewajiban;


(22)

6. Menyusun dan menyampaikan rekomendasi/saran untuk meningkatkan efisiensi, efektifitas dan ke-ekonomisan dalam pencapaian kinerja auditan.

Perencanaan Reviu merupakan tahap pertama dalam kegiatan pelaksanaan reviu atas laporan keuangan pemerintah daerah. Perencanaan reviu harus dilakukan dengan cermat dan dilakukan oleh aparat yang memiliki kemampuan dan pengalaman yang cukup dibidang audit atau reviu agar menghasilkan program kerja reviu yang baik.

Pelaksanaan Reviu merupakan tahapan yang dilakukan setelah tim reviu melaksanakan tahapan perencanaan. Tahap pelaksanaan merupakan tahapan dimana tim reviu melaksanakan langkah-langkah yang dituliskan dalam Program Kerja Reviu (PKR). Hasil dari pelaksanaan reviu akan dijadikan dasar oleh tim reviu untuk membuat Laporan Hasil Reviu (LHR).

Pelaporan hasil reviu merupakan tahap akhir dimana tim reviu harus memberikan pernyataan mengenai apa yang telah mereka lakukan dalam proses reviu atas laporan keuangan pemerintah daerah. Dasar untuk menghasilkan Laporan Hasil Reviu (LHR) adalah Kertas Kerja Reviu yang telah dibuat dan di supervisi. Apabila dalam pelaksanaan reviu, tim reviu tidak dapat melaksanakan langkah-langkah reviu maupun teknik-teknik reviu, maka reviu tersebut dinyatakan tidak lengkap. Reviu yang tidak lengkap bukanlah dasar yang memadai untuk menerbitkan Laporan Hasil Reviu. Apabila kondisi ini terjadi, maka tim reviu harus mengkomunikasikan secara tertulis kepada Kepala Daerah.


(23)

LHR yang dibuat oleh Inspektorat disampaikan kepada Kepala Daerah sebagai pihak yang memberikan tugas untuk melaksanakan reviu. LHR yang disampaikan berupa surat yang memuat ”Pernyataan Telah Direviu (PTD)”. PTD ini merupakan salah satu dokumen pendukung untuk penandatanganan Pernyataan Tanggung Jawab (PTJ) Kepala Daerah. PTD yang dibuat dapat berupa pernyataan dengan paragraf penjelas dan tanpa paragraf penjelas.

Penyataan dengan paragraf penjelas dibuat apabila : 1. Terjadi pembatasan dalam pelaksanaan reviu;

2. Terjadi penyimpangan terhadap standar akuntansi dan entitas tidak melakukan koreksi seperti yang direkomendasikan oleh Inspektorat Daerah. Koreksi tidak dapat dilakukan antara lain karena membutuhkan waktu yang relatif lama, sehingga baru dapat dilakukan pada periode berikutnya, koreksi bukan wewenang entitas yang bersangkutan, maupun karena kelalaian entitas yang bersangkutan;

3. Prosedur reviu tidak dapat dilaksanakan.

Pernyataan tanpa paragraf penjelas dibuat apabila tidak ada modifikasi material yang harus dilakukan agar laporan keuangan sesuai dengan SAP.

Berdasarkan pada penjelasan di atas, maka jelas peranan Inspektorat dalam pengawasan keuangan daerah sangat besar dan memiliki nilai yang sangat strategis untuk dapat mengontrol kebijakan keuangan daerah secara ekonomis, efisiensi, efektif, transparan dan akuntabel. Walaupun pada kenyataannya masih terdapat permasalahan dan kelemahan dalam pengelolaan keuangan daerah dari


(24)

pengawasan Inspektorat, yaitu masih rendahnya peranan Inspektorat Daerah dalam keseluruhan proses atau siklus pengelolaan keuangan daerah baik dalam hal perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pertanggungjawaban, dan pelaporan.

Permasalahan tersebut dapat dikaji berdasarkan dua aspek yaitu aspek sistem dan aspek individu. Dari aspek sistem, Inspektorat Daerah kurang independen dalam melaksanakan tugasnya, mereka bertanggungjawab pelaksanaan keuangan daerah secara keseluruhan, dimana dia bertanggungjawab terhadap Kepala Daerah. Jika ada kecurangan yang dilakukan kepala daerah melalui kepala SKPD, maka Inspektorat tidak dapat berbuat banyak dalam melaporkan hasil temuannya. Dari segi individu, Pegawai Inspektorat Daerah memiliki kelemahan. Wawasan dan pemahaman Pegawai Inspektorat terhadap pengelolaan keuangan daerah relatif rendah, demikian juga wawasan dan pemahaman mereka yang kurang mencukupi tentang proses pelaksanaan audit internal sehingga pelaksanaan audit internal tidak dilaksanakan secara benar.

Kelemahan tersebut antara lain dalam pengelolaan kas, penatausahaan keuangan daerah dan kelemahan dalam proses penyusunan laporan keuangan baik laporan keuangan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) maupun laporan keuangan konsolidasian yang merupakan laporan keuangan pemerintah daerah. Berdasarkan pengamatan awal dan hasil Focus Group Discussion (FGD) dengan beberapa konsultan di Pemerintah Daerah dan juga dari aparat pemerintah daerah itu sendiri, kelemahan itu disebabkan lemahnya pengawasan internal yang dilakukan oleh Inspektorat Daerah. Kelemahan ini disebabkan oleh pengetahuan


(25)

tentang proses audit internal, intuisi, pemahaman terhadap SAP dan pengetahuan tentang pengelolaan keuangan daerah.

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, peneliti tertarik untuk meneliti pengaruh pengetahuan tentang proses audit internal, intuisi, pemahaman terhadap SAP dan pengetahuan tentang pengelolaan keuangan daerah terhadap peran Inspektorat dalam reviu laporan keuangan daerah baik secara simultan maupun secara parsial, studi kasus di Pemerintah Kabupaten Serdang Bedagai.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka peneliti merumuskan masalah penelitian sebagai berikut : Apakah pengetahuan tentang proses audit internal, intuisi, pemahaman terhadap SAP, pengetahuan tentang pengelolaan keuangan daerah berpengaruh terhadap peran Inspektorat dalam reviu laporan keuangan daerah baik secara simultan maupun secara parsial?.

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Apakah pengetahuan tentang proses audit internal, intuisi, pemahaman terhadap SAP, pengetahuan tentang pengelolaan keuangan daerah berpengaruh terhadap peran Inspektorat dalam reviu laporan keuangan daerah baik secara simultan maupun secara parsial?.


(26)

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan sebagai sumbangan pikiran dan manfaat yang berarti yaitu :

a. bagi peneliti dapat menambah wawasan dan pengetahuan dalam bidang pengawasan keuangan daerah;

b. memberi kontribusi kepada Inspektoratnya sebagai pengawasan keuangan daerah dalam menjalankan perannya sebagai pengawas keuangan daerah;

c. bagi akademis diharapkan dapat memberikan referensi bagi peneliti selanjutnya pada khususnya dan bidang ilmu akuntansi sektor publik pada umumnya.

1.5. Originalitas

Sepanjang pengetahuan peneliti, penelitian seperti ini belum pernah dilakukan. Tetapi penelitian ini dilakukan dengan mengembangkan ide penelitian yang dilakukan oleh Amrullah (2009). Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh Amrullah adalah:

1. Variabel dependen penelitian terdahulu adalah peran auditor Inspektorat dalam pengawasan keuangan daerah, sedangkan penelitian saat ini mempunyai variabel dependen peran Inspektorat dalam reviu laporan keuangan daerah. 2. Variabel independen penelitian terdahulu terdiri dari (1) personal background,

(2) pengetahuan tentang keuangan daerah, dan (3) pengetahuan tentang proses pelaksanaan audit internal, sedangkan variabel independen penelitian saat ini


(27)

adalah: (1) pengetahuan tentang proses audit internal, (2) intuisi, (3) pemahaman terhadap SAP, dan (4) pengetahuan tentang pengelolaan keuangan daerah

3. Populasi penelitian terdahulu adalah seluruh auditor Inspektorat Provinsi Sumatera Utara, sedangkan penelitian saat ini populasinya adalah seluruh Pegawai di Inspektorat Kabupaten Serdang Bedagai.


(28)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori

Bab ini akan menguraikan pengertian pengetahuan tentang proses audit internal, intuisi, pemahaman terhadap SAP dan pengetahuan tentang pengelolaan keuangan daerah serta pengaruhnya terhadap peran Inspektorat dalam reviu laporan keuangan daerah.

2.1.1. Peran Inspektorat dalam Reviu Laporan Keuangan Daerah

Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) harus disusun dan disajikan sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan yang mengatur mengenai pengakuan, pengukuran dan pengungkapan dalam penyusunan laporan keuangan. Dalam pelaksanaannya, LKPD disusun oleh Pejabat Pengelola Keuangan Daerah (PPKD) berdasarkan konsolidasi laporan keuangan yang disusun oleh Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD).

Kepala Daerah mengatur dan menyelenggarakan sistem pengendalian intern di lingkungan pemerintah daerah yang dipimpinnya, sesuai dengan yang diatur dalam pasal 134 Peraturan Pemerintah Nomor 58 tahun tentang Pengelolaan Keuangan Daerah, yang ditetapkan dengan Peraturan Kepala Daerah.

10


(29)

Setiap kepala daerah bertanggung jawab menyusun laporan keuangan yang sesuai dengan SAP serta dihasilkan dari sistem pengendalian intern yang memadai.

Reviu kesesuaian laporan keuangan dengan SAP dilaksanakan melalui wawancara/kuesioner/permintaan penjelasan dan prosedur analitis laporan keuangan yang terdiri dari pengklasifikasian, pengukuran dan pengungkapan. Dalam melakukan reviu atas laporan keuangan, Pegawai Inspektorat harus memahami secara garis besar sifat transaksi, entitas, sistem dan prosedur akuntansi, bentuk catatan akuntansi dan basis akuntansi yang digunakan dalam menyajikan laporan keuangan. Pelaksanaan reviu kesesuaian laporan keuangan pemerintah daerah dengan SAP mencakup kegiatan persiapan dan pelaksanaan reviu.

Tanggung jawab kepala daerah harus ditegaskan secara eksplisit dengan membuat surat pernyataan bahwa laporan keuangan disusun berdasarkan sistem pengendalian intern yang memadai. Penilaian atas SPI dalam tahapan perencanaan reviu ini berguna untuk mengindentifikasikan sistem dan prosedur-prosedur pengendalian intern pengelolaan keuangan daerah yang mempunyai resiko untuk terjadinya salah saji secara material dalam penyusunan laporan keuangan.

Diperlukan suatu kesamaan pemahaman untuk dapat melaksanakan reviu atas LKPD, agar tidak tejadi salah penafsiran yang menyebabkan tidak tercapainya tujuan pelaksanaan reviu tersebut. Reviu adalah prosedur penelusuran angka-angka dalam laporan keuangan, permintaan keterangan dan analitis yang harus menjadi dasar memadai bagi Inspektorat untuk memperoleh keyakinan


(30)

terbatas bahwa tidak ada modifikasi material yang harus dilakukan atas laporan keuangan tersebut sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintah (SAP). Reviu tidak memberikan dasar untuk menyatakan (opini) atas laporan keuangan.

Inspektorat wajib melaksanakan reviu atas laporan keuangan pemerintah daerah, sesuai dengan yang diatur dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 4 tahun 2008 tentang pedoman pelaksanaan reviu atas laporan keuangan pemerintah daerah serta didukung oleh Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun 2006 tentang pelaporan keuangan dan kinerja instansi pemerintah. Laporan Hasil Reviu disajikan dalam bentuk yang memuat “Pernyataan Telah Direviu” ditandatangani oleh Inspektur dan disampaikan Kepala Daerah dalam rangka penandatanganan Pernyataan Tanggung Jawab (PTJ) dan selanjutnya siap untuk dilakukan audit keuangan oleh Badan Pemeriksa Keuangan.

Dalam rangka melaksanakan kegiatan reviu dilapangan dituntut beberapa persyaratan minimal sebagai berikut :

1. Adanya kelembagaan yang mendukung kegiatan reviu yang ditetapkan dengan

peraturan kepala daerah;

2. Kapasitas pelaksanaan reviu dilapangan yang memiliki kompentensi dibidang pengelolaan, pertanggungjawaban dan pengawasan keuangan daerah;

3. Adanya dukungan sistem dan teknologi informasi yang memadai.

Dari tinjauan manajemen, Inspektorat menjalankan fungsi pengawasan kepala daerah. Dengan demikian baik atau buruknya hasil pengawasan yang


(31)

dilakukan oleh Inspektorat sesungguhnya mencerminkan kualitas kepala daerah menjalankan fungsi pengawasan yang menjadi tanggungjawabnya.

2.1.2. Pengetahuan Tentang Proses Audit Internal

Proses audit internal menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 23 tahun 2007 tentang Pedoman Tata Cara Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah adalah sebagai berikut:

1. Penyusunan rencana pengawasan;

2. Rencana Pengawasan;

3. Pelaksanaan pengawasan; 4. Hasil pengawasan;

5. Tindak lanjut hasil pengawasan; dan

6. Pemantauan dan pemutakhiran.

Pengawasan atas penyelenggaraan pemerintahan daerah yang dilakukan oleh Inspektorat meliputi administrasi umum pemerintahan dan urusan pemerintahan. Pengawasan administrasi umum pemerintah dilakukan terhadap : a. Kebijakan daerah;

b. Kelembagaan; c. Pegawai daerah; d. Keuangan daerah; dan e. Barang daerah.


(32)

Sedangkan pengawasan urusan pemerintahan dilakukan terhadap : a. Urusan wajib;

b. Urusan pilihan; c. Dana dekonsentrasi; d. Tugas pembantuan; dan

e. Kebijakan pinjaman hibah luar negeri.

Penyusunan rencana pengawasan tahunan atas penyelenggaraan pemerintahan daerah dikoordinasikan oleh Inspektur Jenderal. Rencana pengawasan tahunan disusun dalam bentuk Program Kerja Pengawasan Tahunan (PKPT) dengan berpedoman pada kebijakan pengawasan. Penyusunan PKPT didasarkan atas prinsip keserasian, keterpaduan, menghindari tumpang tindih dan pemeriksaan berulang-ulang serta memperhatikan efisiensi dan efektifitas dalam penggunaan sumber daya pengawasan.

Penyusunan rencana pengawasan tahunan atas penyelenggaraan pemerintahan daerah Kabupaten dan Kota dikoordinasikan oleh Inspektur Provinsi. Pengawasan tahunan disusun dalam bentuk Program Kerja Pengawasan Tahunan (PKPT) dengan berpedoman pada kebijakan pengawasan. Penyusunan PKPT didasarkan atas prinsip keserasian, keterpaduan, menghindari tumpang tindih dan pemeriksaan berulang-ulang serta memperhatikan efisiensi dan efektifitas dalam penggunaan sumber daya pengawasan. Rencana pengawasan ditetapkan dengan Keputusan Gubernur.

Program Kerja Pengawasan Tahunan (PKPT) meliputi :


(33)

a. ruang lingkup; b. sasaran pemeriksaan; c. SKPD yang diperiksa;

d. jadual pelaksanaan pemeriksaan; e. jumlah tenaga;

f. anggaran pemeriksaan; dan

g. laporan hasil pemeriksaan yang diterbitkan.

Pejabat Pengawas Pemerintah melaksanakan pengawasan atas penyelenggaraan pemerintahan daerah berpedoman pada PKPT. Pejabat Pengawas Pemerintah dalam melaksanakan pengawasan atas penyelenggaraan pemerintahan daerah berkoordinasi dengan Inspektur Provinsi dan Inspektur Kabupaten/Kota. Pengawasan penyelenggaraan pemerintahan daerah oleh Pejabat Pengawas Pemerintah dilakukan melalui kegiatan pemeriksaan, monitoring dan evaluasi. Kegiatan pemeriksaan meliputi :

a. Pemeriksaan secara berkala dan komprehensif terhadap kelembagaan, pegawai daerah, keuangan daerah, barang daerah, urusan pemerintahan;

b. Pemeriksaan dana dekonsentrasi; c. Pemeriksaan tugas pembantuan; dan

d. Pemeriksaan terhadap kebijakan pinjaman dan hibah luar negeri.

Kegiatan pemeriksaan dilakukan berdasarkan Daftar Materi Pemeriksaan. Kegiatan monitoring dan evaluasi dilakukan terhadap administrasi umum pemerintahan dan urusan pemerintahan. Pejabat Pengawas Pemerintah dalam


(34)

melakukan kegiatan monitoring dan evaluasi berdasarkan petunjuk teknis. Selain pemeriksaan Pejabat Pengawas Pemerintah dapat melakukan pemeriksaan tertentu dan pemeriksaan terhadap laporan mengenai adanya indikasi terjadinya penyimpangan, korupsi, kolusi dan nepotisme. Ketentuan lebih lanjut mengenai pemeriksaan tertentu dan pemeriksaan terhadap laporan mengenai adanya indikasi terjadinya penyimpangan, korupsi, kolusi dan nepotisme diatur dalam suatu peraturan tersendiri.

Pemeriksaan Pejabat Pengawas Pemerintah dituangkan dalam bentuk laporan hasil pemeriksaan. Monitoring dan Evaluasi Pejabat Pengawas Pemerintah dituangkan dalam bentuk laporan hasil monitoring dan evaluasi. Laporan hasil pemeriksaan Pejabat Pengawas Pemerintah Inspektorat Jenderal disampaikan kepada Menteri dan Gubernur dengan tembusan BPK. Laporan hasil pemeriksaan Pejabat Pengawas Pemerintah Inspektorat Provinsi disampaikan kepada Gubernur dengan tembusan kepada Menteri dan BPK Perwakilan. Laporan hasil pemeriksaan Pejabat Pengawas Pemerintah Inspektorat Kabupaten/Kota disampaikan kepada Bupati/Walikota dengan tembusan kepada Gubernur dan BPK Perwakilan.

Laporan hasil monitoring dan evaluasi Pejabat Pengawas Pemerintah Inspektorat Jenderal disampaikan kepada Menteri dan Gubernur. Laporan hasil monitoring dan evaluasi Pejabat Pengawas Pemerintah Inspektorat Provinsi disampaikan kepada Gubernur dan tembusan kepada Menteri. Laporan hasil monitoring dan evaluasi Pejabat Pengawas Pemerintah Inspektorat


(35)

Kabupaten/Kota disampaikan kepada Bupati/Walikota dan tembusan kepada Gubernur. Hasil pemeriksaan Pejabat Pengawas Pemerintah ditindaklanjuti oleh pemerintah daerah sesuai dengan rekomendasi. Wakil gubernur dan wakil bupati/wakil walikota bertanggung jawab mengoordinasikan pelaksanaan tindak lanjut hasil pemeriksaan. SKPD yang tidak menindaklanjuti rekomendasi Pejabat Pengawas Pemerintah dapat dikenakan sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Inspektur Jenderal, Inspektur Provinsi dan Inspektur Kabupaten/Kota melakukan pemantauan dan pemutakhiran atas pelaksanaan tindak lanjut hasil pengawasan. Hasil pemantauan dan pemutakhiran atas pelaksanaan tindak lanjut disampaikan kepada Menteri, Gubernur atau Bupati/Walikota. Pemutakhiran hasil pengawasan Pejabat Pengawas Pemerintah dilakukan paling sedikit 2 (dua) kali dalam setahun.

2.1.3. Pengaruh Intuisi

Intuisi merupakan Eureka Factor yang artinya bahwa pengetahuan yang diperoleh tanpa pemikiran rasional. Agor (1998) menyatakan bahwa intuisi merujuk pada kemampuaan untuk memberi kode, menyortir, dan mengakses kebermaknaan atau relevansi hasil keputusan masa lalu secara efisien. Intuisi bukan merupakan suatu daya kognitif yang terlahir atau kemampuan yang digunakan sesuai kehendak, melainkan suatu kemampuan belajar dari atau diambil dari pengalaman. Ketika para pembuat keputusan menggunakan intuisi,


(36)

mereka mengalami suatu proses yang otomatis dan secara tidak sadar mengambil dari struktur kognitif yang dibentuk melalui pengalaman.

Intuisi adalah kemampuan seseorang dalam menemukan kesalahan/ kekeliruan/ketidakberesan yang didasarkan atas pengetahuan dan pengalaman yang diperoleh selama melakukan pemeriksaan, oleh karena itu intuisi merupakan suatu bentuk dari pengalaman yang dapat dimanfaatkan oleh seseorang sebagai alat bantu untuk pengambilan keputusannya.

2.1.4. Pengaruh Pemahaman terhadap SAP

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 24 tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan, "Standar Akuntansi Pemerintahan adalah prinsip-prinsip akuntansi yang diterapkan dalam menyusun dan menyajikan laporan keuangan pemerintah". SAP diterapkan di lingkup pemerintahan, yaitu pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan satuan organisasi di lingkungan pemerintah pusat/daerah, jika menurut peraturan perundang-undangan satuan organisasi dimaksud wajib menyajikan laporan keuangan.

Akuntansi adalah suatu sistem informasi dan merupakan proses pengindentifikasian, pengukuran, pencatatan, pelaporan, dan penganalisaan transaksi ekonomi (keuangan) suatu entitas secara sistematis serta dijadikan sebagai informasi dalam rangka pengambilan keputusan ekonomi oleh pihak-pihak yang berkepentingan. Adapun prinsip-prinsip yang diterapkan dalam akuntansi dan pelaporan keuangan pemerintah adalah: a) basis akuntansi, b) prinsip nilai historis, c) prinsip realisasi, d) prinsip substansi mengungguli bentuk


(37)

formal, e) prinsip prioritas, f) prinsip konsistensi, g) prinsip pengungkapan lengkap, dan h) prinsip penyajian wajar. Prinsip akuntansi dan pelaporan keuangan dimaksudkan sebagai ketentuan yang dipahami dan ditaati oleh pembuat standar dalam penyusunan standar akuntansi, oleh penyelenggara akuntansi dan pelaporan keuangan dalam melakukan kegiatannya, serta oleh pengguna laporan keuangan dalam memahami laporan keuangan yang disajikan. Penyusunan dan penyajian laporan keuangan pemerintah pusat dan daerah bertujuan sebagai acuan bagi :

a) penyusun standar akuntansi pemerintahan dalam melaksanakan tugasnya; b) penyusun laporan keuangan dalam menanggulangi masalah akuntansi yang

belum diatur dalam standar;

c) pemeriksa dalam memberikan pendapat mengenai apakah laporan keuangan disusun sesuai dengan standar akuntansi pemerintahan; dan

d) para pengguna laporan keuangan dalam menafsirkan informasi yang disajikan pada laporan keuangan yang disusun sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan.

SAP merupakan persyaratan yang mempunyai kekuatan hukum dalam upaya meningkatkan kualitas laporan keuangan pemerintah di Indonesia. Terkait dengan penyusunan laporan keuangan daerah sesuai dengan SAP, maka perlu diperhatikan faktor pemahaman terhadap SAP. Pemahaman terhadap SAP ini diperlukan supaya hasil dari laporan keuangan daerah dapat dipertanggungjawabkan.


(38)

Berdasarkan pasal 32 ayat (2) Undang-undang Nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara menyatakan standar akuntansi pemerintahan disusun oleh suatu komite standar yang independen dan ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah setelah terlebih dahulu mendapat pertimbangan dari Badan Pemeriksa Keuangan. Standar Akuntansi Pemerintahan merupakan suatu aturan yang mengatur dalam penyajian laporan keuangan dengan tujuan umum (general purpose financial statements) dalam rangka meningkatkan keterbandingan laporan keuangan baik terhadap anggaran, antar periode, maupun antar entitas. Laporan keuangan untuk tujuan umum adalah laporan keuangan yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan bersama sebagian besar pengguna laporan. Untuk mencapai tujuan tersebut standar ini menetapkan seluruh pertimbangan dalam rangka penyajian laporan keuangan, pedoman struktur laporan keuangan, dan persyaratan minimum isi laporan keuangan. Laporan keuangan disusun dengan menerapkan basis kas untuk pengakuan pos-pos pendapatan, belanja dan pembiayaan serta basis akrual untuk pengakuan pos-pos asset, kewajiban dan ekuitas dana. Pengakuan, pengukuran, dan pengungkapan transaksi-transaksi spesifik dan peristiwa-peristiwa yang lain, diatur dalam standar akuntansi pemerintahan lainnya.

Sebelum dilakukan proses penyusunan laporan keuangan pemerintah daerah, perangkat SKPD harus memahami standar akuntansi pemerintahan yang berisikan penyajian laporan keuangan, laporan realisasi anggaran, neraca, laporan arus kas, catatan atas laporan keuangan, akuntansi persediaan, akuntansi aset


(39)

tetap, akuntansi konstruksi dalam pengerjaan, akuntansi investasi, akuntansi kewajiban, koreksi kesalahan, perubahan kebijakan akuntansi dan peristiwa luar biasa serta laporan keuangan konsolidasi.

Ada berbagai cara untuk memahami maksud Peraturan Pemerintah Nomor 24 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan antara lain dengan dilakukannya sosialisasi Peraturan Pemerintah Nomor 24 tahun 2005 dan mekanisme penerapannya di Pemerintah daerah, pelatihan teknis tentang SAP yang didukung dengan tingkat pendidikan yang memadai terhadap akuntansi. Diharapkan dengan sosialisasi dan pelatihan ini dapat mempermudah dalam penyusunan laporan keuangan pemerintah yang baik dan benar.

2.1.5. Pengaruh Pengetahuan tentang Pengelolaan Keuangan Daerah

Pengetahuan memegang peranan penting agar suatu organisasi dapat berjalan secara maksimal. Bagi Pegawai Inspektorat seharusnya mempunyai pengetahuan tentang pengelolaan keuangan daerah yang baik agar dalam melaksanakan fungsinya sebagai pengawas internal dalam penyelenggaraan pemerintah daerah dapat berjalan secara maksimal juga.

Berdasarkan Pasal 1 Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 Pengelolaan Keuangan Daerah adalah keseluruhan kegiatan yang meliputi perencanaan anggaran, penyusunan anggaran, pelaksanaan dan penatausahaan anggaran, pelaporan anggaran, pertanggungjawaban dan pengawasan.

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) merupakan salah satu alat untuk meningkatkan pelayanan publik dan kesejahteraan masyarakat sesuai


(40)

dengan tujuan otonomi daerah yang luas, nyata dan bertanggung jawab. Uraian ini menunjukkan bahwa keuangan daerah harus dikelola dengan baik agar semua hak dan kewajiban daerah yang dapat dinilai dengan uang dan dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin untuk kepentingan daerah. Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 105 tahun 2000 pasal (4) dan (5), yakni pengelolaan keuangan daerah harus dilakukan secara tertib, taat pada peraturan perundang-undangan yang berlaku, efisien, efektif, transparan dan bertanggung jawab dengan memperhatikan asas keadilan dan kepatuhan.

Manajemen keuangan daerah dapat dilakukan dengan baik jika pemerintah daerah dapat mendefinisikan secara jelas tujuan dari manajemen keuangan. Hal ini menandakan bahwa bila pemerintah daerah secara jelas dapat mendefinisikan atau merumuskan tujuan pengelolaan keuangan daerah, maka kebijakan tentang alokasi sumber daya daerah untuk kepentingan publik dapat tercapai. APBD memiliki potensi penyimpangan atau penyalahgunaan yang cukup tinggi, karena berkaitan dengan pengelolaan aset daerah dalam bentuk keuangan daerah. Dikatakan memiliki potensi penyimpangan tinggi karena struktur dan bentuk APBD saat ini jauh berbeda dengan struktur dan bentuk APBD sebelum implementasi Peraturan Pemerintah Nomor 105 tahun 2000 tentang pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan daerah dan Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 29 tahun 2002 tentang pedoman pengurusan, pertanggungjawaban dan pengawasan keuangan daerah dan belanja daerah, pelaksanaan tata usaha keuangan daerah dan penyusunan perhitungan anggaran dan belanja daerah.


(41)

Disamping itu, anggota dewan memiliki kewenangan yang cukup luas dalam penyusunan dan penetapan APBD, sebagaimana dinyatakan dalam kedua undang-undang tersebut, yaitu penyusunan maupun revisi APBD harus mendapat persetujuan dari DPRD. Konsekuensi dari aturan ini menunjukkan adanya kehati-hatian pemerintah daerah dalam mengelola keuangan daerah dan menghendaki adanya bentuk pertanggungjawaban dalam penggunaan setiap rupiah selama satu periode tahun anggaran.

Perencanaan Pembangunan Daerah adalah satu kesatuan tata cara perencanaan pembangunan untuk menghasilkan rencana-rencana pembangunan dalam jangka panjang, jangka menengah, dan tahunan yang dilaksanakan oleh unsur penyelenggara daerah dan masyarakat.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional serta memperhatikan Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara dokumen Perencanaan Pembangunan yang harus dibuat adalah sebagai berikut:

a. Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP);

b. Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM); dan c. Rencana Pembangunan Tahunan

d. Rencana Strategis (Renstra) SKPD e. Rencana Kerja (Renja) SKPD


(42)

Dokumen a sampai dengan c adalah dokumen yang dibuat oleh Pemerintah Daerah, sedangkan dokumen d dan e adalah dokumen yang dibuat oleh Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD). Masing-masing dokumen perencanaan di atas terkait satu dengan lainnya dan juga terkait dengan dokumen perencanaan pembangunan nasional.

Setelah Peraturan kepala daerah tentang APBD ditetapkan, maka pejabat pengelola keuangan daerah membuat surat pemberitahuan kepada kepala satuan kerja perangkat daerah untuk menyampaikan Dokumen Pelaksanaan Anggaran Satuan Kerja Perangkat Daerah (DPA-SKPD) dan anggaran kas. Setelah disetujui DPA, maka langkah selanjutnya dalam pengelolaan keuangan daerah adalah pelaksanaan anggaran dan penatausahaan dari anggaran tersebut. Penatausahaan anggaran belanja dimulai dengan penyusunan dokumen Surat perintah pembayaran sampai keluar Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D) serta pertanggungjawaban dari belanja tersebut. Berdasarkan dokumen penatausahaan tersebut, maka dilakukan pencatatan dalam BKU dan dalam jurnal sampai selesai laporan keuangan.

Semua proses pengelolaan keuangan daerah tersebut harus dipahami oleh Pegawai Inspektorat. Hal ini berguna untuk memastikan apakah pelaksanaan anggaran telah sesuai dengan anggaran dan juga tidak menyimpang dari peraturan yang ada.

2.2. Review Penelitian Terdahulu


(43)

Amrullah (2009) meneliti tentang ”Pengaruh personal background, pengetahuan tentang pengelolaan keuangan daerah dan proses pelaksanaan audit internal terhadap peran auditor Inspektorat dalam pengawasan keuangan daerah baik secara parsial maupun simultan”.

Batubara (2009) telah meneliti tentang ”Pengaruh pengalaman dan pengetahuan aparat pengawas terhadap pendeteksian kesalahan dengan intuisi sebagai variabel intervening”.

Lubis (2009) melakukan penelitian tentang ”Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pemahaman perangkat SKPD terhadap SAP dalam penyusunan laporan keuangan”.

Tinjauan atas penelitian terdahulu berupa nama peneliti, tahun penelitian, variabel yang dipergunakan serta hasil penelitiannya dapat dilihat seperti pada tabel 2.1 berikut ini :

Tabel. 2.1 Tinjauan atas Penelitian Terdahulu No Nama

Peneliti/ Tahun

Topik Penelitian Variabel yang dipergunakan

Hasil Penelitian

1. Amrullah, (2009) Pengaruh personal background, pengetahuan tentang pengelolaan keuangan daerah dan proses pelaksanaan audit intenal berpengaruh terhadap peran Variabel independen ialah personal background, pengetahuan tentang pengelolaan keuangan daerah, proses pelaksanaan audit internal sedangkan Variabel dependen Secara simultan, personal background, pengetahuan tentang pengelolaan keuangan daerah,dan pengetahuan tentang proses pelaksanaan audit internal berpengaruh terhadap peran auditor Inspektorat dalam pengawasan keuangan daerah, dan secara


(44)

auditor Inspektorat dalam pengawasan keuangan daerah baik secara simultan maupun parsial peran auditor Inspektorat dalam pengawasan keuangan daerah

parsial, personal background tidak berpengaruh terhadap peran auditor Inspektorat dalam pengawasan keuangan daerah. 2 Khairuddin Batubara (2009) Pengaruh pengalaman dan pengetahuan aparat pengawasan terhadap pendeteksian kesalahan dengan intuisi sebagai variabel intervening Variabel independen ialah keahlian, pengalaman, pengetahuan sedangkan Variabel dependen pendeteksian kesalahan

Ada pengaruh keahlian,

pengalaman dan pengetahuan terhadap pendeteksian kesalahan

3 Amar Lubis, (2009). Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pemahaman perangkat SKPD terhadap SAP dalam penyusunan laporan keuangan Variabel independen ialah latar belakang pendidikan,jenjang pendidikan dan pelatihan sedangkan Variabel dependen penyusunan laporan keuangan

Ada pengaruh latar belakang pendidikan, jenjang pendidikan dan pelatihan terhadap penyusunan laporan keuangan

Lanjutan Tabel 2.1


(45)

BAB III

KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS

3.1. Kerangka Konsep

Berdasarkan landasan teori dan rumusan masalah penelitian, peneliti mengindentifikasi 4 variabel independen yaitu pengetahuan tentang proses audit internal (X1), intuisi (X2),pemahaman terhadap SAP (X3) dan pengetahuan

tentang pengelolaan keuangan daerah (X4), yang diperkirakan mempengaruhi

peran Inspektorat dalam reviu laporan keuangan daerah (Y).

Kerangka konsep yang digunakan dalam penelitian ini, dapat digambarkan sebagai berikut :

VARIABEL INDEPENDEN VARIABEL DEPENDEN Pengetahuan tentang

Proses Audit Internal ( X1)

Pemahaman terhadap SAP ( X3)

Intuisi ( X2)

Pengetahuan tentang Pengelolaan Keuangan Daerah

( X4)

Peran Inspektorat dalam Reviu Laporan Keuangan Daerah (Y)


(46)

Pengetahuan pegawai inspektorat tentang proses audit internal yang cukup baik sangat mendukung peran mereka dalam melaksanakan fungsi pengawasan internal. Jika mereka memahami proses audit dengan baik dan benar, mereka dapat bekerja sesuai dengan aturan yang ada. Berdasarkan hasil pengamatan sementara, kebanyakan dari pegawai inspektorat dalam melaksanakan pengawasan tidak berdasarkan proses audit yang semestinya.

Pegawai Inspektorat harus memiliki Intuisi dimana penalaran aparat pengawas atau pemeriksa yang berasal dari pengungkapan pengalaman dan ingatan masa lalu untuk menyelesaikan masalah yang sedang dihadapi, hal ini dapat diukur berdasarkan persepsi mereka tentang kemampuan intuisi yang mereka miliki berdasarkan pengalaman mereka selama melakukan proses pemeriksaan.

Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) merupakan persyaratan yang mempunyai kekuatan hukum dalam upaya meningkatkan kualitas laporan keuangan pemerintah di Indonesia. Terkait dengan penyusunan laporan keuangan daerah sesuai dengan SAP, maka perlu diperhatikan faktor pemahaman terhadap SAP. Pemahaman terhadap SAP ini diperlukan supaya hasil dari laporan keuangan daerah dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 24 tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan.

Pengetahuan Pengelolaan Keuangan Daerah adalah kemampuan dalam keseluruhan kegiatan yang meliputi perencanaan anggaran, penyusunan anggaran,


(47)

pelaksanaan, penatausahaan anggaran, pelaporan anggaran, pertanggungjawaban dan pengawasan.

Berdasarkan uraian sebelumnya, maka peran Inspektorat dalam reviu laporan keuangan daerah diperkirakan baik secara langsung maupun tidak langsung dipengaruhi oleh beberapa variabel independen yaitu pengetahuan tentang proses audit internal (X1), intuisi (X2),pemahaman terhadap SAP (X3)

dan pengetahuan tentang pengelolaan keuangan daerah (X4) dengan uraian

sebagai berikut:

a. Semakin tinggi/rendah pengetahuan tentang proses audit internal, maka semakin tinggi/rendah peran Inspektorat dalam reviu laporan keuangan daerah;

b. Semakin tinggi/rendah intuisi , maka semakin tinggi/rendah peran Inspektorat dalam reviu laporan keuangan daerah;

c. Semakin tinggi/rendah pemahaman terhadap SAP, maka semakin tinggi/rendah peran Inspektorat dalam reviu laporan keuangan daerah;

d. Semakin tinggi/rendah pengetahuan tentang pengelolaan keuangan daerah, maka semakin tinggi/rendah peran Inspektorat dalam reviu laporan keuangan daerah.

3.2. Hipotesis Penelitian

Hipotesis dalam penelitian ini dikembangkan dari telaah teoritis dan penelitian terdahulu sebagai jawaban sementara dari masalah atau pertanyaan


(48)

yang memerlukan pengujian secara empiris. Dengan demikian dikemukakan hipotesis yang berkaitan dengan penelitian ini yaitu: “Pengetahuan tentang proses audit internal, intuisi, pemahaman terhadap SAP dan pengetahuan tentang pengelolaan keuangan daerah berpengaruh terhadap peran Inspektorat dalam reviu laporan keuangan daerah baik secara simultan maupun secara parsial”.


(49)

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini dapat dikatakan sebagai penelitian kausal yaitu untuk melihat hubungan beberapa variabel yang belum pasti, Umar (2008) menyebutkan desain kausal berguna untuk menganalisis bagaimana suatu variabel mempengaruhi variabel lain, dan juga berguna pada penelitian yang bersifat eksperimen dimana variabel independennya diperlakukan secara terkendali oleh peneliti untuk melihat dampaknya pada variabel dependen secara langsung.

Penelitian ini dilaksanakan adalah sensus, menurut Erlina dan Mulyani (2007) jika peneliti menggunakan seluruh elemen populasi menjadi data penelitian maka disebut sensus. Sensus digunakan jika elemen populasi relatif sedikit dan bersifat heterogen. Sehingga seluruh populasi, yaitu Pegawai di Inspektorat berjumlah 32 orang.

4.2. Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di Kantor Inspektorat Kabupaten Serdang Bedagai Jalan Negara No. 300 Sei Rampah, adapun alasan dipilihnya Kabupaten Serdang Bedagai sebagai objek penelitian adalah kabupaten ini merupakan kabupaten baru hasil pemekaran dari Kabupaten Deli Serdang, selama ini dalam pelaksanaan reviu laporan keuangan bekerja sama dengan Badan Pengawas Keuangan dan


(50)

Pembangunan (BPKP) dan dalam 2 (dua) tahun terakhir ini reviu laporan keuangan sudah dilaksanakan sendiri oleh Inspektorat. Dengan waktu penelitian dilaksanakan selama 16 Minggu (Mei s.d Agustus 2010).

4.3. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pegawai di Inspektorat yang ada di lingkungan Pemerintah Kabupaten Serdang Bedagai. Jumlah Populasi sebanyak 32 populasi. Seluruh populasi diberikan kuesioner penelitian, dari 32 kuesioner yang dikirim/dibagikan yang kembali sebanyak 30 kuesioner. Jadi kuisioner yang bisa digunakan untuk melakukan analisis data sebanyak 30 kuesioner.

4.4. Metode Pengumpulan Data

Sumber data penelitian merupakan faktor penting yang menjadi pertimbangan dalam penentuan metode pengumpulan data. Sumber data dalam penelitian ini adalah data primer. Indriantoro dan Supomo (1998) menyebutkan data primer merupakan sumber data penelitian yang diperoleh secara langsung dari sumber asli.

Ruang lingkup dalam penelitian ini dibatasi pada 4 variabel independen yang diperkirakan berpengaruh terhadap peran Inspektorat dalam reviu laporan keuangan daerah yaitu pengetahuan tentang proses audit internal, intuisi,


(51)

pemahaman terhadap SAP dan pengetahuan tentang pengelolaan keuangan daerah.

Prosedur pengambilan data dalam penelitian ini menggunakan metode sensus. Untuk mendapatkan data dari responden digunakan instrumen penelitian berupa kuesioner yang akan diantar sendiri oleh penulis (personal administrative), instrumen dalam kuesioner berisi berbagai pertanyaan/pernyataan yang berkaitan dengan variabel-variabel yang akan diteliti.

4.5. Definisi Operasional dan Metode Pengukuran Variabel

Guna memberikan gambaran yang jelas dan memudahkan pelaksanaan penelitian ini, maka perlu diberikan definisi variabel operasional yang akan diteliti sebagai dasar dalam menyusun kuesioner penelitian.

Peran Inspektorat dalam reviu laporan keuangan daerah (Y)

Yang merupakan variabel terikat. Peran Inspektorat dalam reviu laporan keuangan daerah dalam penelitian ini digunakannya hak-hak baik dalam meneliti dan menilai penyelenggaraan akuntansi, keuangan dan operasional, serta meyakinkan sejauhmana peraturan, kebijakan, rencana, prosedur yang telah ditetapkan telah ditaati berdasarkan Peraturan Pemerintah nomor 24 tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan dan Permendagri nomor 13 tahun 2006 tentang pedoman pengelolaan keuangan daerah . Pengukuran variabel ini dilakukan dengan skala 1 menunjukkan tidak setuju, skala 2 adalah kurang setuju, skala 3 netral, skala 4 adalah setuju dan skala 5 adalah sangat setuju.


(52)

Merupakan persepsi responden tentang proses audit internal.Variabel ini dikembangkan sendiri oleh penulis dengan berpedoman pada Permendagri nomor 23 tahun 2007 tentang Pedoman tata cara pengawasan atas penyelenggaraan pemerintah daerah. Pengetahuan diukur dengan skala likert rentang nilai 1 sampai dengan 5 (Indriani 2002 dan Sopanah 2003). Pengukuran variabel ini dilakukan dengan skala 1 menunjukkan tidak setuju, skala 2 adalah kurang setuju, skala 3 netral, skala 4 adalah setuju dan skala 5 adalah sangat setuju.

Intuisi (X2)

Memahami intuisi sebagai suatu proses penalaran yang berasal dari pengungkapan pengalaman dan ingatan masa lalu untuk menyelesaikan masalah yang sedang dihadapi. Diagnosa dan pemecahan masalah secara intuitif berlangsung sangat cepat dan tidak mampu menjelaskan bagaimana keputusan terjadi. Indikator penggunaan intuisi berupa kecepatan pengambilan keputusan.

Sesuai dengan penelitian yang diambil dalam penelitian ini, indikator kecepatan pengambilan keputusan diperoleh dari waktu subyek biasa mengindentifikasi kesalahan yang benar dalam kasus yang ditelaah subyek. Subyek yang memakan waktu sedikit dipandang menggunakan intuisi yang lebih besar dan sebaliknya. Intuisi diukur dengan skala likert dari rentang nilai 1 sampai dengan 5 (Indriani 2002 dan Sopanah 2003). Pengukuran variabel ini dilakukan dengan skala 1 menunjukkan tidak setuju, skala 2 adalah kurang setuju, skala 3 netral, skala 4 adalah setuju dan skala 5 adalah sangat setuju.

Pemahaman terhadap SAP (X3)


(53)

Merupakan persepsi responden tentang pemahaman terhadap SAP merupakan persyaratan yang mempunyai kekuatan hukum dalam upaya meningkatkan kualitas laporan keuangan pemerintah di Indonesia. Terkait dengan penyusunan laporan keuangan daerah sesuai dengan SAP, maka perlu diperhatikan faktor pemahaman terhadap SAP. Pemahaman terhadap SAP ini diperlukan supaya hasil dari laporan keuangan daerah dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan Peraturan Pemerintah nomor 24 tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan.

Pemahaman diukur dengan skala likert dari tidak memahami ke sangat memahami dengan rentang nilai 1 sampai dengan 5 (Indriani 2002 dan Sopanah 2003). Pengukuran variabel ini dilakukan dengan skala 1 menunjukkan tidak memahami, skala 2 adalah sedikit memahami, skala 3 sebagian memahami, skala 4 adalah memahami dan skala 5 adalah sangat memahami.

Pengetahuan tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (X4)

Merupakan persepsi responden tentang pengelolaan keuangan daerah dan deteksi terhadap pemborosan dan kegagalan dan kebocoran anggaran. Pengetahuan tentang pengelolaan keuangan daerah dikembangkan dari penelitian yang dilakukan oleh Winarna dan Murni (2007). Pemahaman diukur dengan skala likert dari tidak mengetahui ke sangat mengetahui dengan rentang nilai 1 sampai dengan 5 (Indriani 2002 dan Sopanah 2003). Pengukuran variabel ini dilakukan dengan skala 1 menunjukkan tidak mengetahui, skala 2 adalah kurang


(54)

mengetahui, skala 3 sebagian mengetahui, skala 4 adalah mengetahui dan skala 5 adalah sangat mengetahui.

Tabel 4.1 Definisi Operasional Variabel Variabel

Penelitian Definisi Operasional Pengukuran Variabel

Skala Pengukuran Dependen Variabel Peran Inspektorat dalam reviu laporan keuangan daerah (Y)

Peran Inspektorat dalam reviu laporan keuangan daerah dalam penelitian ini digunakannya hak-hak Inspektorat baik dalam pengawasan

penyelenggaraaan

akuntansi, keuangan dan operasional. Variabel ini dikembangkan sendiri oleh penulis dengan berpedoman pada Permendagri nomor 4 tahun 2008 tentang Pedoman pelaksanaan reviu atas laporan keuangan pemerintah daerah.

Pengukuran variabel ini dilakukan dengan skala likert dengan item pernyataan yang berkaitan dengan peran Inspektorat dalam reviu laporan keuangan daerah yang

meliputi persiapan, perencanaan,

pelaksanaan reviu dan pembuatan laporan. Interval Independen Variabel Pengetahuan tentang proses audit internal (X1)

Persepsi responden tentang proses audit internal. Variabel ini berpedoman pada Permendagri nomor 23

tahun 2007 tentang Pedoman tata cara pengawasan atas penyelenggaraan

Proses Audit:

1. Penyusunan PKPT 2. Lingkup PKPT 3. Kegiatan pegawai

inspektorat

4. Penyusunan daftar materi pemeriksaan 5. Kegiatan

monitoring dan

Interval


(55)

pemerintah daerah. evaluasi

6. Penyusunan hasil pemeriksaan

Intuisi (X2) Persepsi responden

tentang suatu proses penalaran yang berasal dari pengungkapan pengalaman dan ingatan masa lalu untuk menyelesaikan masalah yang sedang dihadapi. Diagnosa dan pemecahan masalah secara intuitif berlangsung sangat cepat dan tidak mampu menjelaskan bagaimana keputusan terjadi. Indikator penggunaan intuisi berupa kecepatan pengambilan keputusan.

Intuisi diukur berdasarkan persepsi

mereka tentang kemampuan intuisi yang mereka miliki berdasarkan

pengalaman mereka selama melakukan proses pemeriksaan. Variabel ini diukur dengan skala likert yaitu mengukur sikap dengan mengatakan setuju atau ketidaksetujuannya terhadap pernyataan yang diajukannya Interval Pemahaman terhadap SAP (X3)

Persepsi responden tentang memahami standar akuntansi pemerintahan.Variabel ini

dikembangkan sendiri oleh penulis dengan berpedoman pada Peraturan Pemerintah nomor 24 tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP). Variabel diukur dengan beberapa pertanyaan yang berkaitan dengan kemampuan mereka dalam memahami pernyataan standar akuntansi pemerintahan (PSAP). Interval Pengetahuan tentang pengelolaan keuangan daerah (X4)

Persepsi responden tentang pengelolaan keuangan daerah dan

deteksi terhadap pemborosan dan kegagalan dan kebocoran

anggaran dengan berpedoman pada Permendagri nomor 13

tahun 2006 tentang Pedoman pengelolaan Variabel diukur dengan beberapa pertanyaan yang berkaitan dengan perencanaan anggaran, penyusunan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, pertanggungjawaban dan pengawasan Interval Lanjutan Tabel 4.1


(56)

keuangan daerah.

4.6. Metode Analisis Data

Model dan teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan pendekatan regresi linier berganda. Untuk keabsahan hasil analisis regresi berganda terlebih dahulu dilakukan uji kualitas instrumen pengamatan, uji normalitas data dan uji asumsi klasik. Pengolahan data menggunakan software SPSS (Statistical Package for Sosial Sciense). Model analisis regresi linier berganda dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

Y = b0 + b1X1 + b2X2 + b3X3+ b4X4 + e

dimana :

Y = Peran Inspektorat dalam reviu laporan keuangan daerah b0 = Konstansta

b1, b2, b3, b4 = Koefisien regresi

X1 = Pengetahuan tentang proses audit intenal

X2 = Intuisi

X3 = Pemahaman terhadap SAP

X4 = Pengetahuan tentang pengelolaan keuangan daerah

e = Error term

4.6.1. Pengujian Kualitas Data


(57)

4.6.1.1Pengujian validitas

Uji validitas dimaksudkan untuk menilai sejauhmana suatu alat ukur diyakini dapat dipakai sebagai alat untuk mengukur item-item pertanyaan/pernyataan kuesioner dalam penelitian. Teknik yang digunakan untuk mengukur validitas pertanyaan/pernyataan kuesioner adalah Korelasi Product Moment dari Karl Pearson dengan ketentuan : jika r hitung lebih besar dari r tabel, maka skor butir pertanyaan/ pernyatan kuesioner valid tetapi sebaliknya jika r hitung lebih kecil dari r tabel, maka skor butir pertanyaan/pernyataan kuesioner tidak valid.

4.6.1.2Pengujian reliabilitas

Uji reliabilitas dilakukan untuk mengukur tingkat konsistensi antara hasil pengamatan dengan instrumen atau alat ukur yang digunakan pada waktu yang berbeda-beda. Teknik yang digunakan untuk mengukur reliabilitas pengamatan adalah dengan menggunakan koefisien cronbach alpha. Menurut Nunnally (1967) dalam Ghozali (2005) suatu konstruk atau variabel dikatakan reliabel jika memiliki nilai cronbach alpha lebih besar dari 0,6.

4.6.2. Pengujian Asumsi Klasik

Sebelum dilakukan pengujian hipotesis dengan menggunakan analisis regresi berganda, maka diperlukan pengujian asumsi klasik yang meliputi pengujian normalitas, multikolinearitas dan heteroskedastisitas.


(58)

Tujuan uji normalitas adalah untuk mengetahui apakah distribusi data mengikuti atau mendekati distribusi normal. Data yang baik adalah data yang mempunyai pola seperti bentuk lonceng pada diagram histogram. Uji normalitas data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Uji Kolmogorov-Smirnov. Kriteria pengujian satu sampel menggunakan pengujian satu sisi yaitu dengan membandingkan probabilitas dengan tingkat signifikansi tertentu yaitu :

1. Nilai Signifikan atau probabilitas < 0,05, maka distribusi data adalah tidak normal.

2. Nilai Signifikan atau probabilitas > 0,05, maka distribusi data adalah normal. Selain melihat nilai signifikansi dari uji kolmogorov-Smirnov, untuk melihat apakah suatu data mempunyai distribusi normal dapat dilihat dari nilai Zskewness dan dengan melihat grafik.

4.6.2.2 Uji multikolinieritas

Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji, apakah ditemukan atau tidak korelasi diantara variabel independen. Jika terjadi korelasi antar variabel independen maka akan ditemukan adanya masalah multikolinieritas. Suatu model regresi yang baik harus tidak menimbulkan masalah multikolinieritas. Untuk itu diperlukan uji multikolinieritas terhadap setiap data variabel bebas yaitu dengan : 1. Melihat angka collinearity Statistics yang ditunjukkan oleh Nilai Variance

Inflation Factor (VIF). Jika angka VIF lebih besar dari 10, maka variabel bebas yang ada memiliki masalah multikolinieritas (Ghozali, 2001).


(59)

2. Melihat nilai tolerance pada output penilaian multikolinieritas yang tidak menunjukkan nilai yang lebih besar dari 0,1 akan memberikan kenyataan bahwa tidak terjadi masalah multikolinieritas (Ghozali, 2001).

4.6.2.3 Uji heteroskedastisitas

Uji ini bertujuan untuk melihat apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variabel dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatam lain tetap, maka disebut homokedastisitas, dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah tidak terjadi heteroskedastisitas. Penelitian ini menggunakan metode grafik plot, untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas. Metode grafik plot dilakukan dengan cara mendiagnosa diagram residual plot. residual plot (Studenzized) dibandingkan dengan hasil prodiksi.

Jika titik-titik sebar membentuk pola tertentu dan teratur bergelombang, melebar kemudian menyempit, maka mengidentifikasikan telah terjadi heteroskedastisitas.

4.6.3. Pengujian Hipotesis

Untuk menguji ada tidaknya pengaruh dari variabel bebas secara menyeluruh terhadap variabel terikat dilakukan dengan menggunakan uji F. Uji ini menggunakan  5%. Dengan ketentuan, jika signifikansi dari F hitung < dari 0,05 maka hipotesis yang diajukan dapat diterima. Selanjutnya dilakukan pengujian secara parsial untuk melihat pengaruh masing-masing variabel


(60)

independen terhadap variabel dependen. Pengujian dilakukan dengan uji t yaitu dengan melihat nilai signifikansi t hitung, Jika nilai signifikansi t hitung < dari 0,05 maka dapat dikatakan variabel independen tersebut mempunyai pengaruh terhadap variabel dependen.

4.6.3.1 Uji statistik deskriptif

Statistik deskriptif dalam penelitian pada dasarnya merupakan proses transformasi data penelitian dalam bentuk tabulasi, sehingga mudah dipahami dan diinterprestasikan. Tabulasi menyajikan ringkasan, pengaturan atau penyusunan data dalam bentuk tabel numerik. Statistik deskriptif umumnya digunakan peneliti untuk memberikan informasi mengenai karakteristik variabel penelitian yang paling utama dan data demografi responden. (Ghazali dan Ikhsan, 2006).

Dalam penelitian ini menggunakan statistik deskriptif yang terdiri dari rata-rata, standar deviasi, jawaban minimum, dan jawaban maksimum dari jawaban yang telah didapat melalui kuesioner.

4.6.3.2 Uji hipotesis

Untuk menguji hipotesis yang diajukan dilakukan dengan melihat rata-rata nilai variabel yang dipakai. Kuesioner diarahkan untuk jawaban positif atau negatif. Interval jawaban terdiri dari 1 sampai dengan 5, dan jawaban point 4 dan point 5 merupakan jawaban positif karena jawaban point 4 adalah setuju dan point 5 adalah sangat setuju. Untuk menguji hipotesis mengenai pengaruh pengetahuan tentang proses audit internal, intuisi, pemahaman terhadap SAP dan pengetahuan


(61)

tentang pengelolaan keuangan daerah baik secara parsial dan simultan digunakan pengujian hipotesis secara simultan dengan uji F, dan secara parsial dengan uji t. 1. Uji F

Uji F menguji pengaruh simultan antara variabel independen terhadap variabel dependen. Adapun langkah-langkah dalam pengambilan keputusan untuk uji F adalah sebagai berikut :

H0 : ρ = 0

Pengetahuan tentang proses audit internal, intuisi, pemahaman terhadap SAP dan pengetahuan tentang pengelolaan keuangan daerah tidak berpengaruh secara simultan terhadap peran Inspektorat dalam reviu laporan keuangan daerah.

H1 : ρ≠ 0

Pengetahuan tentang proses audit internal, intuisi, pemahaman terhadap SAP dan pengetahuan tentang pengelolaan keuangan daerah berpengaruh secara simultan terhadap peran Inspektorat dalam reviu laporan keuangan daerah. Pada tabel ANOVA didapat uji F yang menguji semua sub variabel bebas yang akan mempengaruhi persamaan regresi. Dengan menggunakan derajat keyakinan 95 % atau taraf nyata 5 % serta derajat kebebasan df1 dan df2 untuk mencari nilai F tabel. Nilai F tabel dapat dilihat dengan menggunakan F tabel. Dasar pengambilan keputusan adalah :

a. Jika F hitung > F tabel, maka H1 diterima dan H0 ditolak. b. Jika F hitung < F tabel, maka H1 ditolak dan H0 diterima.


(62)

2. Uji t

Pengujian hipotesis secara parsial dilakukan dengan uji t, yaitu menguji pengaruh parsial antara variabel independen terhadap variabel dependen, dengan asumsi bahwa variabel lain dianggap konstan. Adapun langkah-langkah dalam pengambilan keputusan untuk uji t adalah sebagai berikut : H0 : ρ = 0

Pengetahuan tentang proses audit internal, intuisi, pemahaman terhadap SAP dan pengetahuan tentang pengelolaan keuangan daerah tidak berpengaruh secara parsial terhadap peran Inspektorat dalam reviu laporan keuangan daerah.

H1 : ρ≠ 0

Pengetahuan tentang proses audit internal, intuisi, pemahaman terhadap SAP dan pengetahuan tentang pengelolaan keuangan daerah berpengaruh secara parsial terhadap peran Inspektorat dalam reviu laporan keuangan daerah. Untuk mencari t tabel dengan df = N-2, taraf nyata 5 % dapat dengan menggunakan tabel statistik. Nilai t tabel dapat dilihat dengan menggunakan tabel t. Dasar pengambilan keputusan adalah :

a. Jika t hitung > t tabel, maka H1 diterima dan H0 ditolak. b. Jika t hitung < t tabel, maka H1 ditolak dan Ho diterima.


(63)

BAB V

ANALISIS DAN PEMBAHASAN 5.1. Deskriptif Data

Berdasarkan data yang telah dikumpulkan, maka diperoleh diskripsi data penelitian ditampilkan dalam Tabel 5.1 :

Tabel 5.1 Deskripsi Statistik Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation REVIU 30 27 42 32,33 3,26247 AUDIT 30 32 48 36,53 3,55967 INTUISI 30 30 46 36,10 3,40740

SAP 30 25 40 29,10 3,02119

PKD 30 27 44 32,17 3,96609

Dari 30 (tiga puluh) sampel yang disertakan pada penelitian ini, diperoleh peran Inspektorat dalam reviu laporan keuangan daerah merupakan variabel dependen (Y) mempunyai nilai rata-rata sebesar 32,33 bahwa peran Inspektorat dalam reviu laporan keuangan daerah berada di bawah rata-rata yang menunjukkan bahwa Inspektorat belum mampu berperan secara maksimal dalam pelaksanaan reviu laporan keuangan pemerintah daerah baik atas penyelenggaraan akuntansi, keuangan dan operasional, disini Pegawai Inspektorat masih banyak yang belum memahami mengenai Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 8 tahun 2008 tentang Pedoman pelaksanaan reviu atas laporan keuangan pemerintah


(64)

daerah meliputi persiapan, perencanaan, pelaksanaan reviu dan pembuatan laporan.

Pengetahuan tentang proses audit internal merupakan variabel independen (X1) mempunyai nilai rata-rata sebesar 36,53 bahwa pengetahuan tentang proses

audit internal berada di atas rata-rata menunjukkan proses audit telah dilaksanakan dengan baik, disini Pegawai Inspektorat sudah mengetahui tentang Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 23 tahun 2007 tentang Pedoman tata cara pengawasan atas penyelenggaraan pemerintah daerah baik berupa penyusunan Progam Kerja Pengawasan Tahunan (PKPT), ruang lingkup PKPT, kegiatan pengawasan, penyusunan daftar materi pemeriksaan, monitoring dan evaluasi serta penyusunan hasil pemeriksaan.

Intuisi merupakan variabel independen (X2) mempunyai nilai rata-rata

sebesar 36,10 bahwa intuisi berada di atas rata-rata menunjukkan intusi telah dilaksanakan dengan baik bahwa pegawai Inspektorat telah melaksanakan dengan baik suatu proses penalaran yang berasal pengalaman dan ingatan masa lalu untuk menemukan kesalahan/kekeliruan/ketidakberesan yang ditemukan pada saat pemeriksaan.

Pemahaman terhadap SAP merupakan variabel independen (X3)

mempunyai nilai rata-rata sebesar 29,10 bahwa Pemahaman terhadap SAP berada di bawah rata-rata menunjukkan Standar Akuntansi Pemerintahan belum dilaksanakan dengan baik,disini Pegawai Inspektorat belum memahami Peraturan Pemerintah Nomor 24 tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintah (SAP)


(65)

berupa kemampuan mereka dalam memahami penyataan standar akuntansi pemerintahan (PSAP).

Pengetahuan tentang pengelolaan keuangan daerah merupakan variabel independen (X4) mempunyai nilai rata-rata sebesar 32,17 bahwa pengetahuan

tentang pengelolaan keuangan daerah berada di bawah rata-rata menunjukkan pengelolaan keuangan daerah belum dilaksanakan dengan baik,disini Pegawai Inspektorat belum mengetahui mengenai Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 tahun 2006 tentang Pedoman pengelolaan keuangan daerah yang berkaitan dengan perencanaan anggaran, penyusunan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, pertanggungjawaban dan pengawasan.

5.1.1. Demografi Responden

Berdasarkan data penelitian yang telah dikumpulkan, maka diperoleh data tentang demografi responden penelitian yang terdiri dari: (1) jenis kelamin, (2) usia responden, (3) Lama berkerja sebagai PNS, (4) Lama bekerja di Inspektorat, (5) Tingkat pendidikan, dan (6) latar belakang pendidikan. Tabel 5.2. menyajikan ringkasan demografi responden.


(66)

Tabel 5.2 Data Demografi Responden

Keterangan Jumlah Persentase

Laki 21 70

Jenis kelamin

Perempuan 9 30

< 30 tahun 11 36,67

30 – 39 tahun 7 23,33

Usia

> 40 tahun 12 40

< 10 Tahun 18 60

10 – 20 tahun 5 16,67

Lama bekerja sebagai PNS

> 20 tahun 7 23,33

< 5 Tahun 19 63,33

5 – 10 tahun 7 23,33

Lama bekerja di Inspektorat

> 10 tahun 4 13,34

SMU/SMK/SLTA 6 20

D3 1 3,33

S1 18 60

Pendidikan

S2 5 16,67

Akuntansi 5 20,84

Manajeman 2 8,33

Ilmu Sosial dan Politik 2 8,33

Hukum 6 25

Teknik 3 12,5

Latar belakang pendidikan

Lainnya 6 25

5.1.2. Karakteristik Penelitian

Jumlah kuesioner yang disebar kepada responden adalah sebanyak 32 kuesioner dan dilakukan dalam satu tahap. Kemudian sesuai dengan waktu yang telah ditentukan, kuesioner dijemput kembali. Dari 32 kuesioner yang dikirim/dibagikan yang kembali sebanyak 30 kuesioner. Jadi kuesioner yang bisa digunakan untuk melakukan analisis data sebanyak 30 kuesioner, yang tidak mengembalikan kuesioner disebabkan beberapa hal: (1) ditugaskan ke luar kota, (2) pindah ke Instansi (SKPD) lain.


(1)

26 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 40 1600 160 160 160 160 160 160 160 160

27 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 32 1024 128 128 96 96 96 96 96 96

28 4 4 3 3 3 4 3 3 3 4 34 1156 136 136 102 102 102 136 102 102

29 4 4 4 3 4 4 4 3 4 4 38 1444 152 152 152 114 152 152 152 114

30 4 4 3 3 3 3 3 4 3 4 34 1156 136 136 102 102 102 102 102 136

X 122 121 116 113 98 102 105 104 103 112 1096 40408 4476 4444 4278 4166 3612 3756 3884 3846 X)2 14884 14641 13456 12769 9604 10404 11025 10816 10609 12544

X2 498 491 456 435 326 354 377 370 363 426

XY 4476 4444 4278 4166 3612 3756 3884 3846 3814 4132

r hit 0.723 0.711 0.766 0.643 0.683 0.575 0.812 0.789 0.870 0.749

r tbl 0.303 0.303 0.303 0.303 0.303 0.303 0.303 0.303 0.303 0.303


(2)

Lampiran 6

UJI VALIDITAS ANGKET PEMAHAMAN TERHADAP STANDAR AKUNTA

STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN xy

NO

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

x

3

x

3

2

1 1 5 5 5 4 4 4 4 3 3 3 40 1600 200 2

2 4 4 3 3 3 3 2 2 2 2 28 784 112 1

3 4 4 3 3 2 2 2 2 2 2 26 676 104 1

4 3 3 3 3 3 2 2 2 2 2 25 625 75

5 4 4 3 3 3 3 2 2 2 2 28 784 112 1

6 4 4 3 3 3 3 3 3 2 2 30 900 120 1

7 4 4 3 3 2 2 2 2 2 2 26 676 104 1

8 4 4 3 3 3 2 2 2 2 2 27 729 108 1

9 4 4 4 3 3 3 3 2 2 2 30 900 120 1

10 4 4 4 3 3 3 3 3 2 2 31 961 124 1

11 4 4 4 4 3 3 3 3 3 3 34 1156 136 1 12 4 4 4 3 3 3 3 2 2 2 30 900 120 1

13 4 4 4 3 3 3 3 3 2 2 31 961 124 1

14 4 4 3 3 3 3 3 2 2 2 29 841 116 1

15 4 4 3 3 3 2 3 2 2 2 28 784 112 1

16 4 4 4 3 3 3 3 3 2 2 31 961 124 1

17 4 4 3 3 3 2 2 2 2 2 27 729 108 1

18 4 4 3 3 2 2 2 2 2 2 26 676 104 1

19 4 4 3 3 3 3 2 2 2 2 28 784 112 1 20 3 3 3 3 3 2 2 2 2 2 25 625 75

21 4 4 3 3 3 2 2 2 2 2 27 729 108 1

22 4 4 4 3 3 3 3 2 2 2 30 900 120 1

23 4 4 4 3 3 3 3 3 3 3 33 1089 132 1

24 4 4 4 3 3 3 3 2 2 2 30 900 120 1

25 4 4 3 3 3 3 3 3 2 2 30 900 120 1

26 4 4 4 3 3 3 3 3 2 2 31 961 124 1

27 4 4 3 3 3 2 2 2 2 2 27 729 108 1

28 4 4 4 3 3 2 2 2 2 2 28 784 112 1

29 4 4 3 3 3 3 2 2 2 2 28 784 112 1

30 4 4 4 3 3 3 2 2 2 2 29 841 116 1

X 119 119 104 92 88 80 76 69 63 63 873 25669 3482 34 X)2 14161 14161 10816 8464 7744 6400 5776 4761 3969 3969

X2 475 475 370 284 262 222 202 165 135 135

XY 3482 3482 3067 2693 2581 2367 2254 2037 1853 1853

r hit 0.682 0.682 0.811 0.711 0.631 0.814 0.847 0.713 0.737 0.737

r tbl 0.303 0.303 0.303 0.303 0.303 0.303 0.303 0.303 0.303 0.303

Ket V V V V V V V V V V


(3)

(4)

Lampiran 7

UJI VALIDITAS PENGETAHUAN TENTANG PENG

PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH xy

NO

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

x

4

x

4

2

1 1 5 5 5 5 4 4 4 4 4 4 44 1936 220 2

2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 30 900 90

3 3 3 3 3 2 2 2 3 3 3 27 729 81

4 3 3 3 3 2 2 2 3 3 3 27 729 81

5 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 32 1024 128 1

6 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 32 1024 128 1

7 3 3 3 3 2 2 2 3 3 3 27 729 81

8 4 4 4 4 3 3 3 3 3 3 34 1156 136 1

9 4 4 4 4 3 3 3 3 3 3 34 1156 136 1

10 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 30 900 90

11 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 40 1600 160 1 12 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 32 1024 128 1

13 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 32 1024 128 1

14 4 4 4 4 4 3 3 3 3 2 34 1156 136 1

15 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 30 900 90

16 4 4 4 3 3 3 3 3 3 3 33 1089 132 1

17 4 4 4 3 3 3 3 3 3 3 33 1089 132 1

18 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 30 900 90

19 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 30 900 90 20 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 32 1024 128 1

21 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 30 900 90

22 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 30 900 90

23 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4 42 1764 210 2

24 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 32 1024 128 1

25 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 32 1024 128 1

26 4 4 4 4 4 4 3 3 3 3 36 1296 144 1

27 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 30 900 90

28 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 30 900 90

29 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 30 900 90

30 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 30 900 90

X 108 108 100 98 92 91 90 93 93 92 965 31497 3535 3 X)2 11664 11664 10000 9604 8464 8281 8100 8649 8649 8464

X2 400 400 342 328 290 283 276 291 291 286

XY 3535 3535 3269 3203 3010 2976 2940 3021 3021 2987

r hit 0.853 0.853 0.832 0.846 0.846 0.866 0.860 0.841 0.841 0.659

r tbl 0.303 0.303 0.303 0.303 0.303 0.303 0.303 0.303 0.303 0.303

Ket V V V V V V V V V V


(5)

Lampiran 8

UJI VALIDITAS ANGKET PERAN INSPEKTORAT DALAM REVIU LAPORAN

REVIU LAPORAN KEUANGAN DAERAH xy

NO

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Y Y

2

1 1 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4 42 1764 210 2

2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 30 900 90

3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 28 784 84 4 3 3 3 2 2 2 3 3 3 3 27 729 81

5 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 30 900 90

6 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 32 1024 128 1

7 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 28 784 84 8 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 32 1024 128 1

9 4 4 4 4 3 3 3 3 3 3 34 1156 136 1

10 4 4 4 4 3 3 3 3 3 3 34 1156 136 1

11 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 38 1444 152 1

12 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 32 1024 128 1

13 4 4 4 3 3 3 3 3 3 3 33 1089 132 1

14 4 4 4 3 2 3 3 3 3 3 32 1024 128 1

15 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 30 900 90 16 4 4 4 4 3 3 3 3 3 3 34 1156 136 1

17 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 31 961 124

18 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 30 900 90

19 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 32 1024 128 1 20 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 31 961 124

21 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 30 900 90

22 4 4 4 3 3 3 3 3 3 3 33 1089 132 1

23 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 40 1600 160 1

24 4 4 4 3 3 3 3 3 3 3 33 1089 132 1

25 4 4 4 4 3 3 3 3 3 3 34 1156 136 1


(6)

28 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 31 961 124

29 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 32 1024 128 1 30 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 32 1024 128 1

X 112 109 102 96 88 90 93 93 93 94 970 31672 3659 35 X)2 12544 11881 10404 9216 7744 8100 8649 8649 8649 8836

X2 426 405 354 316 264 274 291 291 291 298

XY 3659 3566 3332 3146 2877 2937 3030 3030 3030 3065

r hit 0.764 0.792 0.721 0.806 0.744 0.768 0.797 0.797 0.797 0.785

r tbl 0.303 0.303 0.303 0.303 0.303 0.303 0.303 0.303 0.303 0.303

Ket V V V V V V V V V V


Dokumen yang terkait

Pengaruh Personal Background Dan Pengetahuan Tentang Pengelolaan Keuangan Daerah Terhadap Peran Auditor Inspektorat Dalam Pengawasan Keuangan Daerah, Studi Kasus Inspektorat Pemerintah Kabupaten Langkat

4 92 86

PENGARUH PROSES REVIU LAPORAN KEUANGAN TERHADAP KUALITAS LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH DENGAN PEMAHAMAN STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN SEBAGAI VARIABEL MODERASI

5 39 73

PENGARUH PENDIDIKAN, PENGALAMAN, DAN PROFESIONALISME AUDITOR INSPEKTORAT TERHADAP KUALITAS REVIU LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH

0 6 49

PENGARUH PEMAHAMAN SISTEM AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH, PENATAUSAHAAN KEUANGAN DAERAH DAN PENGELOLAAN ASET TETAP DAERAH TERHADAP KUALITAS LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH PADA PEMERINTAH KABUPATEN MAJALENGKA.

5 19 73

PENGARUH PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN PERAN INSPEKTORAT TERHADAP KUALITAS LAPORAN KEUANGAN.

1 4 44

PENGARUH PEMAHAMAN SISTEM AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH, PENATAUSAHAAN KEUANGAN DAERAH DAN PENGELOLAAN ASET TETAP DAERAH TERHADAP KUALITAS LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH PADA PEMERINTAH KABUPATEN MAJALENGKA.

3 9 73

Reviu Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD)

0 0 42

PENGARUH PEMAHAMAN AKUNTANSI, PEMANFAATAN SISTEM INFORMASI AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH DAN PERAN INTERNAL AUDIT TERHADAP KUALITAS LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH

0 1 17

PENGARUH PEMAHAMAN TENTANG STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN DAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN TERHADAP PROSES REVIU LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH OLEH INSPEKTORAT DAN IMPLIKASINYA TERHADAP KUALITAS LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH PADA INSPEKTORAT KABUP

0 0 13

PENGARUH PEMAHAMAN STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN (SAP), PEMANFAATAN SISTEM INFORMASI AKUNTANSI KEUANGAN, SISTEM PENGENDALIAN INTERN DAN PERAN INTERNAL AUDIT TERHADAP KUALITAS LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN PATI

1 3 17