PENUTUP Aspek Hukum Dalam Perjanjian Leasing Ditinjau Dari Peraturan Menteri No.84/PMK.012/2006 Dan Kaitannya Dengan Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

3. Penyelesaian Wanprestasi dalam Perjinjian Leasing ...................................................................... 75

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ........................................................................... 79 B. Saran .................................................................................... 81 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN Universitas Sumatera Utara ABSTRAK Juli Harianto Silaen Prof. Dr. Runtung Sitepu, S.H., M.Hum Muhammad Siddik, S.H., M.Hum Kebutuhan akan dana bagi seseorang merupakan hal yang sering kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari. Lembaga konvensioanl yang namanya bank, ternyata tidak cukup ampuh untuk menanggulangi berbagai keperluan dana nagi masayrakat. Kemudian dicarilah bentuk-bentuk penyandang dana untuk membantu penyaluran dana, salah satunya adalah Leasing. Yang menjadi permasalahan dalam skripsi ini adalah bagaimana kedudukan perjanjian Leasing dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata dan apa perbedaannya dengan perjanjian lainnya, bagaimana proses pelaksanaan perjanjian Leasing oleh sebuah perusahaan pembiayaan dan apa saja hak dan kewajiban masing-masing pihak, apa saja isi dan bagaimana bentuk perjanjian Leasing, serta faktor-faktor apa saja yang menyebabkan wanprestasi dalam sebuah perjanjian Leasing, apa yang menjadi akibatnya dan bagaimana penyelesaiannya. Metode penelitian dalam skripsi ini adalah penelitian kepustakaan dimana penulis mengumpulkan data berdasarkan sumber-sumber kepustakaan, pendapat sarjana, dan peraturan perundang-undangan yang menjadi acuan bagi penulis. Perjanjian Leasing merupakan jenis perjanjian yang berkembang dalam masyarakat modern atas kebutuhan dari masyarakat.. Perjanjian Leasing tidak diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata dan juga memiliki berbagai perbedaan dengan perjanjian lainnya Dalam membuat sebuah perjanjian Leasing, perusahaan pembiayaan biasanya melakukannya dalam beberapa tahap. Dalam Leasing, tiap-tiap pihak mempunyai hak dan kewajiban yang berbeda. Lessor mempunyai hak untuk menerima uang angsuran dan denda juka terjadi keterlambatan pembayaran angsuran. Sedangkan Lessee mempunyai hak untuk menerima dan memakai barang modal. Kewajiban dari Lessor adalah untuk menyediakan barang modal bagi Lessee, sedangkan kewajiban Lessee adalah membayar angsuran atas barang modal kepada Lessor. Juka terjadi wanprestasi, maka pihak Lessor selaku perusahaan pembiayaan akan memberikan peringatan tertulis kepada pihak Lessee sampai pada peringatan yang ke 3 tiga. Jika Lessee tidak juga membayar kewajibannya, maka Lessor dapat menarik kembali barang modal tersebut. Wanprestasi yang terjadi dapat diselesaikan dengan 2 dua cara yaitu melalui perdamaian dan Over Credit. Departemen Hukum Perdata Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Staff Pengajar Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN