Jenis – Jenis dan Prinsip Perkreditan

Sedangkan pengertian kredit macet diartikan bahwa debitor tidak mampu melaksanakan prestasinya sesuai jangka waktu yang telah ditentukan dalam perjanjian. Konsekuensi yuridis bagi debitor yang telah melakukan wan prestasi tersebut adalah wajib membayar ganti kerugian kepada kreditornya. 24 a. Kelembagaannya;

B. Jenis – Jenis dan Prinsip Perkreditan

Kredit, khususnya kredit perbankan terdiri beberapa jenis apabila dilihat dari beberapa segi criteria tertentu. Pengklasifikasian jenis – jenis kredit tersebut bermula dari klasifikasi yang dijalankan oleh perbankan dalam rangka mengontrol portofolio secara efektif. Dari kegiatan pengklasifikasian tersebut maka saat ini dikenal jenis – jenis kredit yang didasarkan kepada : b. Jangka waktu; c. Penggunaan Kredit; d. Kelengkapan dan keterikatannya dengan dokumen yang dibutuhkannya; e. Aktivitas perputaran usaha; f. Jaminannya; g. Atau berbagai criteria lainya. 25 Pengelompokan kredit dengan melihat jenisnya tersebut tidaklah merupakan sesuatu yang kaku, pengelompokan tersebut hanyalah untuk mempermudah dalam penatalaksanaannya. a. Kredit menurut kelembagaan 24 Tan Kamello,“Perspektif Notaris Sebagai Pejabat Lelang“, Makalah yang disampaikan pada Seminar Nasional tentang Notaris sebagai Pejabat Lelang yang diselenggarakan oleh Universitas Suamtera Utara, Medan, 14 April 2007, hal. 4 25 Muhamad Djumhana, Hukum Perbankan di Indonesia, Bandung : Citra Aditya Bakti, 2003, hal. 373 Universitas Sumatera Utara Kredit perbankan dengan melihat kelembagaannya adalah dalam arti pihak yang terkait sebagai pihak pemberi dan pihak penerima kredit terutama menyangkut struktur kelembagaan pelaksana kredit itu sendiri. Adapun jenis kredit dengan pengelompokan menurut kriteria kelembagaan ini, terdiri dari : 1. Kredit perbankan yang diberikan oleh Bank Pemerintah, atau Bank Swasta kepada masyarakat untuk kegiatan usaha, dan atau konsumsi. Kredit ini diberikan kepada dunia usaha untuk ikut membiayai sebagian kebutuhan permodalan, dan atau untuk membiayai pembelian kebutuhan individu untuk membiayai kebutuhan hidup yang berupa barang maupun jasa. 2. Kredit likuiditas, yaitu kredit yang diberikan oleh Bank Sentral kepada bank – bank yang beroperasi di Indonesia, yang selanjutnya digunakan sebagai dana untuk membiayai kegiatan perkreditannya. 3. Kredit langsung, diberikan oleh Bank Indonesia kepada lembaga pemerintah atau semi pemerintah kredit program. Misalnya Bank Indonesia memberikan kredit langsung kepada Bulog dalam rangka pelaksanaan program pengadaan pangan, atau pemberian kredit langsung kepada Pertamina, atau pihak ketiga lainya. 4. Kredit pinjaman antar bank, diberikan oleh bank yang kelebihan dana kepada bank yang kekurangan dan. Pelaksanaannya dapat menggunakan surat, sarana telekomunikasi maupun wesel unjuk, cek, promes promissory note atau sarana lainya. Dalam prakteknya pinjaman, antara bank tidak terikat hanya dengan bank di dalam negeri saja, melainkan juga dapat terkait dengan antar bank di luar negeri. b. Kredit menurut jangka waktu Dari segi jangka waktunya jenis kredit meliput i : 1. Kredit jangka pendek short term loan yaitu kredit yang berjangka waktu maksimum 1 satu tahun. Bentuknya dapat berupa kredit rekening koran, kredit penjualan, kredit pembelian, dan kredit wesel, juga dapat berupa kredit modal kerja yaitu kredit untuk membiayai kebutuhan modal kerja usaha atau proyek. 2. Kredit jangka menengah medium term loan yaitu kredit berjangka waktu antara 1 satu tahun sampai 3 tiga tahun, bentuknya dapat berupa kredit investasi jangka menegah. 3. Kredit jangka panjang yaitu kredit yang berjangka waktu lebih dari 3 tiga tahun. Kredit jangka panjang ini pada umumnya yaitu kredit investasi yang bertujuan menambah modal perusahaan dalam rangka untuk melakukan rehabilitasi, ekspansi perluasan, dan pendirian proyek baru. c. Kredit menurut penggunaannya Universitas Sumatera Utara Dari segi tujuan penggu naan kredit, jenis kredit terdiri dari : 1. Kredit konsumtif yaitu kredit yang diberikan oleh bank pemerintah, atau bank swasta yang diberikan kepada perseorangan untuk membiayai keperluan konsumsinya untuk kebutuhan sehari – hari. 2 Kredit produktif baik kredit investasi, maupun kredit eksploitasi. Kredit investasi yaitu kredit yang ditujukan untuk penggunaan sebagai pembiayaan modal tetap, yaitu peralatan produksi, gedung, dan mesin – mesin, juga untuk membiayai rehabilitasi, dan ekspansi, relokasi proyek atau pendirian proyek baru. Adapun jangka waktunya dapat berjangka waktu menengah atau berjangka waktu panjang. Sedangkan kredit eksploitasi, adalah yang ditujukan untuk penggunaan pembiayaan kebutuhan dunia usaha akan modal kerja berupa persediaan bahan baku, persediaan produk akhir, barang dalam proses produksi serta piutang, sedangkan jangka waktunya berlaku pendek. 2. Perpaduan antara kredit konsumtif dan kredit produktif semi konsumtif dan semi produktif. d. Kredit menurut keterikatannya dengan dokumen Dari segi dokumen maka jenis ini, yaitu kredit yang sangat terikat dengan dokumen – dokumen berharga yang memiliki substitusi nilai jumlah uang, dan dokumen tersebut merupakan jaminan pokok pemberian kredit sehingga sering disebut documentary credit. Kredit seperti ini banyak digunakan oleh orang yang mengadakan transaksi dagang yang berlainan tempat, dan apabila transaksinya berlainan negara maka sangat terkait sekali dengan valuta asing. Jenis kredit ini diantaranya terdiri : 1. Kredit Ekspor yang semua bentuk kredit sebagai sumber pembiayaan bagi usaha ekspor. Jadi bisa dalam bentuk kredit langsung maupun tidak langsung seperti Universitas Sumatera Utara pembiayaan kredit modal kerja jangka pendek, maupun kredit investasi untuk jenis industri yang berorientasi ekspor. 2. Kredit Impor, unsur dan ruang lingkup dari kredit impor pada dasarnya hampir sama dengan kredit ekspor karena jenis kredit tersebut merupakan kredit dokumen. Kedua jenis kredit yang sangat erat hubungannya dengan dokumen – dokumen tersebut pada pelaksanaanya harus terkait di antaranya dengan surat izin, korespondensi, pengangkutan, administrasi kepabeanan, dan sebagainya. e. Kredit menurut perputaran aktivitas usaha Dari segi besar kecilnya perputaran usaha, yaitu melihat dinamika, sektor yang digeluti, asset yang dimiliki, dan sebagainya, maka jenis kredit terdiri dari : 1. Kredit Kecil, yaitu kredit yang diberikan kepada pengusaha yang digolongkan sebagai pengusaha kecil. Menurut Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor 304KRPDIR tentang Pemberian Kredit Usaha Kecil 4 April 1997, yang dimaksudkan Kredit Usaha Kecil KUK yaitu kredit investasi dan atau kredit modal kerja, yang diberikan dalam rupiah atau valuta asing kepada nasabah usaha kecil dengan plafon kredit keseluruhan maksimum Rp. 350.000.000,00 tiga ratus lima puluh juta rupiah untuk membiayai usaha yang produktif. 2. Kredit Menengah, yakni kredit yang diberikan kepada pengusaha yang asetnya lebih besar dari pengusaha kecil. 3. Kredit Besar, pada dasarnya ditnjau dari segi jumlah kredit yang diterima oleh debitur. Dalam pelaksanaan pemberian kredit yang besar ini bank dengan melihat resiko yang besar pula biasanya memberikannya kredit sindikasi ataupun Universitas Sumatera Utara konsorsium. Hal ini dilakukan untuk menekan resiko serta dana yang tersedia dapat disebar tidak hanya pada satu perusahaan saja. 3. Kredit menurut jaminannya Dari segi jaminannya jenis kredit dapat dibedakan, antara lain : a. Kredit tanpa jaminan, atau kredit blanko unsecured loan. Adapun yang dimaksudkan dengan kredit tanpa jaminan ini yaitu pemberian kredit tanpa jaminan material agunan fisik, pemberiannya sangatlah selektif dan ditujukan kepada nasabah besar yang telah teruji bonafiditas, kejujuran dan ketaatannya dalam transaksi perbankan maupun kegiatan usaha yang dijalaninya. Kredit tanpa jaminan mengandung resiko lebih besar sehingga semua harta kekayaan debitur baik yang bergerak maupun tidak bergerak, yang sudah ada maupun yang akan ada kemudian seluruhnya menjadi jaminan pemenuhan pembayaran hutang. b. Kredit dengan jaminan secured loan Kredit dengan jaminan diberikan kepada debitur selain didasarkan pada keyakinan atas kemampuan debitur juga disandarkan pada adanya agunan atau jaminan yang berupa fisik collateral sebagai jaminan tambahan misalnya berupa tanah, bangunan, alat –alat produksi dan sebagainya. 26 Dalam mengucurkan kredit oleh suatu bank juga harus berpegang pada beberapa prinsip perkreditan sebagai berikut: 27 a. Prinsip kepercayaan 26 Ibid, hal. 374-382 27 Munir Fuady, Hukum Perkreditan Konteporer, Bandung : Citra Aditya Bakti, 1996, hal. 21-26 Universitas Sumatera Utara Sesuai dengan asal kata kredit yang berarti kepercayaan, maka dalam pemberian kredit sebenarnya hendaklah selalu dibarengi oleh kepercayaan. Yakni kepercayaan dari kreditur akan bermanfaatnya kredit bagi debitur sekaligus kepercayaan oleh kreditur bahwa debitur dapat membayar kembali kreditnya. Tentunya untuk dapat memenuhi unsur kepercayaan ini, oleh kreditur mestilah dilihat apakah calon debitur deberikan berbagai kriteria yang biasanya diberlakukan terhadap pemberian suatu kredit. Karena itu timbul prinsip lain yang disebut prinsip kehati – hatian. b. Prinsip kehati – hatian Prinsip kehati – hatian prudent ini adalah salah satu konkretisasi dari prinsip kepercayaan dalam suatu pemberian kredit. Untuk mewujudkan prinsip kehati – hatian dalam pemberian kredit ini maka berbagai fungsi usaha pengawasan dilakukan, baik oleh bank itu sendiri, Bank Indonesia maupun oleh pihak luar. c. Prinsip5 C Prinsip 5 C adalah singkatan dari unsur – unsur Character, Capacity, Capital, Condition dan Collateral. 1. Character kemampuan Salah satu unsur yang harus diperhatikan oleh bank sebelum memberikan kreditnya adalah penilaian atas karakter kepribadianwatak dari calon debiturnya. “kepribadian, moral dan kejujuran dari calon nasabah perlu diperhatikan sehubungan untuk mengetahui apakah ia dapat memenuhi kewajibannya dengan baik, yang timbul dari perjanjian yang akan diadakan”. 28 28 Edi Putra The’Aman, Kredit Perbankan Suatu Tinjauan Yuridis, Yogyakarta : Liberty, 1989, hal. 12. Karena itu, sebelum Universitas Sumatera Utara dikucurkan, harus terlebih dahulu ditnjau apakah misalnya calon debitur yang bersangkutan berkelakuan baik, dan tidak terlibat tindakan – tindakan tidak terpuji lainnya. 2. Capacity kemampuan Seorang calon debitur harus pula diketahui kemampuan bisnisnya, sehingga dapat diprediksikan kemampuan untuk melunasi hutangnya. Kalau kemampuan bisnisnya kecil, tentu tidak layak diberikan kredit dalam skala besar. Demikian juga jika trend bisnisnya ataupun kinerja bisnisnya lagi menurun, maka kreditnya juga semestinya tidak diberikan. Kecuali jika menurunnya itu karena kekurangan biaya sehingga dapat diantisipasi dengan tambahan biaya peluncuran kredit, maka kinerja bisnisnya dipastikan akan semakin membaik. 3. Capital Modal Capital adalah ”modal usaha dari calon nasabah yang telah tersediatelah ada sebelum mendapatkan fasilitas kredit” 29 . Permodalan dari suatu debitor juga merupakan hal-hal yang harus diketahui oleh calon kreditornya. Karena permodalan dan kemampuan keuangan dari seorang debitor akan mempunyai korelasi langsung dengan tingkat kemampuan bayar kredit. Jadi, masalah likuidasi dan solvabilitas dari suatu badan usaha menjadi penting artinya. 29 Ibid, hal 13 Universitas Sumatera Utara 4. Condition kondisi Kondisi perekonomian secara mikro maupun makro merupakan faktor penting pula untuk dianalisa sebelum suatu kredit diberikan, terutama yang berhubungan langsung dengan bisnis pihak debitur. 5. Collateral agunan Dalam pemberian kredit, fungsi agunan sangat penting. Jaminan ini bersifat sebagai jaminan tambahan karena jaminan utama kredit adalah pribadi calon nasabah dan usahanya. d. Prinsip 5 P Dalam pemberian kredit, selain prinsip 5 C juga terdapat prinsip 5 P yang merupakan singkatan dari Party, Purpose, Payment, Profitability dan Protection. 1. Party para pihak Para pihak merupakan titik sentral yang diperhatikan dalam setiap pemberian kredit. Untuk itu pihak pemberi kredit harus memperoleh suatu “kepercayaan” terhadap para pihak, dalam hal ini debitur. Bagaimana karakternya, kemampuannya dan lain sebagainya. 2. Purpose tujuan Tujuan dari pemberian kredit juga sangat penting diketahui oleh pihak kreditur. Harus dilihat apakah kredit akan digunakan untuk hal – hal yang positif yang benar – benar dapat menaikkan income perusahaan. Dan harus pula diawasi agar kredit tersebut benar – benar diperuntukkan untuk tujuan yang diperjanjikan dalam suatu perjanjian kredit. 3. Payment pembayaran Universitas Sumatera Utara Sumber pembayaran kredit dari calon debitur juga harus diperhatikan, apakah cukup tersedia atau cukup aman sehingga dengan demikian diharapkan bahwa kredit yang akan diluncurkan tersebut dapat dibayar kembali oleh debitur yang bersangkutan. Jadi harus dilihat dan dianalisa apakah setelah pembayaran kredit nanti, debitur punya sumber pendapatan, dan apakah pendapatan tersebut mencukupi untuk membayar kembali kreditnya. 4. Profitability perolehan laba Unsur perolehan laba oleh debitur tidak kurang pula pentingnya dalam suatu pembayaran kredit. Untuk itu, kreditur harus dapat berantisifasi, apakah laba yang akan diperoleh oleh perusahaan menutupi pembayaran kembali kredit, cash falow dan sebagainya. 5. Protection perlindungan Diperlukan suatu perlindungan terhadap kredit oleh perusahaan debitur. Untuk itu, perlindungan dari kelompok perusahaan, atau jaminan dari holding atau jaminan pribadi pemilik perusahaan penting dan harus diperhatikan. Terutama untuk berjaga – jaga sekiranya terjadi hal – hal di luar prediksi semula. e. Prinsip 3 R Yang dimaksud dengan prinsip 3R adalah singkatan dari Returns, Repayment, dan Risk Bearing Ability. 1. Returns hasil yang diperoleh Returns merupakan hasil yang akan diperoleh oleh debitur, dalam hal ini ketika telah dimanfaatkan nanti mestilah dapat diantisipasi oleh kreditur. Artinya perolehan tersebut mencukupi untuk membayar kembali kredit beserta bunga, Universitas Sumatera Utara ongkos – ongkos, di samping membayar cash flow, kredit lain jika ada dan lain – lain. 2. Repayment pembayaran kembali Kemampuan membayar dari pihak debitur tentu saja harus dipertimbangkan. Apakah kemampuan membayar tersebut sesuai dengan jadwal pembayaran kembali dari kredit yang akan diberikan itu. 3. Risk Bearing Ability kemampuan menanggung resiko Selain itu juga perlu diperhatikan sejauh mana terdapatnya kemampuan debitur untuk menanggung resiko. Misalnya dalam hal terjadi hal – hal di luar antisipasi kedua belah pihak. Terutama jika dapat menyebabkan timbulnya kredit macet. Untuk itu harus diperhatikan apakah jaminan danatau asuransi barang atas kredit sudah cukup aman untuk menutupi resiko tersebut.

C. Hal-hal yang Perlu diperhatikan Dalam Pemberian Kredit