C. Penyiksaan dalam Tinjauan Hukum Islam
Penyiksaan adalah proses atau cara perbuatan menyiksa.
10
Pengertian menyiksa adalah menghukum dengan menyengsarakan menyakiti, menganiaya,
berbuat dengan menyengsarakan atau berbuat bengis kepada yang lain dengan menyakiti.
11
Dalam konteks pembahasan skripsi ini, yang dimaksud dengan penyiksaan adalah tindakan penganiayaan yang dilakukan oleh aparat penegak
hukum di luar koridor hukum yang ada. Pasal 36 Piagam Madinah menorehkan sebuah prinsip bagaimana
memperlakukan seseorang tersangka atau seorang pelanggar hokum. Pasal tersebut mengajarkan bahwa memberikan penghukuman yang melebihi hukuman
yang ditentukan itu harus dilarang.
12
Ketika Rasulullah berpidato di Padang Arafah pada waktu Haji Wada’:
….”Bahwa semua riba sudah tidak berlaku. Tetapi kamu berhak menerima kembali padamu. Janganlah kamu berbuat aniaya terhadap
orang lain dan jangan pula kamu teraniaya. ……”
13
Larangan berbuat aniaya dalam khutbah tersebut, secara eksplisit menyatakan bahwa tindakan penyiksaan tidak boleh dilakukan kepada siapa pun,
10
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 2002, Edisi Ketiga, Cet. II, h. 1064
11
Ibid, h. 1064-1065
12
Munawir Sjadzali, Islam dan Tata Negara, Jakarta: UI Press, 1993, Cet. V, h.14
13
Eggi Sudjana, S.H., M.Si., HAM Dalam Perspektif Islam: Mencari Uninersalitas HAM bagi Tatanan Modernitas Yang Hakiki, Jakarta: Nuansa Maadani, 2002, Cet. I, h.159
baik dalam relasi horisontal individu dengan individu maupun vertikal penguasa atau aparat penegak hukum dengan invidu.
Oleh karena itu, Imam Muhammad Syirazi menegaskan bahwa setiap bentuk penyiksaan merupakan suatu hal yang dilarang, karena Allah tidak pernah
memberikan keterangan yang membolehkan tindakan penyiksaan, bahkan terhadap musuh-musuh Allah sekalipun.
14
Penyiksaan merupakan bentuk tindakan penghukuman yang berlebihan. Tindakan yang berlebihan ini dilarang
oleh Allah sebagaimana dalam firmanNya:
☺ Artinya
Dan perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi kamu, tetapi janganlah kamu melampaui batas, Karena Sesungguhnya Allah tidak
menyukai orang-orang yang melampaui batas. Q.S. Al-Baqarah : 190
Pada umumnya, penyiksaan digunakan oleh aparat penegak hukum untuk mengiterogasi seorang tersangka. Bagi Imam Muhammad Syirazi, penyiksaan
adalah sebuah fenomena yang tidak islami. Bahwa untuk mencapai pembuktian hukum yang benar tidak perlu menggunakan penyiksaan, tetapi harus dilakukan
14
Imam Muhammad Syirazi, The Rights of Psioners According to Islamic Teachings, Penerjemah: Taufiqurrahman, Jakarta: Pustaka Zahrah, 2004, Cet. I, h.23-24
melalui investigasi yang cermat dengan semua bukti yang tersedia, termasukmelakukan wawancara yang terperinci.
15
Oleh karena itu, pada pasal 20 Deklarasi Kairo Organisasi Konferensi Islam tentang Hak Asasi Manusia Islam menetapkan bahwa:
Dilarang menjadikan orang disiksa secara fisik dan psikologis, atau segala bentuk penghinaan, kekejaman, dan penistaan. Dilarang juga menjadikan
seorang individu sebagai sasaran percobaan medis atau ilmiah tanpa persetujuannya atau dengan resiko pada kesehatan atau nyawanya. Dilarang
pula mengumumkan aturan darurat yang memberikan kekuasaan eksekutif untuk melaksanakan tindakan di atas.
16
Dengan demikian dapat diambil suatu intisari bahwa hukum Islam pada
prinsipnya melarang siapa saja agar tidak melakukan penghukuman terhadap seseorang yang diduga pelanggar hukum dengan cara menyiksa atau
mengakibatkan derita yang pedih. Terlebih bagi seorang aparat penegak hukum pada era modern saat ini yang sudah dibekali pendidikan dan ketrampilan untuk
mencari kebenaran secara profesional.
D. Penyiksaan dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1998 Tentang