Jenis-Jenis Perjanjian. PERJANJIAN MENURUT KITAB UNDANG-UNDANG

E. Jenis-Jenis Perjanjian.

Menurut Mariam Barus Badrulzaman, jenis-jenis perjanjian itu dapat dibedakan menurut berbagai cara diantaranya : 37 1. Perjanjian Timbal Balik. Perjanjian timbal balik adalah perjanjian yang menimbulkan kewajiban pokok bagi kedua belah pihak, misalnya perjanjian jual beli. 2. Perjanjian Cuma-Cuma dan Perjanjian Atas Beban. a. Perjanjian Cuma-Cuma adalah perjanjian yang hanya memberikan keuntungan bagi salah satu pihak saja, misalnya Hibah. 38 b. Perjanjian atas beban adalah salah satu bentuk perjanjian, dimana terdapat prestasi dari pihak yang satu selalu mendapat kontra prestasi dari pihak lain, dan antara kedua prestasi tersebut ada hubungannya menurut hukum. Mengenai perjanjian Cuma-Cuma dan atas beban ini diatur dalam pasal 1314 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata yang berbunyi : “ Suatu perjanjian dibuat dengan Cuma-Cuma atau atas beban.” 3. Perjanjian Bernama benomed dan Perjanjian Tidak Bernama nonbenomed a. Perjanjian bernama benomed overenkomst adalah perjanjian-perjanjian dengan nama tertentu dan diatur dalam peraturan perundang-undangan. Perjanjian bernama ini disebut juga dengan nama “perjanjian khusus” atau “perjanjian tertentu” Ibapaalde overenkomsten diatur dalam Buku III Kitab Undang-Undang Hukum Perdata yaitu Bab V sampai Bab XVIII. b. Perjanjian tidak bernama adalah perjanjian-perjanjian yang tidak ada diatur dalam peraturan perundang-undangan, tetapi merupakan perjanjian yang timbul dalam lalu lintas hukum kemasyarakatan. Timbulnya perjanjian tidak bernama ini adalah sebagai konsekeunsi dari adanya asas 37 Mariam Darus Badrulzaman, KUHPerdata Buku III Hukum Perikatan dengan Penjelasan, Bandung : Alumni, 1996. Hal. 91-97 38 Ibid. hal. 91 Universitas Sumatera Utara kebebasan untuk mengikat perjanjian. Salah satu contoh perjanjian tidak bernama ini adalah sewa-beli, Leasing. Dan sebagainya. 39 4. Perjanjian Obligator dan Perjanjian Kebendaan a. Perjanjian obligator adalah perjanjian dimana pihak-pihak terikat untuk melakukan penyerahan kepada pihak yang lain. Perjanjian obligator ini adalah perjanjian yang menimbulkan perikatan yang tidak mempunyai “zakelijke werking” yang artinya tidak berkekuatan langsung mengenai kedudukan barangnya. 40 b. Perajanjian kebendaan adalah perjanjian dengan nama hak milik seseorang atas benda beralih atau berpindah kepada pihak lain. Namun dalam hal ini menurut Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, perjanjian jual-beli saja belumlah mengakibatkan hak milik atas benda yang diperjual-belikan beralih dan masih diperlukan satu lembaga lain yaitu penyerahan. Perjanjian jual-beli itu dikatakan perjanjian Obligatoir kerena membebankan kewajiban Oblige kepada para pihak untuk melakukan penyerahan Leavering. Dengan demikian maka penyerahan sendiri adalah merupakan perjanjian kebendaan. Jadi, pentingnya pembedaan antara perjanjian Obligatoir dan perjanjian kebendaan ini adalah untuk mengetahui keberadaan penyerahan leavering sebagai realisasi dari perjanjian, serta untuk mengetahui keabsahan penyerahan itu menurut hukum Indonesia. 5. Perjanjian Konsensuil dan Perjanjian Riil. a. Perjanjian konsensuil adalah perjanjian dimana apabila kata sepakat telah dicapai antara kedua belah pihak, maka perjanjian itu telah mengikat mereka. Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata hal ini diatur dalam pasal 1320 yang mengatur tentang syarat sah sebuah perjanjian. b. Perjanjian riil adalah perjanjian yang baru sah apabila barang yang menjadi objek persetujuan itu telah diserahkan. Misalnya : gadai dan sebagainya. 39 Ibid. hal. 93 40 Ibid.hal.94 Universitas Sumatera Utara 6. Perjanjian-Perjanjian Yang Mempunyai Sifat Istimewa Disamping pembagian perjanjian tersebut diatas, menurut Mariam Darus, ada lagi jenis-jensi perjanjian yang sifatnya istimewa yaitu sebagai berikut : a. Perjanjian Loberatoir yaitu perjanjian dimana para pihak membebaskan diri dari kewajiban yang ada, misalnya pembebasan hutang Pasal 1438 KUHPerdata b. Perjanjian Pembuktian bewijsoovereenkomst yaitu perjanjian dimana para pihak menentukan pembuktian apa yang berlaku di antara mereka. c. Perjanjian untung-untungan, misalnya perjanjian asuransi Pasal 1774 KUHPerdata d. Perjanjian Publik yaitu perjanjian yang sebagian atau seluruhnya dikuasai oleh publik, karena salah satu pihak bertindak sebagai penguasa pemerintah, misalnya perjanjian ikatan dinas. Universitas Sumatera Utara

BAB IV ASPEK HUKUM DALAM PERJANJIAN LEASING DITINJAU DARI