Tugas dan Wewenang Direksi yang Berkaitan dengan RUPS

BAB III RAPAT UMUM PEMEGANG SAHAM LUAR BIASA

DAN FIDUCIARY DUTY DIREKSI PERSEROAN

A. Tugas dan Wewenang Direksi yang Berkaitan dengan RUPS

Direksi adalah organ Perseroan yang berwenang dan bertanggung jawab penuh atas pengurusan Perseroan untuk kepentingan Perseroan, sesuai dengan maksud dan tujuan Perseroan serta mewakili Perseroan, baik di dalam maupun di luar pengadilan sesuai dengan ketentuan anggaran dasar. Direksi menjalankan tugas dan wewenang tersebut harus dengan itkad baik dan penuh tanggung jawab. Berdasarkan teori organ yang dikemukakan oleh Otto von Gierke, badan hukum merupakan suatu badan yang membentuk kehendaknya melalui perantaraan alat-alat atau organ-organ badan tersebut. PT, sebagai suatu badan hukum, membentuk kehendaknya tersebut antara lain melalui Direksi Perseroan, yang bertindak mewakili Perseroan sebagai badan hukum. 157 Direksi merupakan salah satu organ PT yang tugas dan wewenangnya melakukan pengurusan sehari-hari terhadap PT serta mewakili badan hukum PT dalam melakukan perbuatan hukum dalam rangka hubungan hukum tertentu. Pada hakikatnya, hanya Direksi yang diberikan kekuasaan untuk mengurus dan mewakili PT baik di dalam maupun di luar pengadilan, dengan tetap memperhatikan 157 Berdasarkan analog pendapat Gierke dan Paul Scholten maupun Bregstein, Direksi bertindak mewakili Perseroan sebagai badan hukum. Hakikat dari perwakilan bahwa seseorang melakukan sesuatu perbuatan untuk kepentingan orang lain atas tanggung jawab dari orang itu. Nindyo Pramono dalam Rachmadi Usman. Op. Cit. Hlm. 164. 102 103 kepentingan PT, kecuali dalam keadaan-keadaan tertentu, misalnya terjadi perkara di pengadilan antara Perseroan dengan anggota Direksi yang bersangkutan. Pengurusan tersebut merupakan suatu pendelegasian wewenang dari Perseroan kepada Direksi untuk mengurus serta mewakili Perseroan. Pendelegasian tersebut berdasarkan kuasa Perseroan kepada Direksi yang secara otomatis muncul pada saat diangkat berdasarkan keputusan RUPS. Wewenang yang didelegasikan tersebut timbul tanpa adanya suatu perjanjian tertulis, melainkan oleh karena perikatan berdasarkan undang-undang. Wewenang yang telah diperoleh Direksi tersebut masih dapat didelegasikan lagi berdasarkan 3 jenis prosedur, yaitu: 1. Pendelegasian kewenangan Direksi kepada anggota Direksi lainnya. Pendelegasian ini didasarkan pada ketentuan Pasal 92 ayat 5 dan 6 UU PT, dimana ditentukan bahwa dalam hal Direksi terdiri atas 2 dua anggota Direksi atau lebih, pembagian tugas dan wewenang pengurusan di antara anggota Direksi ditetapkan berdasarkan keputusan RUPS atau keputusan Direksi. Pasal ini memungkinkan adanya pembagian tugas di antara para Direksi melalui pendelegasian tugas dari Direksi yang satu direktur utama kepada anggota Direksi lain. Namun, hal tersebut tetap tidak menghilangkan sistem perwakilan kolegial tanggung jawab renteng Direksi. 2. Pendelegasian kepada pegawai Perseroan dan pendelegasian kepada pihak di luar pegawai Perseroan. Pendelegasian ini didasarkan pada ketentuan Pasal 103 UU PT yang menentukan bahwa Direksi dapat memberi kuasa tertulis kepada 1 satu orang karyawan Perseroan atau lebih atau kepada orang lain untuk dan atas nama 104 Perseroan melakukan perbuatan hukum tertentu sebagaimana yang diuraikan dalam surat kuasa khusus. Pendelegasian tersebut misalnya pemberian kuasa oleh Direksi kepada karyawan bagian hukum legal division suatu perusahaan, atau pemberian kuasa oleh Direksi kepada seorang Advokat, untuk bertindak untuk dan atas nama serta mewakili Perseroan dalam berperkara di pengadilan. Sehubungan dengan peran Direksi dalam PT, Amanat mengumpamakan sebagai berikut: Peran Direksi dalam PT dapat diumpamakan dengan peran para pemain dalam suatu kesebelasan sepakbola, yang berposisi sebagai pemain penyerang, pemain bertahan dan penjaga gawang. Peran Direksi sebagai penyerang adalah mengaplikasikan segala macam strategi bisnis guna meraih keuntungan finansial sebesar mungkin, sebagai goal atau sasaran final yang telah direncanakan dalam rancangan sebelumnya. Peran Direksi sebagai pemain bertahan adalah mempertahankan keuntungan finansial yang telah diraih dan menyusun strategi bisnis berikutnya agar keuntungan finansial yang telah diraih semakin bertambah besar dan tidak berkurang sedikit pun. Penyusunan strategi bisnis senantiasa berubah karena kondisi bisnis senantiasa fluktuatif. Selama rancangan strategi bisnis kondusif dengan iklim bisnis, selama itu pula Perseroan atau perusahaan meraih keuntungan, sehingga Perseroan semakin berkembang pesat dan pada akhirnya menjadi perusahaan raksasa besar. Sedangkan peran Direksi sebagai penjaga gawang adalah mengamankan dan menjaga keutuhan aset-aset PT agar tidak ada yang keluar atau terlepas dari ruang lingkup penguasaan Perseroan yang membawa kerugian terhadap PT. 158 Dalam menjalankan tugas dan wewenangnya, Direksi tidak bertanggung jawab kepada pemegang saham shareholder. Direksi bertanggung jawab atas pengurusan 158 Anisitus Amanat. Pembahasan Undang-Undang Perseroan Terbatas 1995 dan Penerapannya dalam Akta Notaris. Jakarta: Rajagrafindo Persada. 1996. Hlm. 128. 105 Perseroan kepada Perseroan dalam forum RUPS. Direksi diangkat melalui RUPS dan bertanggung jawab kepada RUPS, bukan kepada pemegang saham secara individu. 159 Tanggung jawab adalah kewajiban seseorang individu untuk melaksanakan aktivitas-aktivitas yang ditugaskan kepadanya sebaik mungkin sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya. 160 Tanggung jawab dan kewajiban berdasarkan tugas dan wewenang Direksi berkaitan dengan RUPS yang diatur secara tegas dalam UU PT, yaitu sebagai berikut: 1. Kewajiban memberitahukan keputusan RUPS untuk pengurangan modal Perseroan. 161 2. Menyusun rencana kerja tahunan. Hal ini diatur dalam Pasal 63 ayat 1 jo. 64 ayat 2 yang menentukan bahwa Direksi menyusun rencana kerja tahunan yang juga memuat anggaran tahunan Perseroan sebelum dimulainya tahun buku yang akan datang, dengan atau tanpa persetujuan Dewan Komisaris atau RUPS. 3. Menyampaikan laporan tahunan kepada RUPS. Hal ini diatur dalam Pasal 66 ayat 1 dan 2 yang menentukan bahwa Direksi menyampaikan laporan tahunan kepada RUPS setelah ditelaah oleh Dewan Komisaris dalam jangka waktu paling 159 Hal tersebut seperti yang ditegaskan dalam Gramophone and Typewriter Ltd. v. Stanley [1908] 2 KB 89. Buckley LJ, yang mengungkapkan bahwa: The directors are not servants to obey directions given by the shareholders as individuals; they are agents appointed by and bound to serve the shareholders as their principals. They are persons who may by the regulations be entrusted with the control of the business, and if so entrusted they can be dispossessed from that control only by the statutory majority which can alter the articles. Janet Dine. Op. Cit. Hlm. 91. 160 Winardi. Asas-Asas Manajemen. Bandung: Alumni. 1983. Hlm. 144. 161 Pasal 44 ayat 2 UU PT menentukan bahwa Direksi wajib memberitahukan keputusan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 kepada semua kreditor dengan mengumumkan dalam 1 satu atau lebih Surat Kabar dalam jangka waktu paling lambat 7 tujuh hari terhitung sejak tanggal keputusan RUPS. 106 lambat 6 enam bulan setelah tahun buku Perseroan berakhir. Laporan tahunan harus memuat sekurang-kurangnya: a. laporan keuangan yang terdiri atas sekurang-kurangnya neraca akhir tahun buku yang baru lampau dalam perbandingan dengan tahun buku sebelumnya, laporan laba rugi dari tahun buku yang bersangkutan, laporan arus kas, dan laporan perubahan ekuitas, serta catatan atas laporan keuangan tersebut; b. laporan mengenai kegiatan Perseroan; c. laporan pelaksanaan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan; d. rincian masalah yang timbul selama tahun buku yang memengaruhi kegiatan usaha Perseroan; e. laporan mengenai tugas pengawasan yang telah dilaksanakan oleh Dewan Komisaris selama tahun buku yang baru lampau; f. nama anggota Direksi dan anggota Dewan Komisaris; g. gaji dan tunjangan bagi anggota Direksi dan gaji atau honorarium dan tunjangan bagi anggota Dewan Komisaris Perseroan untuk tahun yang baru lampau. Pasal 69 ayat 3 dan 4 menentukan bahwa Direksi bertanggung jawab atas kerugian karena laporan keuangan yang disediakan ternyata tidak benar danatau menyesatkan. Ketentuan ini merefleksikan keterbukaan informasi dalam rangka pelaksanaan fiduciary duty Direksi terhadap Perseroan. 162 162 Gunawan Widjaja. Risiko Hukum Sebagai Direksi, Komisaris Pemilik PT. Op. Cit. Hlm. 84. 107 4. Kewajiban menyerahkan laporan keuangan Perseroan kepada akuntan publik untuk diaudit. Hal ini diatur dalam Pasal 68 ayat 1 dan 2 yang menentukan bahwa Direksi wajib menyerahkan laporan keuangan Perseroan kepada akuntan publik untuk diaudit apabila: a. kegiatan usaha Perseroan adalah menghimpun danatau mengelola dana masyarakat; b. Perseroan menerbitkan surat pengakuan utang kepada masyarakat; c. Perseroan merupakan Perseroan Terbuka; d. Perseroan merupakan persero; e. Perseroan mempunyai aset danatau jumlah peredaran usaha dengan jumlah nilai paling sedikit Rp. 50.000.000.000,00 lima puluh miliar rupiah; atau f. diwajibkan oleh peraturan perundang-undangan. Dalam hal kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat 1 tidak dipenuhi, laporan keuangan tidak disahkan oleh RUPS. Kewajiban untuk menyerahkan laporan keuangan kepada akuntan publik untuk diaudit timbul dari sifat Perseroan yang bersangkutan. Kewajiban untuk menyerahkan laporan keuangan kepada pengawasan ekstern dibenarkan dengan asumsi bahwa kepercayaan masyarakat tidak boleh dikecewakan. Demikian juga halnya dengan Perseroan yang untuk pembiayaannya mengharapkan dana dari pasar modal. 5. Menyelenggarakan RUPS. Pasal 79 ayat 1 menentukan bahwa Direksi menyelenggarakan RUPS Tahunan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 78 ayat 108 2 dan RUPS lainnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 78 ayat 4 dengan didahului pemanggilan RUPS. 6. Pemanggilan RUPS. Hal ini diatur dalam Pasal 81 ayat 1 jo. Pasal 82 ayat 1 yang menentukan bahwa Direksi melakukan pemanggilan kepada pemegang saham sebelum menyelenggarakan RUPS, dalam jangka waktu paling lambat 14 empat belas hari sebelum tanggal RUPS diadakan. 7. Kewajiban melakukan pemanggilan RUPS atas permintaan. Hal ini diatur dalam Pasal 79 ayat 5 dan 6 yang menentukan bahwa Direksi wajib melakukan pemanggilan RUPS dalam jangka waktu paling lambat 15 lima belas hari terhitung sejak tanggal permintaan penyelenggaraan RUPS diterima. Jika Direksi tidak melakukan pemanggilan RUPS dalam jangka waktu 15 lima belas hari, permintaan penyelenggaraan RUPS diajukan kembali kepada Dewan Komisaris, atau Dewan Komisaris yang melakukan sendiri pemanggilan RUPS. 8. Kewajiban untuk hadir dalam RUPS yang diselenggarakan melalui Penetapan Pengadilan Negeri. Hal ini diatur dalam Pasal 80 ayat 3 huruf b yang menentukan bahwa Direksi danatau Dewan Komisaris wajib untuk hadir dalam RUPS yang diselenggarakan melalui penetapan pengadilan negeri. 9. Pasal 100 ayat 1 menentukan bahwa Direksi wajib: a. membuat daftar pemegang saham, daftar khusus, risalah RUPS, dan risalah rapat Direksi; risalah RUPS dan risalah rapat Direksi memuat segala sesuatu yang dibicarakan dan diputuskan dalam setiap rapat. 109 b. membuat laporan tahunan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 66 dan dokumen keuangan Perseroan sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang tentang Dokumen Perusahaan; dan c. memelihara seluruh daftar, risalah, dan dokumen keuangan Perseroan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b dan dokumen Perseroan lainnya, seperti risalah rapat Dewan Komisaris dan perizinan Perseroan. 163 10. Kewajiban meminta persetujuan RUPS. Hal ini diatur dalam Pasal 102 ayat 1 yang menentukan bahwa Direksi wajib meminta persetujuan RUPS untuk: a. mengalihkan kekayaan Perseroan; atau b. menjadikan jaminan utang kekayaan Perseroan; yang merupakan lebih dari 50 lima puluh persen jumlah kekayaan bersih Perseroan dalam 1 satu transaksi atau lebih, baik yang berkaitan satu sama lain maupun tidak. Yang dimaksud dengan “kekayaan Perseroan” adalah semua barang baik bergerak maupun tidak bergerak, baik berwujud maupun tidak berwujud, milik Perseroan. Pasal 102 ayat 4 menentukan bahwa dalam hal diabaikannya kewajiban untuk meminta persetujuan RUPS, perbuatan hukum sebagaimana dimaksud pada ayat 163 Berdasarkan Undang-Undang No. 8 Tahun 1997 tentang Dokumen Perusahaan, yang dimaksud dengan Dokumen Perusahaan adalah data, catatan, dan atau keterangan yang dibuat dan atau diterima oleh perusahaan dalam rangka pelaksanaan kegiatannya, baik tertulis di atas kertas atau sarana lain maupun terekam dalam bentuk corak apapun yang dapat dilihat, dibaca, atau didengar Pasal 1 angka 2. Dokumen perusahaan terdiri dari dokumen keuangan dan dokumen lainnya Pasal 2. Dokumen keuangan terdiri dari catatan, bukti pembukuan, dan data pendukung administrasi keuangan, yang merupakan bukti adanya hak dan kewajiban serta kegiatan usaha suatu perusahaan Pasal 3. Dokumen lainnya terdiri dari data atau setiap tulisan yang berisi keterangan yang mempunyai nilai guna bagi perusahaan meskipun tidak terkait langsung dengan dokumen keuangan, misalnya risalah RUPS, akta pendirian perusahaan, akta otentik lainnya yang masih mengandung kepentingan hukum tertentu, Nomor Pokok Wajib Pajak Pasal 4. 110 1 tetap mengikat Perseroan sepanjang pihak lain dalam perbuatan hukum tersebut beritikad baik. 11. Wewenang mengajukan permohonan pailit berdasarkan persetujuan RUPS. Hal ini diatur dalam Pasal 104 ayat 1 yang menentukan bahwa Direksi tidak berwenang mengajukan permohonan pailit atas Perseroan sendiri kepada pengadilan niaga sebelum memperoleh persetujuan RUPS, dengan tidak mengurangi ketentuan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang. 12. Melaksanakan segala keputusan RUPS yang berkaitan dengan tindakan hukum terhadap Perseroan berupa perubahan anggaran dasar, penggabungan, peleburan, pengambilalihan, atau pemisahan, serta pembubaran Perseroan. Selain tanggung jawab dan kewajiban berdasarkan tugas dan wewenang Direksi tersebut di atas, terdapat juga beberapa hak Direksi yang diatur dalam UU PT, yaitu sebagai berikut: 1. Hak mengajukan gugatan atas nama Perseroan sehubungan dengan ketentuan Pasal 97 ayat 5. Hal ini diatur dalam Pasal 97 ayat 7 yang menentukan bahwa Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat 5 tidak mengurangi hak anggota Direksi lain danatau anggota Dewan Komisaris untuk mengajukan gugatan atas nama Perseroan. 2. Hak membela diri. Hal ini diatur dalam Pasal 105 ayat 2 yang menentukan adanya hak membela diri dalam forum RUPS bagi Direksi yang diberhentikan berdasarkan keputusan RUPS. Pasal 106 ayat 5 yang menentukan adanya hak 111 membela diri dalam forum RUPS bagi Direksi yang diberhentikan sementara oleh Dewan Komisaris. 3. Hak mengajukan usul pembubaran Perseroan kepada RUPS. Hal ini diatur dalam Pasal 144 ayat 1 yang menentukan bahwa Direksi, Dewan Komisaris atau 1 satu pemegang saham atau lebih yang mewakili paling sedikit 110 satu persepuluh bagian dari jumlah seluruh saham dengan hak suara, dapat mengajukan usul pembubaran Perseroan kepada RUPS. Rincian tugas Direksi dapat dilihat pada anggaran dasar Perseroan yang ditetapkan dalam RUPS, yang pada umumnya berkisar pada hal-hal sebagai berikut: a. Mengurus segala urusan; b. Menguasai harta kekayaan Perseroan; c. Melakukan perbuatan-perbuatan seperti yang dimaksud dalam Pasal 1796 KUH Perdata, yaitu: 1 memindahtangankan hipotik pada barang-barang tetap; 2 membebankan hipotik pada barang-barang tetap; 3 melakukan dading; 4 melakukan perbuatan lain mengenai hak milik; 5 mewakili Perseroan di muka dan di luar pengadilan. d. Dalam hubungannya dengan pihak ketiga, Direksi masing-masing atau bersama-sama mempunyai hak mewakili Perseroan mengenai hal-hal dalam bidang usaha yang menjadi tujuan Perseroan. Direksi bertanggung jawab penuh mengenai pengurusan Perseroan untuk kepentingan Perseroan, sesuai dengan maksud dan tujuan Perseroan, serta mewakili Perseroan baik di dalam maupun di luar pengadilan; e. Dalam hubungannya dengan harta kekayaan Perseroan, Direksi harus mengurus dan menguasai dengan baik, menginventarisasi secara teliti dan cermat, membuat pembukuan 164 , neraca perhitungan laba rugi Perseroan; 164 Salah satu kewajiban bagi setiap pihak yang menjalankan perusahaan ialah mengadakan dan memelihara catatan-catatan yang berkenaan serta berhubungan dengan penyelenggaraan perusahaan, catatan-catatan mana yang dikenal secara umum dengan pembukuan. Pembukuan tersebut memiliki kegunaan yang cukup tinggi antara lain untuk mengetahui kemajuan dan kemunduran perusahaan, guna mengetahui mana yang sudah menjadi haknya, mana kewajiban yang harus dipenuhi, kapan kewajiban itu harus dipenuhi, serta untuk sumber data yang penting guna menentukan besarnya pajak yang dibebankan kepada perusahaan. Sri Redjeki Hartono. Op. Cit. Hlm. 12-14. 112 f. Melaksanakan pendaftaran dan pengumuman akta pendirian Perseroan. 165 Uraian tugas tersebut hanya merupakan gambaran umum yang termuat dalam anggaran dasar Perseroan. Adakalanya suatu perbuatan hukum tertentu, di samping harus mengacu pada tujuan Perseroan, harus memperoleh persetujuan Dewan Komisaris yang diberi mandat oleh RUPS. Kewajiban Direksi, secara umum diatur dalam anggaran dasar Perseroan, yang antara lain meliputi: a. Menyusun anggaran dasar Perseroan untuk tahun yang akan datang; b. Menyusun laporan berkala tentang pelaksanaan tugas Direksi dalam hal mengurus dan menguasai perusahaan atau tentang neraca triwulan atau tahunan yang disampaikan kepada Dewan Komisaris; c. Membuat neraca dan perhitungan laba rugi; d. Membuat daftar inventarisasi atas semua harta kekayaan Perseroan serta pelaksanaan pengawasannya; e. Menyelenggarakan RUPS minimal satu kali dalam setahun atau pada saat- saat yang diperlukan dan diadakan paling lambat 6 enam bulan setelah tahun buku; f. Memberikan keterangan-keterangan yang diperlukan oleh Dewan Komisaris pada saat pemeriksaan; g. Menyelenggarakan RUPS Luar Biasa pada setiap waktu yang dipandang perlu oleh Direksi atas permintaan 1 satu orang pemegang saham atau lebih yang bersama-sama mewakili 110 satu persepuluh atau lebih dari jumlah seluruh saham dengan hak suara, kecuali anggaran dasar menentukan suatu jumlah yang lebih kecil, atau atas permintaan Dewan Komisaris; h. Mengumumkan secara resmi, baik dalam surat kabar maupun dalam Tambahan Berita Negara Republik Indonesia, bilamana Direksi akan mengeluarkan duplikat-duplikat saham yang hilang; i. Menyediakan buku daftar pemegang saham dan daftar khusus di kantor Perseroan untuk para pemilik saham; j. Dalam hal pembubaran Perseroan, Direksi wajib melakukan likuidasi melalui seorang likuidator dan biasanya di bawah pengawasan Dewan Komisaris. 166 165 Agus Budiarto. Op. Cit. Hlm. 63-64. Lihat H.M.N. Purwosutjipto. Op. Cit. Hlm. 142-144. 113 Untuk menjalankan tugas dan kewajiban tersebut serta sesuai dengan prinsip manajemen perusahaan, Direksi mempunyai wewenang. Winardi mengatakan bahwa wewenang atau otoritas adalah kekuasaan resmi atau legal untuk menyuruh pihak lain bertindak dan taat kepada pihak lain yang memilikinya. 167 Wewenang Direksi yang lazim terdapat dalam anggaran dasar Perseroan, antara lain ialah: a. Direksi mempunyai wewenang mewakili Perseroan di muka dan di luar pengadilan serta berhak melakukan perbuatan pengurusan dan pemilikan atau penguasaan beschikking dengan batasan-batasan tertentu; b. Direksi mempunyai wewenang memimpin dan mengetuai RUPS; c. Direksi mempunyai wewenang untuk mengadakan RUPS Luar Biasa setiap waktu bila dipandang perlu; d. Direksi mempunyai wewenang untuk menandatangani notulen rapat, jika notulen tidak dibuat dengan proses verbal notaris. 168 Yurisprudensi pengadilan di Amerika Serikat dalam perkara Francis vs United Yersey Bank, 423 A 2d 814 N.J. 1981, menawarkan pedoman yang sangat berguna untuk dijadikan rujukan bagi setiap anggota Direksi Perseroan dalam menjalankan tugasnya, yaitu bahwa anggota Direksi harus: 169 a. memiliki pemahaman yang baik mengenai bisnis Perseroan yang dipimpinnya; b. dari waktu ke waktu mengetahui mengenai kegiatan-kegiatan usaha Perseroan; c. melakukan pemantauan kegiatan Perseroan; d. menghadiri rapat-rapat Direksi secara teratur; e. melakukan review atas laporan-laporan keuangan Perseroan secara teratur; f. menanyakan apabila menjumpai masalah-masalah yang meragukan; 166 Agus Budiarto. Op. Cit. Hlm. 64-65. 167 Winardi. Op. Cit. Hlm. 239. 168 Lihat Ali Rido. Op. Cit. Hlm. 300. 169 Sutan Remy Sjahdeini. Tanggung Jawab Pribadi Direksi dan Komisaris. Jurnal Hukum Bisnis Volume 14. Jakarta: Pengembangan Hukum Bisnis. Hlm. 101-102. 114 g. menyatakan keberatan terhadap dilakukannya perbuatan-perbuatan yang melanggar hukum; h. berkonsultasi dengan penasihat counsel Perseroan; i. mengundurkan diri apabila perbaikan-perbaikan yang harus dilakukan ternyata tidak dilakukan. Tanggung jawab Direksi timbul apabila Direksi yang memiliki wewenang atau Direksi yang menerima kewajiban untuk melaksanakan pekerjaan mengurus Perseroan mulai menggunakan wewenangnya. Agar Direksi sebagai orang yang sehari-hari mengurus Perseroan dapat mencapai prestasi yang besar, maka ia harus diberi tanggung jawab untuk menyelesaikan suatu tugas tertentu yang telah diberikan kepadanya. Idealnya, wewenang itu dilaksanakan sesuai dengan tanggung jawabnya dan sebaliknya, tanggung jawab harus diberikan sesuai dengan wewenang yang dimilikinya. 170 Direksi melaksanakan tugas, tanggung jawab dan kewajiban tersebut berdasarkan wewenang yang diberikan oleh undang-undang danatau anggaran dasar, yaitu wewenang untuk menjalankan pengurusan Perseroan dengan itikad baik dan penuh tanggung jawab. Pengurusan tersebut dilaksanakan untuk kepentingan Perseroan, sesuai dengan maksud dan tujuan Perseroan, serta sesuai dengan kebijakan yang dipandang tepat dalam batas yang ditentukan oleh undang-undang danatau anggaran dasar. Dengan demikian, Direksi dalam suatu Perseroan memiliki statutory duty dalam kedudukannya sebagai pengurus Perseroan. Tanggung jawab secara pidana dimungkinkan untuk dibebankan kepada Direksi atas kesalahan dan kelalaiannya, sebagaimana ditentukan dalam Pasal 155 UU PT. 170 Agus Budiarto. Op. Cit. Hlm. 67-68. 115

B. Prinsip Fiduciary Duty Direksi dalam Pengelolaan Perseroan