Kesimpulan Analisis Terhadap Kewajiban Direksi Perseroan Dalam Menyelenggarakan Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, kesimpulan sebagai jawaban atas permasalahan yang telah dinyatakan pada Bab I tesis ini adalah sebagai berikut. 1. Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa RUPS LB diselenggarakan sehubungan dengan beberapa hal tindakan Perseroan yang bersifat tidak tentu waktunya, namun memerlukan persetujuan RUPS dalam pelaksanaannya. Tindakan tersebut seperti melakukan perubahan anggaran dasar, pemberian jaminan perusahaan, penjaminan kebendaanpemberian agunan, atau penjualanpengalihan sebagian besar harta kekayaan PT, penggabungan, peleburan, pengambilalihan dan pemisahan Perseroan, atau permohonan kepailitan dan pembubaran PT. Berdasarkan fiduciary duty-nya, Direksi wajib menyelenggarakan RUPS Tahunan, karena RUPS Tahunan merupakan wadah bagi Direksi untuk memberikan laporan pertanggungjawaban Direksi atas pengurusan Perseroan kepada Perseroan setiap tahunnya. Walaupun UU PT tidak secara tegas menyebutkan dalam pasal- pasalnya, penyelenggaraan RUPS LB juga merupakan kewajiban Direksi yang diberikan oleh undang-undang danatau anggaran dasar. RUPS LB sifatnya insidentil, dan Direksi bukan merupakan organ Perseroan yang mutlak berwenang menyelenggarakan RUPS LB. Direksi, dalam kedudukannya sebagai pengurus dan 200 201 yang mewakili Perseroan, memiliki kewajiban untuk menyelenggarakan RUPS LB sewaktu-waktu bila kepentingan Perseroan menghendakinya. Sebagai pengurus dan yang mewakili PT, Direksi memiliki tanggung jawab berdasarkan fiduciary duty dalam memenuhi kewajibannya menyelenggarakan RUPS LB. Direksi wajib menyelenggarakan RUPS LB sewaktu-waktu dengan penuh itikad baik, kepedulian, dan loyalitas terhadap Perseroan, bila kepentingan Perseroan menghendaki diselenggarakannya RUPS LB tersebut. 2. Business judgment rule lahir sebagai akibat telah dilaksanakannya fiduciary duty oleh Direksi. RUPS LB mengandung kepentingan subyektif pemegang saham, namun kehendak pemegang saham mayoritas belum tentu didukung oleh pemegang saham lain, terutama pemegang saham minoritas, dan belum tentu terbaik untuk Perseroan. Direksi yang menolak atau tidak mau menyelenggarakan RUPS LB setelah dengan penuh kecermatan dan kehati-hatian menilai bahwa tidak ada urgensi kepentingan Perseroan yang menghendaki diselenggarakannya RUPS LB tersebut dapat dikategorikan sudah melaksanakan fiduciary duty-nya, meskipun Direksi secara diam-diam telah mengeluarkan keputusan menolak untuk menyelenggarakan RUPS LB. Business judgment rule akan melindungi Direksi dari tanggung jawab pribadi asalkan Direksi tersebut telah melaksanakan fiduciary duty-nya, meskipun tindakan atau keputusan Direksi tersebut telah menimbulkan kerugian pada Perseroan. Business judgment rule akan melindungi Direksi dari derivative action oleh pemegang saham atas keputusan penolakan Direksi untuk menyelenggarakan 202 RUPS LB, yang dalam UU PT mengacu pada ketentuan Pasal 97 ayat 5, apabila penolakan tersebut disebabkan oleh penilaian Direksi bahwa: e. tidak adanya urgensi kepentingan Perseroan yang menghendaki diselenggarakannya RUPS LB tersebut. f. agenda rapat yang dimintakan untuk dibahas atau disetujui dalam RUPS LB akan membawa dampak buruk terhadap kepentingan Perseroan atau bertentangan dengan hukum. g. permintaan RUPS LB diajukan secara bertentangan dengan hukum. h. permintaan RUPS LB tidak disertai dengan pembuktian secara sumir bahwa persyaratan telah dipenuhi dan adanya kepentingan yang wajar untuk diselenggarakannya RUPS LB.

B. Saran