pencampuran fisik. Jenis reaksi yang terlibat tergantung dari kebutuhan dan bahan yang ada, yang mungkin merupakan reaksi radikal bebas, ionik, atau
koordinasi. Teknik pengolahan reaktif ini telah dikembangkan oleh al-Malaika dkk 1987 yang dapat digunakan dalam berbagai bidang teknologi polimer.
2.4.5. Kompatibilitas komposit polietilena dengan selulosa
Pencampuran dua atau lebih bahan polimer umumnya menghasilkan sistem fase terpisah, meskipun juga terdapat beberapa campuran polimer yang
dapat campur miscible secara molekuler. Campuran polimer yang tidak dapat campur immicible juga dapat memberikan keuntungan untuk mendapatkan sifat
campuran polimer yang diinginkan, yaitu dengan meminimalkan sifat yang lemah dan mengoptimalkan sifat yang menguntungkan. Bentuk akhir campuran polimer
multifasa sangat bergantung pada fasa morfologi dari bahan polimer dan sifat intermolekuler antara fasa-fasa polimer penyusun. Campuran polimer yang tidak
dapat campur memiliki sifat mekanik yang relatif rendah dibanding penyusunnya dan bentuk dari campuran polimer sangat bergantung pada proses pencampuran
bahan polimer. Fase morfologi benar-benar bergantung pada cara proses pencampuran.
Campuran polimer yang dihasilkan dengan metode campuran lelehan melt mixing lebih baik dari pada pencampuran dalam larutan. Buruknya
interaksi antara bagian-bagian molekul menyebabkan tingginya tegangan antar muka pada lelehan yang mengakibatkan sulitnya mendispersikan komponen
penyusun sebagaimana mestinya selama pencampuran dan rendahnya adhesi antar muka dari komponen-komponen tersebut. Gejala berakibat dininya kegagalan
Universitas Sumatera Utara
mekanik, dan kerapuhan campuran polimer. Cara untuk mengatasi hal ini disebut kompatibilitasi Al-Malaika, 1997.
Banyak cara yang telah dilakukan dalam mendapatkan kompatibilitas antara maktriks dan bahan pengisi. Diantaranya, Quin 1985 mereaksikan bahan
pemantap atau pelekat turunan anhidrida asam maleat ke dalam matriks polipropilena untuk meningkatkan kekuatan dan kemantapan komposit
polipropilena serat kaca. Banyak usaha-usaha yang telah dilakukan untuk mengikat anhidrida maleat ke dalam bahan poliolefin, untuk meningkatkan
polaritas, hidrofilisitas, daya rekat, daya ikat, dan kepekaannya terhadap pengikatan silang Krul, 1984. Hasil akhir dari reaksi modifikasi tersebut
adalah kenaikan kompatibilitas polimer tersebut dengan bahan pengisi dan polimer lainnya. Joly dkk 1996 melakukan kompatibilitas matriks polipropilena
direaksikan melalui ikatan ester yang menghasilkan ikatan kimia dengan serat selulosa, dan melibatkan pembentukan rantai alifatis pendek pada permukaan
serat, yang ternyata menghasilkan kenaikan ketahanan bahan terhadap propagasi retakan. Sedangkan hendenberg dan Gatenholm 1996 meningkatkan
kompatibilitas campuran polimer polietilena-serbuk selulosa dengan perlakuan ozon terhadap matriks polietilena. Perlakuan dengan ozon tersebut, dilaporkan
menghasilkan gugus karbonil dan hidroperoksida pada rantai polietilena, yang akan terdekomposisi selama pengolahan dan menghasilkan gugus karbonil dan
hidroperoksida pada rantai polietilena, yang akan terdekomposisi selama pengolahan dan menghasilkan ikatan kimia dengan serbuk selulosa.
Universitas Sumatera Utara
2.5. Teori adhesi
Adhesi adalah permukaan antaramuka daripada unsur-unsur yang dicampur atau disatukan. Antaramuka pada komposit adalah satu permukaan yang
dibentuk ikatan bersama antara serat dan matriks yang membentuk ikatan perantaraan yang diperlukan untuk pemindahan beban. Ia memiliki sifat fisik dan
mekanik yang unik, yang tidak mungkin dihasilkan oleh serat atau matriks saja. Matriks dapat melekat dengan serat dan juga memindahkan tegasan kepada serat
dengan adanya adhesi atau pengikatan antaramuka antara matriks dengan serat yang baik. Sifat ini sangat penting untuk adhesi daripada dua bahan yang
berpasangan. Fasa antara muka merupakan kawasan yang paling tinggi menerima tegasan. Antaramuka yang baik dapat memindahkan tegasan ke serat dengan
sempurna seterusnya dapat meningkatkan komposit. Walaupun serat yang kuat digunakan sebagai agen penguat dalam suatu komposit, namun bila adhesi yang
terbentuk lemah, kekuatan komposit yang dihasilkan akan lemah Khalil, 2004. Kawasan pertemuan antara matriks dengan serat dikenal sebagai interfasa.
Interfasa bagi suatu komposit adalah kawasan dimana beban dialihkan antara bahan matriks dan penguat. Interaksi yang terjadi antara matriks dan bahan
penguat adalah berbeda dan wujudnya dalam berbagai bentuk. Bentuknya dapat berupa ikatan kimia atau fisika. Ikatan kimia didapati dalam bentuk yang lemah
seperti interaksi van der walls, daya sebaran sedangkan ikatan yang kuat terdiri dari ikatan kovalen dan ikatan hidrogen. Dalam bentuk fisik, ikatan yang terlibat
adalah sifat mekanik yang melibatkan interaksi fisik permukaan. Interfasa ini
Universitas Sumatera Utara