Persamaan Pertama Fungsi Nilai Total Impor Indonesia

meningkat dari 6.4 pada 2004 naik menjadi 17.11 pada 2005 atau meningkat 10.71. Setelah shock kenaikan harga BBM dalam negeri tahun 2005 perlahan tingkat inflasi kembali stabil terlihat ditahun 2006 yang menyentuh 6.6, tahun 2007. 6.56 dan tahun 2008 sebesar 11.06.

4.3. Analisis dan Pembahasan

Untuk pengujian hipotesa yang dirumuskan dalam penelitian ini, maka dilakukan estimasi dengan metode Ordinary Least Square OLS untuk data time series 30 tahun dengan menggunakan program Eviews versi 7.

4.3.1. Persamaan Pertama Fungsi Nilai Total Impor Indonesia

Persamaan pertama mengestimasi pengaruh produk domestik bruto, nilai tukar rupiah dan inflasi terhadap nilai total impor Indonesia. Hasil estimasi sebagai berikut : LOGIMP = 4.3851 + 0.8883 LOGPDB - 0.7766 LOGNTR + 0.1853 LOGINF Std. error 0.080346 0.122641 0.062435 t-statistic 11.05657 -6.332851 2.969276 Prob t-stat 0.0000 0.0000 0.0063 R = 2 0.928459 F-statistik = 112.4760 Adj R = 2 0.920204 Prob F-stat = 0.00000 Dw = 1.320315 Universitas Sumatera Utara

4.3.1.1. Uji Kesesuaian Test of Goodness of Fit

Ketepatan model dapat dilakukan dengan Uji Kesesuaian Test of Goodness of Fit sebagaimana tertera dalam lampiran 4 sebagai berikut : a. Koefisien Determinasi R 2 Berdasar hasil estimasi diperoleh koefisien determinasi R 2 b. Uji Parsial t-test untuk persamaan pertama sebesar 0.928459 yang bermakna bahwa variabel bebas produk domestik bruto, nilai tukar rupiah dan tingkat inflasi mampu menjelaskan variasi nilai total impor Indonesia sebesar 92.84 persen selama kurun waktu yang diteliti sedangkan sisanya sebesar 7.16 persen dijelaskan oleh variabel lain di luar model. Besarnya nilai variasi dari variabel bebas tersebut menunjukkan bahwa pergerakkan nilai total impor Indonesia selalu dipengaruhi oleh PDB, nilai tukar dan tingkat inflasi dimana setiap perubahan dari variabel bebas tersebut akan merubah impor Indonesia . Hasil estimasi menunjukkan bahwa variabel PDB secara signifikan mempengaruhi nilai total impor Indonesia pada tingkat α = 1 persen t-stat =11.05657, prob = 0,000. Nilai tukar rupiah secara signifikan mempengaruhi nilai total impor Indonesia pada tingkat α = 1 persen t-stat = -6.332851, prob = 0,0000. Tingkat inflasi juga mempunyai pengaruh signifikan terhadap nilai total impor Indonesia pada tingkat α = 1 persen t-stat = 2.969276, prob = 0.0063. Universitas Sumatera Utara c. Uji Signifikansi Simultan F-test Hasil uji F Overall yang dilakukan untuk melihat signifikansi secara bersama-sama variabel PDB, nilai tukar rupiah dan tingkat inflasi dalam mempengaruhi variabel nilai total impor Indonesia. Hasil estimasi diperoleh nilai F-Statistik sebesar 112.4760 prob 0.000 α 0,05 yang berarti secara bersama-sama PDB, nilai tukar rupiah dan tingkat inflasi dapat mempengaruhi impor Indonesia. Dari hasil estimasi persamaan di atas maka dapat diketahui bahwa: 1. Apabila PDB mengalami peningkatan sebesar 1 persen maka nilai total impor Indonesia akan meningkat 0.8883 persen, ceteris paribus. 2. Apabila nilai tukar rupiah mengalami peningkatan sebesar 1 persen maka nilai total impor Indonesia akan menurun 0.7766 persen, ceteris paribus. 3. Apabila inflasi mengalami peningkatan sebesar 1 persen maka nilai total impor Indonesia akan meningkat 0.1853 persen, ceteris paribus. Hasil penelitian ini telah sesuai dengan teori yang ada dimana PDB dan inflasi memiliki hubungan positif dengan impor, nilai tukar memiliki hubungan negatif dengan impor.

4.3.1.2. Uji Asumsi Klasik

a. Uji Autokorelasi Untuk mengetahui ada tidaknya autokorelasi dalam model penelitian ini dilakukan dengan Langrange Multiplier Test LM Test. Hasil uji LM test Universitas Sumatera Utara yang tertera pada lampiran 4.1. menunjukkan bahwa besarnya nilai X 2 b. Uji Multikolinearitas hitung ObsR-squared = 1.851031 dengan Probability 0.1737 yang berarti tidak signifikan dikarenakan nilai probabilitynya lebih besar dari 0.05. Dengan demikian, menurut uji serial korelasi LM test yang menyatakan bahwa tidak terdapat autokorelasi dalam hasil estimasi. Uji multikolinearitas digunakan Metode Klein yang dikemukakan oleh L.R.Klein. Metode ini membandingkan lower case korelasi antar masing- masing variabel independen. Apabila nilai r 2 R 2 hasil regresi variabel dependen terhadap semua variabel independen, atau dengan kata lain, multikolinearitas terjadi apabila r 2 X1, X2, Xk R 2 X1, X2, Xk dan multikolinearitas dikatakan mempunyai derajat yang rendah apabila: r 2 X1, X2, Xk R 2 Berdasarkan hasil analisis data, dimana semua variabel independen saling berhubungan dengan derajat yang rendah, artinya tidak ditemukan ada nilai r X1, X2, Xk. 2 R 2 c. Uji Linearitas Lampiran 3. Hasil pengujian dengan Ramsey RESET test diperoleh nilai F-Statistik sebesar 0.5634 dengan nilai probabilitas 0.4599 lebih besar dari 0.05 Lampiran 4.2. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa model persamaan di atas sudah linier dan benar. Universitas Sumatera Utara d. Uji Normalitas Kriteria yang digunakan adalah jika nilai probabilitas Jarque-Bera JB test alpha 0,05 maka data dikatakan berdistribusi normal, atau dapat juga dilihat dari nilai JB X²tabel maka residualnya berdistribusi normal. Hasil pengujian Jarque-Bera JB test yang tertera pada lampiran ditemukan bahwa angka probability 0,05 yaitu 0,308588 Lampiran 4.3. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa model empiris yang digunakan adalah mempunyai residual atau faktor pengganggu yang berdistribusi normal.

4.3.2. Persamaan Kedua Fungsi Nilai Impor Migas Indonesia