57
terikat pada akibat-akibat hukum dari status badan hukum yang diperoleh PT tersebut.
B. Organ Perseroan Terbatas
Sebagai subyek hukum, PT adalah artificial person, sesuatu yang fiksi, yang diciptakan oleh hukum untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dalam melakukan
perbuatan hukum. PT tidak mungkin memiliki kehendak dan juga tidak dapat melakukan tindakannya sendiri. Untuk membantu PT dalam melaksanakan tugasnya
dibentuklah organ-organ, yang secara teoretis dikenal dalam teori organ badan hukum, yang bertindak untuk dan atas nama PT. Sehubungan dengan hal tersebut, terdapat
tiga organ PT, sebagaimana ditentukan dalam Pasal 1 angka 2 UU PT, yaitu: 1.
Rapat Umum Pemegang Saham RUPS. 2.
Direksi; dan 3.
Dewan Komisaris; Dari ketiga organ tersebut Direksi merupakan satu-satunya organ dalam
Perseroan yang melaksanakan fungsi pengurusan Perseroan di bawah pengawasan Dewan Komisaris. Direksi bertanggung jawab penuh atas pengurusan Perseroan untuk
kepentingan Perseroan, sesuai dengan maksud dan tujuan Perseroan, serta mewakili Perseroan baik di dalam maupun di luar pengadilan. Dewan Komisaris melakukan
tugas pengawasan dan pemberian nasihat kepada Direksi, bilamana perlu. Sedangkan Rapat Umum Pemegang Saham hanya melaksanakan seluruh tugas dan fungsi
Perseroan yang tidak diserahkan kepada Direksi dan Dewan Komisaris.
58
Selain teori organ, dikenal juga teori tentang perwakilan. Teori perwakilan menyatakan bahwa badan hukum bertindak melalui suatu sistem perwakilan yang ada
pada tangan para pengurusnya dalam hal ini Direksi di bawah pengawasan Dewan Komisaris.
111
1. Rapat Umum Pemegang Saham RUPS
Karakteristik dari suatu PT adalah adanya pemisahan antara pemilikan saham dalam Perseroan dan pengurusan PT. Walaupun demikian, pada umumnya pemegang
saham tetap menginginkan suatu kontrol atau pengawasan terhadap jalannya Perseroan, sehingga para pendiri atau pemegang saham, dewasa ini, seringkali tidak
menjadi pengurus atau pengelola dari PT yang didirikan. Adanya kontrol tersebut adalah untuk memastikan atau menjamin bahwa harta kekayaan para pemegang saham
yang telah diasosiasikan dalam wadah PT tersebut tidak diganggu gugat sehubungan dengan kegiatan usaha yang dilaksanakan oleh PT tersebut. Dalam konteks ini,
tanggung jawab yang terbatas dari para pemegang saham menjadi penting, sebab dengan tanggung jawab yang tersebut, para pemegang saham hanya akan menanggung
kerugian yang tidak lebih dari bagian penyertaan yang telah disetujuinya untuk diambil bagian, guna penyelenggaraan dan pengelolaan jalannya Perseroan dengan
baik, kecuali dalam hal-hal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 UU PT
112
dan Pasal 6 ayat 6 UU PT.
113
111
Gunawan Widjaja. Hak Individu Kolektif Para Pemegang Saham. Jakarta: Forum Sahabat. 2008. Hlm. 80.
112
Pasal 3 UU PT menentukan bahwa:
59
Tanggung jawab yang terbatas tersebut juga mengurangi peran dan keterlibatan pemegang saham dalam operasional PT. Adanya tanggung jawab yang
terbatas tersebut menyebabkan tidak setiap kegiatan dari pengurus PT harus diketahui atau disetujui oleh pemegang saham, bahkan juga mengurangi pengawasan terus
menerus terhadap jalannya kegiatan pengelolaan PT secara langsung. Peran pemegang saham ini kemudian disederhanakan menjadi peran yang
diletakkan dalam suatu Rapat Umum Pemegang Saham pada setiap tahunnya dalam bentuk RUPS Tahunan. Dalam hal tertentu, yang diperkirakan membawa akibat bagi
finansial atau kebijakan yang luas dan besar bagi Perseroan, keterlibatan pemegang saham dapat juga dimintakan dalam bentuk penyelenggaraan RUPS Luar Biasa.
Para pemegang saham sebagai perseorangan bukanlah merupakan alat atau organ dari Perseroan, melainkan yang menjadi alatorgan adalah RUPS.
114
Selanjutnya, Simanungkalit menyatakan bahwa:
1 Pemegang saham Perseroan tidak bertanggung jawab secara pribadi atas perikatan yang dibuat atas
nama Perseroan dan tidak bertanggung jawab atas kerugian Perseroan melebihi saham yang dimiliki.
2 Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 tidak berlaku apabila:
a. persyaratan Perseroan sebagai badan hukum belum atau tidak terpenuhi;
b. pemegang saham yang bersangkutan baik langsung maupun tidak langsung dengan itikad
buruk memanfaatkan Perseroan untuk kepentingan pribadi; c.
pemegang saham yang bersangkutan terlibat dalam perbuatan melawan hukum yang dilakukan oleh Perseroan; atau
d. pemegang saham yang bersangkutan baik langsung maupun tidak langsung secara melawan
hukum menggunakan kekayaan Perseroan, yang mengakibatkan kekayaan Perseroan menjadi tidak cukup untuk melunasi utang Perseroan.
113
Pasal 6 ayat 6 UU PT menentukan bahwa Dalam hal jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat 5 telah dilampaui, pemegang saham tetap kurang dari 2 dua orang, pemegang
saham bertanggung jawab secara pribadi atas segala perikatan dan kerugian Perseroan, dan atas permohonan pihak yang berkepentingan, pengadilan negeri dapat membubarkan Perseroan tersebut.
114
Parasian Simanungkalit. RUPS Kaitannya Dengan Tanggung Jawab Direksi Pada Perseroan Terbatas. Jakarta: Wajar Hidup. 2006. Hlm. 35.
60
RUPS adalah rapat umum yang dihadiri oleh para pemegang saham secara bersama-sama. Rapat umum ini menurut hukum dianggap mewakili atau
mencetuskan kehendak dari Perseroan, sehingga keputusan yang diambil dalam rapat ini dianggap sebagai keputusan-keputusan itu sendiri. Keputusan
ini tidak dapat ditentang oleh siapa pun, kecuali jika keputusan tersebut bertentangan dengan undang-undang, atau maksud dan tujuan Perseroan yang
dimuat dalam anggaran dasar.
115
Sebagai upaya untuk tetap dapat mempertahankan konsep monitoring atau
pengawasan dari para pendiri atau pemegang saham terhadap kebijakan pengurusan dan pengelolan Perseroan sesuai dengan maksud dan tujuan Perseroan, kepada para
pendiri atau pemegang saham diberikan saham-saham yang merefleksikan sampai seberapa jauh pemegang saham tersebut dapat melakukan pengawasan danatau
memengaruhi kebijakan pengurusan dan pengelolaan Perseroan sesuai dan maksud dan tujuan Perseroan melalui RUPS. Semakin besar jumlah saham yang dimiliki,
semakin besar pula kewenangan yang dimilikinya dalam RUPS. Pasal 1 angka 4 UU PT menentukan bahwa Rapat Umum Pemegang Saham
adalah organ Perseroan yang mempunyai wewenang yang tidak diberikan kepada Direksi atau Dewan Komisaris dalam batas yang ditentukan dalam Undang-Undang
ini danatau anggaran dasar. Definisi tersebut mengartikan bahwa Direksi dan Dewan Komisaris memiliki kewenangan yang tidak dapat dipengaruhi oleh RUPS. Tugas,
kewajiban dan wewenang dari setiap organ, termasuk RUPS, sudah diatur secara mandiri otonom dalam UU PT.
Kontroversi dalam UU PT yang lama, yaitu mengatakan bahwa RUPS merupakan organ Perseroan yang memegang kekuasaan tertinggi dalam Perseroan
115
Ibid.
61
telah dihapuskan. UU PT yang baru tidak lagi menggunakan kata tertinggi tersebut karena hal tersebut dianggap menyesatkan.
116
Sehubungan dengan hal tersebut, Tumbuan mengatakan bahwa ketiga organ Perseroan, yaitu RUPS, Direksi dan Dewan
Komisaris adalah sejajar dan bukan yang satu membawahi yang lain, melainkan masing-masing organ mempunyai tugas dan kewenangannya sendiri menurut dan
dalam batas yang diatur dalam undang-undang dan anggaran dasar.
117
Kemandirian tugas, kewajiban dan wewenang setiap organ Perseroan tersebut menimbulkan kebebasan bergerak bagi semua organ Perseroan demi kepentingan
Perseroan. Kebebasan bergerak tersebut sangat penting guna memanfaatkan peluang ekonomi demi keuntungan Perseroan. Selama Direksi telah menjalankan
wewenangnya dalam batas ketentuan undang-undang danatau anggaran dasar, ia berhak untuk tidak mematuhi perintah-perintah atau instruksi-instruksi dari organ lain
baik dari Dewan Komisaris maupun daru RUPS.
118
Sehubungan dengan hal tersebut, Budiarto mengatakan bahwa:
Instruksi dari RUPS dapat saja tidak dipenuhi oleh Direksi, meskipun Direksi diangkat oleh RUPS, sebab pengangkatan Direksi oleh RUPS tidak berarti
116
Arif Djohan T. Aspek Hukum Perseroan Terbatas. Jakarta: Harvarindo. 2008. Hlm. 325. Konsep RUPS sebagai organ tertinggi dipengaruhi oleh adanya hak RUPS untuk mengangkat Direksi
dan Dewan Komisaris Perseroan, sehingga Direksi dan Dewan Komisaris mendapat pendelegasian wewenang dari RUPS, atas nama Perseroan, untuk melaksanakan tugas-tugasnya terhadap Perseroan.
Konsep ini dianggap menyesatkan karena kedudukan RUPS menjadi membawahi Direksi dan Dewan Komisaris. Hal ini dapat menimbulkan peluang bagi RUPS untuk mengendalikan jalannya Perseroan,
di mana Direksi akan mengurus Perseroan untuk kepentingan para pemegang saham. Hal tersebut jelas bertentangan dengan prinsip fiduciary duty Direksi. Berdasarkan UU PT yang baru, tidak ada lagi organ
tertinggi yang dikenal dalam PT, namun tetap saja RUPS yang mengangkat Direksi dan Dewan Komisaris, tetapi hanya sebagai hak yang melekat pada RUPS berdasarkan UU PT, bukan hak yang
melekat pada pemegang saham.
117
Fred B. G. Tumbuan dalam Rachmadi Usman. Op. Cit. Hlm. 26.
118
Ali Rido. Op. Cit. Hlm. 339.
62
bahwa wewenang yang dimiliki Direksi merupakan pemberian kuasa atau bersumber dari pemberian kuasa dari RUPS kepada Direksi, melainkan
wewenang yang ada pada Direksi adalah bersumber dari undang-undang dan anggaran dasar. Oleh karena itu, RUPS tidak dapat mencampuri tindakan
pengurusan Perseroan sehari-hari yang dilakukan Direksi, sebab tindakan Direksi semata-mata adalah untuk kepentingan Perseroan, bukan untuk
RUPS.
119
Kemandirian tugas, kewajiban dan wewenang tersebut menggambarkan suatu paham baru yang dikenal sebagai paham institusional. Berdasarkan paham
institusional tersebut, Prasetya mengatakan bahwa: Ketiga organ PT masing-masing mempunyai kedudukan yang otonom dengan
kewenangannya sendiri-sendiri, sebagaimana yang diberikan oleh dan menurut undang-undang dan anggaran dasar, tanpa wewenang organ yang satu boleh
dikerjakan oleh organ yang lain. Selama pengurus menjalankan wewenangnya dalam batas-batas ketentuan undang-undang dan anggaran dasar, pengurus
tersebut berhak untuk tidak mematuhi perintah-perintah atau instruksi-instruksi dari organ lainnya, baik dari komisaris maupun RUPS. Menurut paham
tersebut, wewenang yang ada pada organ-organ bukan bersumber dari limpahan atau kuasa dari RUPS, melainkan bersumber dari ketentuan undang-
undang dan anggaran dasar.
120
Pasal 52 ayat 1 UU PT menentukan bahwa saham memberikan hak kepada pemiliknya untuk:
a. menghadiri dan mengeluarkan suara dalam RUPS;
b. menerima pembayaran dividen dan sisa kekayaan hasil likuidasi;
c. menjalankan hak lainnya berdasarkan UU PT.
119
Agus Budiarto. Op. Cit. Hlm. 57-58. Sebagai perbandingan adalah sebuah yurisprudensi dari Belanda, yang dikenal dengan nama
forumbankarrest tertanggal 21 Januari 1955. Yurisprudensi ini menegaskan bahwa selama Direksi telah melakukan kewajibannya menurut undang-undang dan anggaran dasar, maka Direksi tidak perlu
tunduk kepada instruksi RUPS, Dewan Komisaris ataupun instansi manapun. Hendra Setiawan Boen. Tanggung Jawab Direksi Untuk Memanggil dan Menyelenggarakan RUPS. Op. Cit.
120
Emmy Pangaribuan. Interaksi Fungsi Organ Perseroan Terbatas dan Perlindungannya Kepada Pemegang Saham dan Kreditur Berdasarkan Undang-Undang Perseroan Terbatas. Makalah
Seminar Nasional. Yogyakarta: UGM. 1995. Hlm. 32.
63
Pelaksanaan hak-hak tersebut hanya dapat dilakukan setelah nama pemegang saham dicatat dalam daftar pemegang saham
121
. Perseroan juga dapat mengeluarkan lebih dari satu jenis klasifikasi saham
122
, dimana hak-hak pemegang saham yang ada untuk tiap-tiap klasifikasi dapat dibaca dalam Anggaran Dasar Perseroan.
Untuk mendapatkan hak-haknya tersebut, pemegang saham dapat melakukan pengontrolan terhadap Perseroan melalui organ RUPS. Dalam hal ini yang
121
Pasal 50 UU PT menentukan bahwa: 1
Direksi Perseroan wajib mengadakan dan menyimpan daftar pemegang saham, yang memuat sekurang-kurangnya:
a. nama dan alamat pemegang saham;
b. jumlah, nomor, tanggal perolehan saham yang dimiliki pemegang saham, dan klasifikasinya
dalam hal dikeluarkan lebih dari satu klasifikasi saham; c.
jumlah yang disetor atas setiap saham; d.
nama dan alamat dari orang perseorangan atau badan hukum yang mempunyai hak gadai atas saham atau sebagai penerima jaminan fidusia saham dan tanggal perolehan hak gadai atau
tanggal pendaftaran jaminan fidusia tersebut; e.
keterangan penyetoran saham dalam bentuk lain sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 ayat 2.
2 Selain daftar pemegang saham sebagaimana dimaksud pada ayat 1, Direksi Perseroan wajib
mengadakan dan menyimpan daftar khusus yang memuat keterangan mengenai saham anggota Direksi dan Dewan Komisaris beserta keluarganya dalam Perseroan danatau pada Perseroan lain
serta tanggal saham itu diperoleh.
3 Dalam daftar pemegang saham dan daftar khusus sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dan ayat 2
dicatat juga setiap perubahan kepemilikan saham. 4
Daftar pemegang saham dan daftar khusus sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dan ayat 2 disediakan di tempat kedudukan Perseroan agar dapat dilihat oleh para pemegang saham.
5 Dalam hal peraturan perundang-undangan di bidang pasar modal tidak mengatur lain, ketentuan
sebagaimana dimaksud pada ayat 1, ayat 3, dan ayat 4 berlaku juga bagi Perseroan Terbuka.
122
Pasal 53 ayat 4 menentukan bahwa Klasifikasi saham dimaksud antara lain: a.
saham dengan hak suara atau tanpa hak suara; b.
saham dengan hak khusus untuk mencalonkan anggota Direksi danatau anggota Dewan Komisaris;
c. saham yang setelah jangka waktu tertentu ditarik kembali atau ditukar dengan klasifikasi saham
lain; d.
saham yang memberikan hak kepada pemegangnya untuk menerima dividen lebih dahulu dari pemegang saham klasifikasi lain atas pembagian dividen secara kumulatif atau nonkumulatif;
e. saham yang memberikan hak kepada pemegangnya untuk menerima lebih dahulu dari pemegang
saham klasifikasi lain atas pembagian sisa kekayaan Perseroan dalam likuidasi.
64
mempunyai hak mengontrol adalah RUPS sebagai organ Perseroan, bukan sebagai pemegang saham. Pemegang saham hanya dapat bertindak melalui mekanisme RUPS.
Hak yang melekat pada setiap lembar saham adalah hak yang tidak dapat dibagi-bagi lagi. Hak tersebut bersifat individuil. Hak individuil, yang melekat pada
diri pemegang saham pribadi, dapat dibagi lagi ke dalam hak yang melekat pada penyelenggaraan atau pelaksanaan suatu RUPS, seperti hak untuk meminta
diselenggarakannnya RUPS, hak untuk memanggil RUPS
123
, hak untuk hadir dan mengeluarkan suara dalam RUPS, serta hak yang tidak berkaitan sama sekali dengan
penyelenggaraan atau pelaksanaan RUPS, antara lain hak untuk memperoleh dividen.
2. Direksi
Direksi atau disebut juga pengurus Perseroan adalah alat perlengkapan Perseroan yang melakukan semua kegiatan Perseroan dan mewakili Perseroan, baik di
dalam maupun di luar pengadilan, sehingga ruang lingkup tugas Direksi ialah mengurus Perseroan.
124
Keberadaan Direksi dalam PT adalah sangat penting, yaitu ibarat nyawa bagi Perseroan, dimana tidak mungkin suatu Perseroan tanpa adanya
Direksi, dan sebaliknya Direksi tidak mungkin ada tanpa adanya Perseroan. PT sebagai badan hukum legal entity memiliki kepentingan yang
pencapaiannya dilakukan dengan perantaraan Direksi. Keberadaan Direksi adalah untuk mengurus Perseroan dengan itikad baik dan penuh tanggung jawab. Pengurusan
123
Dalam hal Direksi atau Dewan Komisaris tidak melakukan pemanggilan RUPS. Lihat Pasal 80 ayat 1 UU PT.
124
Agus Budiarto. Op. Cit. Hlm. 61.
65
tersebut merupakan suatu pendelegasian wewenang dari Perseroan kepada Direksi untuk mengurus serta mewakili Perseroan atas dasar fiduciary duty. Dengan
pendelegasian tersebut, segala tindakan pengurusan yang dilakukan dengan itikad baik dan penuh tanggung jawab merupakan tanggung jawab Perseroan, meskipun timbul
kerugian pada Perseroan. Sebaliknya, segala tindakan pengurusan yang dilakukan tidak dengan itikad baik dan penuh tanggung jawab merupakan tanggung jawab
pribadi Direksi, terutama dalam hal timbul kerugian pada Perseroan. Filosofi PT sebagai badan hukum yang mandiri menjadikan pihak luar yang
tidak memiliki andil saham dalam PT tersebut tidak dapat turut campur, dan pengurus Direksi mempunyai kebebasan dalam mengelola PT asalkan dalam koridor
manajemen yang benar. Kebebasan tersebut diberikan agar Direksi tidak dilingkupi dengan rasa takut atau ragu-ragu dalam membuat kebijakan bisnis, sehingga dapat
menghasilkan kebijakan bisnis yang tepat. Namun, jika terbukti pengurus PT tidak menjalankan manajemen yang benar sehingga PT merugi, ia bertanggung jawab
secara pribadi.
125
Dalam peta bisnis modern, posisi Direksi tidak selamanya dipegang oleh pemilik perusahaan, melainkan dipegang oleh para profesional di bidangnya. Dengan
dikelolanya suatu badan usaha secara profesional, kemungkinan terjadinya konflik kepentingan dalam mengelola perusahaan dapat dicegah sedini mungkin.
126
125
Bismar Nasution. Kemandirian Badan Hukum. Jurnal Sosok Sketsa. JurnalNasional: Kamis, 01 Februari 2007.
126
Sentosa Sembiring. Hukum Perusahaan tentang Perseroan Terbatas. Bandung: Nuansa Aulia. 2006. Hlm. 43.
66
Berbagai macam tindakan Direksi dalam mengurus Perseroan tidak hanya berdasarkan ketentuan UU PT danatau anggaran dasar, tetapi juga berdasarkan
ketentuan peraturan perundang-undangan lain, seperti Undang-Undang No. 3 Tahun 1982 tentang Wajib Daftar Perusahaan. Demikian juga, tindakan Direksi tersebut
semakin beragam oleh karena kewenangan Direksi yang bersumber dari anggaran dasar dapat berbeda-beda antara perusahaan yang satu dengan perusahaan lainnya.
Anggota Direksi diangkat oleh RUPS untuk jangka waktu tertentu dan dapat diangkat kembali. Direksi dapat diangkat dari pemegang saham atau bukan pemegang
saham, bahkan pemegang jabatan Direksi sekaligus sebagai pemegang saham hanyalah suatu kebetulan, karena di dalam praktik sering dijumpai Direksi PT adalah
bukan pemegang saham.
127
Pada umumnya, jabatan Direksi ditetapkan untuk jangka waktu tertentu paling lama lima tahun dengan hak untuk dipilih dan diangkat kembali
berdasarkan keputusan RUPS.
128
Menyadari begitu besarnya peran Direksi di dalam menentukan keberhasilan Perseroan, UU PT juga secara umum menentukan syarat-syarat untuk menjadi Direksi
yang dapat dilihat pada Pasal 93 ayat 1. Dalam menjalankan tugasnya Direksi dituntut untuk profesional dan independen, baik terhadap pihak di luar Perseroan
127
Agus Budiarto. Op. Cit. Hlm. 62.
128
Penjelasan Pasal 94 ayat 3 UU PT menyebutkan bahwa persyaratan pengangkatan anggota Direksi untuk “jangka waktu tertentu”, dimaksudkan anggota Direksi yang telah berakhir masa
jabatannya tidak dengan sendirinya meneruskan jabatannya semula, kecuali dengan pengangkatan kembali berdasarkan keputusan RUPS.
67
maupun di dalam Perseroan, termasuk terhadap anggota Direksi lainnya, serta memiliki tanggung jawab yang sama di hadapan hukum.
129
Orang yang dapat diangkat menjadi anggota Direksi adalah orang perseorangan yang cakap melakukan perbuatan hukum, kecuali dalam waktu 5 lima
tahun sebelum pengangkatannya pernah: a.
dinyatakan pailit; b.
menjadi anggota Direksi atau anggota Dewan Komisaris yang dinyatakan bersalah menyebabkan suatu Perseroan dinyatakan pailit; atau
c. dihukum karena melakukan tindak pidana yang merugikan keuangan
negara danatau yang berkaitan dengan sektor keuangan. Pengangkatan anggota Direksi yang tidak memenuhi persyaratan tersebut batal karena
hukum sejak saat anggota Direksi lainnya atau Dewan Komisaris mengetahui tidak terpenuhinya persyaratan tersebut.
Direksi Perseroan terdiri atas 1 satu orang anggota Direksi atau lebih. Dalam hal Direksi terdiri atas 2 dua anggota Direksi atau lebih, pembagian tugas dan
wewenang pengurusan di antara anggota Direksi ditetapkan berdasarkan keputusan RUPS atau Keputusan Direksi. Dalam hal ini, kerja sama di antara anggota Direksi
dalam mengelola Perseroan berdasarkan tanggung jawab kolegial, independen, dan tanggung renteng, tetap dibutuhkan, sehingga fit and proper test mutlak harus
dilakukan sebelum anggota Direksi diangkat. Proses fit and proper test harus
129
Rudi Dogar Harahap. UU PT dan Tanggung Jawab Direksi. Opini. Harian Waspada: Rabu, 27 Februari 2008.
68
dilakukan oleh lembaga yang berkompeten, pakar yang ahli di bidangnya serta dilaksanakan secara jujur dan independen. Dengan proses ini akan dapat dinilai
tingkat kompetensi, integritas dan team work Direksi, sehingga independensi masing- masing anggota Direksi dapat dijaga sejak dini.
130
Untuk pertama kali pengangkatan anggota Direksi dilakukan oleh pendiri dalam akta pendirian. Anggaran dasar mengatur tata cara pengangkatan, penggantian,
dan pemberhentian anggota Direksi dan dapat juga mengatur tentang tata cara pencalonan anggota Direksi. Keputusan RUPS mengenai pengangkatan, penggantian,
dan pemberhentian anggota Direksi juga menetapkan saat mulai berlakunya pengangkatan, penggantian, dan pemberhentian tersebut. Dalam hal RUPS tidak
menetapkan saat mulai berlakunya pengangkatan, penggantian, dan pemberhentian anggota Direksi, pengangkatan, penggantian, dan pemberhentian anggota Direksi
tersebut mulai berlaku sejak ditutupnya RUPS. Pasal 105 UU PT
131
memungkinkan anggota Direksi diberhentikan sewaktu- waktu berdasarkan keputusan RUPS dengan menyebutkan alasannya, namun tetap
130
Ibid.
131
Pasal 105 UU PT menentukan bahwa 1
Anggota Direksi dapat diberhentikan sewaktu-waktu berdasarkan keputusan RUPS dengan menyebutkan alasannya.
2 Keputusan untuk memberhentikan anggota Direksi sebagaimana dimaksud pada ayat 1 diambil
setelah yang bersangkutan diberi kesempatan untuk membela diri dalam RUPS. 3
Dalam hal keputusan untuk memberhentikan anggota Direksi sebagaimana dimaksud pada ayat 2 dilakukan dengan keputusan di luar RUPS sesuai dengan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 91, anggota Direksi yang bersangkutan diberi tahu terlebih dahulu tentang rencana pemberhentian dan diberikan kesempatan untuk membela diri sebelum diambil keputusan
pemberhentian.
4 Pemberian kesempatan untuk membela diri sebagaimana dimaksud pada ayat 2 tidak diperlukan
dalam hal yang bersangkutan tidak berkeberatan atas pemberhentian tersebut.
69
diberikan hak untuk membela diri. Demikian juga halnya dengan Pasal 106 UU PT
132
memungkinkan anggota Direksi diberhentikan untuk sementara oleh Dewan Komisaris dengan menyebutkan alasannya, dengan tetap diberi kesempatan untuk
membela diri. Namun bagi tata cara pengunduran diri Direksi dan tata cara pengisian jabatan anggota Direksi yang lowong, UU PT menyerahkan pengaturannya pada
anggaran dasar masing-masing Perseroan.
3. Dewan Komisaris
Sebelum keluarnya undang-undang yang khusus mengatur mengenai PT, keberadaan organ komisaris pada PT tidak merupakan suatu keharusan atau tidak
mutlak harus ada atau bersifat fakultatif. Ada tidaknya komisaris biasanya ditentukan
5 Pemberhentian anggota Direksi berlaku sejak:
a. ditutupnya RUPS sebagaimana dimaksud pada ayat 1; b. tanggal keputusan sebagaimana dimaksud pada ayat 3;
c. tanggal lain yang ditetapkan dalam keputusan RUPS sebagaimana dimaksud pada ayat 1; atau d. tanggal lain yang ditetapkan dalam keputusan sebagaimana dimaksud pada ayat 3.
132
Pasal 106 UU PT menentukan bahwa: 1
Anggota Direksi dapat diberhentikan untuk sementara oleh Dewan Komisaris dengan menyebutkan alasannya.
2 Pemberhentian sementara sebagaimana dimaksud pada ayat 1 diberitahukan secara tertulis
kepada anggota Direksi yang bersangkutan. 3
Anggota Direksi yang diberhentikan sementara sebagaimana dimaksud pada ayat 1 tidak berwenang melakukan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 92 ayat 1 dan Pasal 98 ayat 1.
4 Dalam jangka waktu paling lambat 30 tiga puluh hari setelah tanggal pemberhentian sementara
harus diselenggarakan RUPS. 5
Dalam RUPS sebagaimana dimaksud pada ayat 4 anggota Direksi yang bersangkutan diberi kesempatan untuk membela diri.
6 RUPS mencabut atau menguatkan keputusan pemberhentian sementara tersebut.
7 Dalam hal RUPS menguatkan keputusan pemberhentian sementara, anggota Direksi yang
bersangkutan diberhentikan untuk seterusnya. 8
Dalam hal jangka waktu 30 tiga puluh hari telah lewat RUPS sebagaimana dimaksud pada ayat 4 tidak diselenggarakan, atau RUPS
tidak dapat mengambil keputusan, pemberhentian sementara tersebut menjadi batal.
9 Bagi Perseroan Terbuka penyelenggaraan RUPS sebagaimana dimaksud pada ayat 4 dan ayat 8
berlaku ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang pasar modal.
70
dalam anggaran dasar PT yang bersangkutan.
133
Hal tersebut didasarkan pada ketentuan Pasal 44 ayat 1 KUHD
134
. Namun sejak dikeluarkannya UU PT lama pada tahun 1995 dan kemudian diganti dengan UU PT tahun 2007, keberadaan komisaris
tidak bersifat fakultatif lagi, bahkan sudah merupakan suatu keharusan. Pasal 1 angka 6 UU PT menentukan bahwa
Dewan Komisaris adalah organ Perseroan yang bertugas melakukan pengawasan secara umum danatau khusus sesuai
dengan anggaran dasar serta memberi nasihat kepada Direksi.
Bahkan, Perseroan yang kegiatan usahanya berkaitan dengan menghimpun danatau mengelola dana
masyarakat, Perseroan yang menerbitkan surat pengakuan utang kepada masyarakat atau Perseroan Terbuka wajib mempunyai paling sedikit 2 dua orang anggota Dewan
Komisaris Pasal 108 ayat 5 UU PT. Dewan Komisaris melakukan pengawasan atas kebijakan pengurusan, jalannya
pengurusan pada umumnya, baik mengenai Perseroan maupun usaha Perseroan, dan memberi nasihat kepada Direksi untuk kepentingan Perseroan, sesuai dengan maksud
dan tujuan Perseroan. Dewan Komisaris terdiri atas 1 satu orang anggota atau lebih. Dewan Komisaris yang terdiri atas lebih dari 1 satu orang anggota merupakan
majelis dan setiap anggota Dewan Komisaris tidak dapat bertindak sendiri-sendiri, melainkan berdasarkan keputusan Dewan Komisaris.
133
Agus Budiarto. Op. Cit. Hlm. 70.
134
Pasal 44 ayat 1 KUHD menentukan bahwa: Perseroan diurus oleh pengurus yang diangkat untuk itu oleh pesero-pesero, sekutu-sekutu atau orang lain yang diangkat untuk itu, dengan atau tidak
dengan menerima upah, dengan atau tidak dengan pengawasan dari komisaris.
71
Anggota Dewan Komisaris diangkat oleh RUPS untuk jangka waktu tertentu dan dapat diangkat kembali. Untuk pertama kali pengangkatan anggota Dewan
Komisaris dilakukan oleh pendiri dalam akta pendirian. Anggaran dasar mengatur tata cara pengangkatan, penggantian, dan pemberhentian anggota Dewan Komisaris serta
dapat juga mengatur tentang pencalonan anggota Dewan Komisaris. Keputusan RUPS mengenai pengangkatan, penggantian, dan pemberhentian anggota Dewan Komisaris
juga menetapkan saat mulai berlakunya pengangkatan, penggantian, dan pemberhentian tersebut. Dalam hal RUPS tidak menentukan saat mulai berlakunya
pengangkatan, penggantian, dan pemberhentian anggota Dewan Komisaris, pengangkatan, penggantian, dan pemberhentian mulai berlaku sejak ditutupnya RUPS.
Menurut Pasal 110 ayat 1 UU PT, yang dapat diangkat menjadi anggota Dewan Komisaris adalah orang perseorangan yang cakap melakukan perbuatan
hukum, kecuali dalam waktu 5 lima tahun sebelum pengangkatannya pernah: a.
dinyatakan pailit; b.
menjadi anggota Direksi atau anggota Dewan Komisaris yang dinyatakan bersalah menyebabkan suatu Perseroan dinyatakan pailit; atau
c. dihukum karena melakukan tindak pidana yang merugikan keuangan
negara danatau yang berkaitan dengan sektor keuangan. Pengangkatan anggota Dewan Komisaris yang tidak memenuhi persyaratan tersebut
batal karena hukum sejak saat anggota Dewan Komisaris lainnya atau Direksi
mengetahui tidak terpenuhinya persyaratan tersebut. Anggota Dewan Komisaris dapat
72
diberhentikan sewaktu-waktu berdasarkan keputusan RUPS dengan menyebutkan alasannya, namun tetap diberikan hak untuk membela diri.
Setiap anggota Dewan Komisaris wajib dengan itikad baik, kehati-hatian, dan bertanggung jawab dalam menjalankan tugas pengawasan dan pemberian nasihat
kepada Direksi untuk kepentingan Perseroan dan sesuai dengan maksud dan tujuan Perseroan. Setiap anggota Dewan Komisaris ikut bertanggung jawab secara pribadi
atas kerugian Perseroan apabila yang bersangkutan bersalah atau lalai menjalankan tugasnya tersebut, kecuali dalam hal sebagai berikut:
a. telah melakukan pengawasan dengan itikad baik dan kehati-hatian untuk
kepentingan Perseroan dan sesuai dengan maksud dan tujuan Perseroan; b.
tidak mempunyai kepentingan pribadi baik langsung maupun tidak langsung atas tindakan pengurusan Direksi yang mengakibatkan kerugian;
dan c.
telah memberikan nasihat kepada Direksi untuk mencegah timbul atau berlanjutnya kerugian tersebut.
Pasal 118 UU PT
135
memberikan peluang bagi Dewan Komisaris dapat melakukan tindakan pengurusan Perseroan dalam keadaan tertentu untuk jangka
waktu tertentu, berdasarkan anggaran dasar atau keputusan RUPS. Tindakan pengurusan tersebut berlaku untuk semua ketentuan mengenai hak, wewenang, dan
135
Pasal 118 UU PT menentukan bahwa: 1
Berdasarkan anggaran dasar atau keputusan RUPS, Dewan Komisaris dapat melakukan tindakan pengurusan Perseroan dalam keadaan tertentu untuk jangka waktu tertentu.
2 Dewan Komisaris yang dalam keadaan tertentu untuk jangka waktu tertentu melakukan tindakan
pengurusan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 berlaku semua ketentuan mengenai hak, wewenang, dan kewajiban Direksi terhadap
Perseroan dan pihak ketiga.
73
kewajiban Direksi terhadap Perseroan dan pihak ketiga. Hal tersebut pada umumnya terjadi karena anggota Direksi atau para anggota Direksi berhalangan, sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 99 UU PT
136
, atau diberhentikan untuk sementara, atau sewaktu pengisi jabatan Direksi sedang kosong atau tidak ada.
Dewan Komisaris pada umumnya bertugas untuk mengawasi kebijakan Direksi dalam mengurus Perseroan serta memberikan nasihat-nasihat kepada Direksi.
Tugas pengawasan itu merupakan bentuk pengawasan sebagai berikut: a.
Pengawasan preventif, yaitu melakukan tindakan dengan menjaga sebelumnya agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan yang akan
merugikan Perseroan, misalnya untuk beberapa perbuatan dari Direksi yang harus dimintakan persetujuan Dewan Komisaris, apakah hal itu sudah
dilaksanakan atau belum, dimana dalam hal ini Dewan Komisaris harus selalu mengawasinya.
b. Pengawasan represif, yaitu pengawasan yang dilakukan untuk menguji
apakah semua perbuatan Direksi itu tidak menimbulkan kerugian bagi Perseroan dan tidak bertentangan dengan undang-undang dan anggaran
dasar, serta apakah nasihat-nasihat dari Dewan Komisaris sudah diperhatikan betul oleh Direksi.
137
Rincian tugas Dewan Komisaris yang biasanya diatur dalam anggaran dasar, antara lain adalah sebagai berikut:
136
Pasal 99 UU PT menentukan bahwa: 1
Anggota Direksi tidak berwenang mewakili Perseroan apabila: a.
terjadi perkara di pengadilan antara Perseroan dengan anggota Direksi yang bersangkutan; atau
b. anggota Direksi yang bersangkutan mempunyai benturan kepentingan dengan Perseroan.
2 Dalam hal terdapat keadaan sebagaimana dimaksud pada ayat 1, yang berhak mewakili Perseroan
adalah: a.
anggota Direksi lainnya yang tidak mempunyai benturan kepentingan dengan Perseroan; b.
Dewan Komisaris dalam hal seluruh anggota Direksi mempunyai benturan kepentingan dengan Perseroan; atau
c. pihak lain yang ditunjuk oleh RUPS dalam hal seluruh anggota Direksi atau Dewan Komisaris
mempunyai benturan kepentingan dengan Perseroan.
137
Agus Budiarto. Op. Cit. Hlm. 71.
74
a. Mengawasi tindakan pengurusan dan pengelolaan Perseroan yang
dilakukan oleh Direksi; b.
Memeriksa buku-buku, dokumen-dokumen, serta kekayaan Perseroan; c.
Memberikan teguran-teguran, petunjuk-petunjuk, nasihat-nasihat kepada Direksi;
d. Memberhentikan anggota Direksi untuk sementara waktu, sebagaimana
dimaksud pada Pasal 106 UU PT.
138
Selanjutnya, tanggung jawab Dewan Komisaris dapat dibagi ke dalam dua bagian sebagai berikut:
a. Tanggung jawab keluar terhadap pihak ketiga, yaitu hanya dalam keadaan-
keadaan istimewa, misalnya dalam hal Dewan Komisaris dibutuhkan oleh Direksi sebagai saksi atau pemberi izin dalam hal Direksi menurut
anggaran dasar harus terlebih dahulu mendapat izin dari Dewan Komisaris dalam perbuatan penguasaan beschikking, seperti menjual, menggadaikan
aset PT.
b. Tanggung jawab ke dalam, yaitu Dewan Komisaris melakukan
pengawasan atas kebijakan pengurusan, jalannya pengurusan pada umumnya, baik mengenai Perseroan maupun usaha Perseroan, dan
memberikan nasihat kepada Direksi. Tanggung jawab tersebut bisa secara kolektif atau majelis. Jika Dewan Komisaris ikut serta dalam pengurusan,
maka biasanya ia ikut memberikan pertanggungjawaban kepada RUPS bersama-sama dengan Direksi.
139
C. Prinsip-Prinsip Hukum Perseroan Terbatas