Pengertian dan Sejarah Berkembangnya Leasing di Indonesia

F. Pengertian dan Sejarah Berkembangnya Leasing di Indonesia

Sewa Guna Usaha adalah istilah yang dipakai dalam peraturan tentang Lembaga Pembiayaan sebagai terjemahan dari istilah bahasa Inggris Leasing dari kata dasar Lease, yang artinya sewa menyewa. Kemudian, dalam dunia bisnis Leasing berkembang sebagai bentuk sewa-menyewa, yaitu dalam bentuk pembiyaan perusahaan berupa penyedia barang modal yang digunakan untuk menjalankan usahanya dengan mebayar sewa selama jangka waktu tertentu. 13 Berdasarkan defenisi tersebut konsep Leasing sebagai bentuk sewa- menyewa yang disebut Sewa Guna Usaha sudah lebih terarah dan jelas. Hal ini dinyatakan oleh unsur-unsur berikut : Untuk mengetahui Leasing sebagai Sewa Guna Usaha, yaitu suatu bentuk dari sewa-menyewa, perlu ditelaah ketentuan yang terdapat dalam Peraturan Perizinan Usaha Leasing. Menurut Surat Keputusan Bersama Menteri Keuangan, Menteri Perindustrian dan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor : Kep-122MKIV21974, Nomor : 32MSK21974, Nomor : 30KpbI74, teertanggal 7 Februari 1974 tentang Perizinan Usaha Leasing dalam Pasal 1, menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan Leasing adalah setiap kegiatan pembiayaan perusahaan dalam bentuk penyediaan barang modal untuk digunakan oleh suatu perusahaan untuk suatu jangka waktu tertentu, berdasarkan pembayaran secara berkala disertai dengan hak pilih opsi bagi perusahaan tersebut untuk membeli barang modal yang bersangkutan, atau memperpanjang jangka waktu Leasing berdasarkan nilai sisa yang telah disepakati bersama. 14 1. Pembiayaan Perusahaan. Pembiayaan tidak dalam bentuk dana, melainkan dalam bentuk barang modal yang digunakan untuk kegiatan usaha bisnis. 2. Penyediaan barang modal Dalam hal ini, biasanya disediakan oleh Supplier atas biaya Lessor untuk digunakan oleh Lessee bagi keperluan bisnis. 13 Abdulkadir Muhammad dan Rilda Murniati, Segi Hukum: Lembaga Keuangan dan Pembiayaan, PT Citra Aditya Bakti, Bandung, 2004, hal.201. 14 Ibid. hal.202. Universitas Sumatera Utara 3. Digunakan oleh suatu perusahaan. Barang modal tersebut merupakan bentuk pembiayaan suatu perusahaan dalam menjalankan usahanya. 4. Pembayaran sewa secara berkala. Yaitu merupakan kewajiban Lessee membayar angsuran harga barang modal kepada Lessor yang sudah melunasinya kepada Supplier. 5. Jangka waktu tertentu. Yaitu berapa tahun Sewa Guna Usaha dilakukan, dan setelah jangka waktu berakhir, ditentukan status kepemilikan barang modal tersebut. 6. Hak opsi untuk membeli barang modal. Pada saat kontrak berakhir, Lessee diberi hak opsi untuk membeli barang modal tersebut sesuai dengan harga yang disepakati, atau mengembalikannya kepada Lessor. Menurut Surat Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 84PMK.0122006 tentang Perusahaan Pembiayaan menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan Sewa Guna Usaha Leasing adalah kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan barang modal baik secara Sewa Guna Usaha dengan hak opsi Finance Lease maupun Sewa Guna Usaha tanpa hak opsi Operating Lease untuk digunakan oleh Penyewa Guna Usaha Lessee selama jangka waktu tertentu berdasarkan pembayaran secara angsuran. Berdasarkan defenisi tersebut, terdapat hal-hal penting yang perlu digaris bawahi di dalam transaksi Sewa Guna Usaha, yaitu : 15 1. Transaksi Sewa Guna Usaha dapat dibedakan menjadi 2 dua yaitu Sewa Guna Usaha dengan hak opsi Finance Lease dan Sewa Guna Usaha tanpa hak opsi Operating Lease. Selain itu, kegiatan Sewa Guna Usaha dapat juga dilakukan dengan cara membeli barang modal milik penyewa guna usaha yang kemudian disewagunausahakan kembali Sale and Lease back; 2. Objek pembiayaan Sewa Guna Usaha harus berbentuk barang modal; 15 Budi Rahmat, op.cit, hal. 58. Universitas Sumatera Utara 3. Pembayaran Sewa Guna Usaha dapat dilakukan secara bulanan, dua bulanan, tiga bulanan, berdasarkan kesepakatan antara Lessor dan Lessee; 4. Transaksi Sewa Guna Usaha mensyaratkan dibuat dalam jangka waktu tertentu. Eksistensi Leasing di Indonesia baru terjadi di awal dasawarsa tahun 1970- an, dan perkembangan sejarah bisnis Leasing di Indonesia sangat terkait secara erat dengan kebijaksanaan pemerintah. Perkembangan Leasing dalam sejarah di Indonesia tersebut dapat diklasifikasikan ke dalam 3 tiga fase, sebagai berikut : 16 1. Fase Pengenalan Yaitu merupakan fase pertama dari bisnis Leasing di Indonesia, yang terjadi antara tahun 1974 sampai dengan tahun 1983. Fase pertama ini dimulai dengan keluarnya beberapa peraturan pada tahun 1974, yang khusus mengatur tentang hukum Leasing tersebut. Dalam fase ini, Leasing belum begitu dikenal dalam masyarakat, dan perkembangannya tidak begitu pesat. Konsekuensinya, jumlah perusahaan Leasing pada waktu itu belum seberapa dan jumlah transaksinya juga masih relatif kecil. 2. Fase pengembangan Yaitu merupakan fase kedua, yang terjadi antara tahun 1984 sampai dengan tahun 1990. Dalam fase ini, bisnis Leasing cukup pesat perkembangannya, hal ini bersamaan dengan pesatnya pertumbuhan bisnis di Indonesia. Dimana perkembangan perusahaan dan jumlah besarnya kontrak Leasing mengalami peningkatan. Pada fase kedua ini, beberapa segi operasionalisasi Leasing telah berubah, misalnya dalam hal metode perhitungan penyusutan aset untuk kepentingan perpajakan. Hal ini merupakan akibat berlakunya Undang-Undang Pajak tahun 1984, 16 Munir Fuadi, Hukum Tentang Pembiayaan dalam teori dan praktek, PT Citra Aditya Bakti, Bandung, 2006,hal. 14 Universitas Sumatera Utara sementara itu sistem peloporan pajak dalam periode ini masih menggunakan Operating method seperti fase sebelumnya. 3. Fase Konsolidasi Yaitu merupakan fase ketiga, merupakan fase Konsolidasi dari fase perkembangan Leasing di Indonesia, yang terjadi sejak tahun 1991 sampai sekarang. Pada periode ini, izin-izin pendirian perusahaan Leasing yang sebelumnya agak diperketat, kemudian dibuka kembali. Perusahaan Multi Finance juga didirikan pada periode ini. Salah satu perubahan yang terjadi pada fase ini adalah diubahnya sistem perpajakan, dari semula dengan Operating method berubah menjadi Financial method. Perubahan sistem perhitungan pajak ini mulai berlaku sejak 19 Januari 1991, berdasarkan ketentuan dalam Surat Keputusan Menteri Keuangan Nomor 1169KMK.011991. Sungguhpun perkembangan bisnis Leasing sudah mulai terasa di Indonesia, banyak pihak yang mengatakan bahwa perkembangannya masih jauh dari yang diharapkan. Hal ini antara lain disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut, yaitu : 17 1. Karena bisnis Leasing masih terbilang relatif baru; 2. Kurangnya promosi dan lemahnya aturan hukum; 3. Masyarakat masih lebih terfokus pada barang-barang primer, dan belum terhadap barang-barang lainnya; 4. Ada anggapan sementara pihak, bahwa beban yang dipikul oleh para pihak lebih besar dibandingkan dengan fasilitas perbankan; 5. Untuk Leasing barang-barang tertentu dibutuhkan jaminan, sehingga orang cenderung memilih sistem perbankan. 17 Ibid, hal.16. Universitas Sumatera Utara

G. Dasar Hukum Leasing dan Pihak-Pihak Dalam Perjanjian Leasing 1.Dasar Hukum Leasing