Pelaksana Konstruksi Pengawas Konstruksi

bangunan atau bentuk fisik lain. Dari definisi ini maka perencana konstruksi dapat digolongkan menjadi dua macam, yaitu perserorangan dan badan usaha. Pasal 4 ayat 1 PP Nomor 28 Tahun 2000 tentang Usaha dan Peran Masyarakat Jasa Konstruksi menyebutkan bahwa badan usaha dapat berbadan hukum dan nonbadan hukum. Objek dalam kontrak perencanaan jasa konstruksi adalah memberikan layanan perencanaan konstruksi yang meliputi bidang pekerjaan arsitektural, sipil, mekanikal, elektrikal, dan tata lingkungan. Yang dalam Pasal 5 ayat 1 PP Nomor 28 Tahun 2000 tentang Usaha dan Peran Masyarakat Jasa Konstruksi menyebutkan ruang lingkup pekerjaannya, meliputi: a. survei, b. perencanaan umum, studi makro, dan studi mikro, c. studi kelayakan proyek, industri, dan produksi, d. perencanaan teknik, operasi, dan kepemeliharaan, dan e. penelitian.

2. Pelaksana Konstruksi

Seperti halnya dalam perencanaan konstruksi, para pibak yang terkait dan mempunyai hubungan hukum dalam pelaksanaan kontrak konstruksi adalah pengguna jasa konstruksi dan pelaksana jasa konstruksi. Pelaksana konstruksi adalah penyedia jasa orang perseorangan atau badan usaha yang dinyatakan ahli atau profesional di bidang pelayanan jasa konstruksi. Pelaksana konstruksi tersebut mampu menyelenggarakan kegiatannya untuk mewujudkan hasil perencanaan menjadi bentuk bangunan atau bentuk fisik lainnya. Pasal 4 ayat 3 PP Nomor 28 Tahun 2000 tentang Usaha dan Peran Masyarakat Jasa Konstruksi menyebutkan mengenai Usaha jasa pelaksanaan pekerjaan konstruksi memberikan layanan jasa pelaksanaan, yang meliputi pekerjaan: arsitektural, sipil, mekanikal, elektrikal, dan atau tata lingkungan. Objek dalam pelaksanaan kontrak konstruksi adalah mcwujudkan hasil perencanaan menjadi bentuk bangunan atau bentuk fisik lainnya.

3. Pengawas Konstruksi

Pengawas konstruksi merupakan salah satu pihak dalam kontrak konstruksi, yang bertugas melaksanakan pekerjaan pengawasan sejak awal pelaksanaan pekerjaan konstruksi sampai selesai dan diserahterimakan. Pengawas konstruksi adalah penyedia jasa orang perorangan dan badan usaha. Syarat menjadi seorang pengawas adalah dinyatakan ahli yang profesional di bidang pengawasan. Bidang- bidang pekerjaan pengawasan meliputi pekerjaan: arsitektural, sipil, mekanikal, elektrikal, dan atau tata lingkungan, sesuai dengan Pasal 4 ayat 3 PP Nomor 28 Tahun 2000 tentang Usaha dan Peran Masyarakat Jasa Konstruksi. Pasal 5 ayat 2 PP Nomor 28 Tahun 2000 tentang Usaha dan Peran Masyarakat Jasa Konstruksi menyebutkan Lingkup layanan jasa pengawasan pekerjaan konstruksi dapat terdiri dari: a. Pengawasan pelaksanaan pekerjaan konstruksi; b. Pengawasan keyakinan mutu dan ketetapan waktu dan proses perusahaan dari hasil pekerjaan konstruksi. Dengan demikian, secara strategis lingkup pelayanan jasa perencanaan, pelaksanaan. dan pengawasan terdiri dari jasa rancang bangun, perencanaan, pengadaan dan pelaksanaan terima jadi, dan penyelenggaraan pekerjaan terima jadi. Pengembangan layanan jasa perencanaan dan atau pengawasan lainnya dapat mencakup antara lain jasa manajemen proyek, manajemen konstruksi, penilaian kualitas, kuantitas, dan biaya pekerjaan.

B. Perencanaan dan Pembentukan Panitia Pengadaan BarangJasa Pemerintah Dalam Kontrak Kontruksi

Perencanaan pengadaan barangjasa pemerintah dilaksanakan dengan penyedia barangjasa. Pengguna barangjasa diwajibkan menyusun perencanaan pengadaan barangjasa yang meliputi pemaketan pekerjaan, jadwal pelaksanaan pekerjaan, biaya pengadaan dan pelaksana pengadaan. Dalam penentuan paket pengadaan, pengguna barangjasa bersama dengan panitia, wajib memaksimalkan penggunaan produksi dalam negeri dan perluasan kesempatan bagi usaha kecil termasuk koperasi kecil. Pengguna barangjasa diwajibkan: 47 a menetapkan sebanyak-banyaknya paket pengadaan untuk usaha kecil termasuk koperasi kecil tanpa mengabaikan prinsip efisiensi, kesatuan sistem barangjasa, kualitas dan kemampuan teknis usaha kecil termasuk koperasi kecil; 47 Lampiran I huruf A.1.a. Peraturan Presiden Nomor 95 Tahun 2007 tentang Perubahan Ketujuh Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan BarangJasa Pemerintah. b mengumumkan secara luas paket-paket pekerjaan dan rencana pelaksanaan pengadaan sebelum proses pemilihan penyedia barangjasa dimulai. Pengguna barangjasa dilarang memecah pengadaan barangjasa menjadi beberapa paket dengan maksud untuk menghindari pelelangan, dan dilarang menyatukan atau memusatkan beberapa kegiatan yang tersebar di beberapa daerah yang menurut sifat pekerjaan dan tingkat efisiensinya seharusnya dilakukan di daerah masing-masing, ataupun menyatukanmenggabung beberapa paket pekerjaan yang menurut sifat pekerjaan dan besaran nilainya seharusnya dilakukan oleh usaha kecil termasuk koperasi kecil menjadi satu paket pekerjaan untuk dilaksanakan oleh perusahaankoperasi menengah danatau besar, serta pengguna barangjasa dilarang menentukan kriteria, persyaratan atau prosedur pengadaan yang diskriminatif danatau dengan pertimbangan yang tidak obyektif. Pengguna barangjasa wajib membuat jadwal pelaksanaan pekerjaan. Jadual pelaksanaan pekerjaan meliputi pelaksanaan pemilihan penyedia barangjasa, waktu mulai dan berakhirnya pelaksanaan pekerjaan, dan waktu serah terima akhir hasil pekerjaan. Pembuatan jadwal pelaksanaan pekerjaan disusun sesuai dengan waktu yang diperlukan serta dengan memperhatikan batas akhir tahun anggaranbatas akhir efektifnya anggaran. Pengguna barangjasa wajib menyediakan biaya yang diperlukan untuk proses pengadaan. Untuk melaksanakan pengadaan pengguna barangjasa wajib membentuk panitia pengadaan atau menunjuk pejabat pengadaan, di mana untuk paket pengadaan di atas Rp. 50.000.000,00 lima puluh juta rupiah dilaksanakan dengan membentuk panitia pengadaan, dan untuk paket pengadaan sampai dengan nilai Rp. 50.000.000,00 lima puluh juta rupiah dilaksanakan dengan membentuk panitia pengadaan atau menunjuk pejabat pengadaan. Selain perencanaan pengadaan barangjasa pemerintah dengan penyedia itu, maka perencanaan pengadaan barangjasa tersebut dapat dilakukan dengan swakelola. Pekerjaan swakelola adalah pekerjaan yang dilaksanakan sendiri oleh pengguna barangjasa atau dikuasakan kepada instansi pemerintah bukan penanggung jawab anggarankelompok masyarakatlembaga swadaya masyarakat. Perencanaan Kegiatan: 48 1 Menetapkan sasaran, rencana kegiatan dan jadwal pelaksanaan; 2 Melakukan perencanaan teknis dan menyiapkan metode pelaksanaan yang tepat agar diperoleh rencana keperluan tenaga, bahan, dan peralatan yang sesuai; 3 Menyusun rencana keperluan tenaga, bahan dan peralatan secara rinci serta dijabarkan ke dalam rencana kerja bulanan, rencana kerja mingguan dan rencana kerja harian; 4 Menyusun rencana total biaya secara rinci dalam rencana biaya bulanan dan biaya mingguan; 48 Lampiran I huruf A.2.a. Peraturan Presiden Nomor 95 Tahun 2007 tentang Perubahan Ketujuh Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan BarangJasa Pemerintah. 5 Butir 1 sampai dengan butir 4 dituangkan dalam bentuk kerangka acuan kerja. Pengadaan barangjasa dengan swakelola, adalah pengadaan barangjasa yang dilaksanakan sendiri oleh pelaksana swakelola dengan menggunakan tenaga sendiri danatau tenaga dari luar baik tenaga ahli maupun tenaga upah borongan. Pengadaan barangjasa swakelola, yaitu penggunaan tenaga ahli dari luar tidak boleh melebihi 50 lima puluh per seratus dari tenaga sendiri. 49 Sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya bahwa dalam pengadaan barangjasa pemerintah, maka pemerintah dalam hal ini menteri sebagai pengguna anggaran akan mengangkat Kuasa Pengguna Anggaran KPA untuk melaksanakan tugas-tugas penggunaan anggaran tersebut. Salah satu kewenangan Kuasa Penggunaan Anggaran KPA melakukan pengangkatan Panitia Pengadaan yang berjumlah gasal beranggotakan sekurang-kurangnya: 50 a. 3 tiga orang, untuk pengadaan barangjasa pemboronganjasa lainnya sampai dengan nilai Rp. 500.000.000,00 lima ratus juta rupiah atau untuk pengadaan jasa konsultansi sampai dengan nilai Rp. 200.000.000,00 dua ratus juta rupiah; b. 5 lima orang, untuk pengadaan barangjasa pemboronganjasa lainnya dengan nilai di atas Rp. 500.000.000,00 lima ratus juta rupiah atau untuk pengadaan jasa konsultansi dengan nilai di atas Rp. 200.000.000,00 dua ratus juta rupiah. 49 Modul Diklat Keahlian Pengadaan BarangJasa Pemerintah, Pengadaan BarangJasa Pemerintah Dengan Cara Swakelola, Jakarta : Departemen Keuangan RI Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan, 2005, hal. 6, 7. 50 Lampiran I huruf B.1 Peraturan Presiden Nomor 95 Tahun 2007 tentang Perubahan Ketujuh Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan BarangJasa Pemerintah. Anggota panitia pengadaan terdiri dari unsur-unsur yang memahami: tata cara pengadaan, substansi pekerjaankegiatan yang bersangkutan, dan hukum-hukum perjanjiankontrak. Sedangkan untuk pejabat pengadaan yang ditunjuk adalah 1 satu orang yang memahami tata cara pengadaan, dan substansi pekerjaankegiatan yang bersangkutan, serta ketentuan-ketentuan perjanjiansurat perintah kerja. 51

C. Penetapan Sistem Pengadaan Yang Dilaksanakan Kepada Penyedia Jasa Konstruksi

1. Pemilihan Penyedia BarangJasa Dengan mempertimbangkan jenis, sifat, dan nilai barangjasa serta kondisi lokasi, kepentingan masyarakat dan jumlah penyedia barangjasa yang ada, pengguna barangjasa bersama dengan panitiapejabat pengadaan, terlebih dahulu harus menetapkan metoda pemilihan penyedia barangjasa, metoda penyampaian dokumen penawaran, metoda evaluasi penawaran, dan jenis kontrak yang paling tepat atau cocok dengan barangjasa yang bersangkutan. Dalam ketentuan Peraturan Presiden Nomor 95 Tahun 2007 tentang Perubahan Ketujuh Atas Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan BarangJasa Pemerintah, ditentukan bahwa semua pemilihan penyedia barangjasa pemboronganjasa lainnya pada prinsipnya dilakukan dengan pelelangan umum. Untuk pekerjaan yang kompleks dan jumlah penyedia barangjasa yang mampu melaksanakan diyakini terbatas, maka pemilihan penyedia 51 Lampiran I huruf B.2 dan B.3 Peraturan Presiden Nomor 95 Tahun 2007 tentang Perubahan Ketujuh Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan BarangJasa Pemerintah. barangjasa dapat dilakukan dengan metoda pelelangan terbatas. Yang selanjutnya untuk jasa konstruksi diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 2000 tentang Penyelenggaraan Jasa Konstruksi. Adapun bentuk pemilihan tersebut adalah sebagai berikut:

a. Pemilihan Penyedia Jasa Konstruksi Melalui Pelelangan Umum

Pelelangan umum merupakan pelelangan yang dilakukan secara terbuka dengan pengumuman secara luas melalui media massa. sekurang-kurangnya 1 satu media cetak dan papan peugumuman resmi untuk umum sehingga masyarakat luas dunia usaha yang berminat dan memenuhi kualifikasi dapat mengikutinya. Pelelangan umum untuk pekerjaan perencanaan konstruksi ini berlaku bagi semua pekerjaan perencanaan.

b. Pemilihan Penyedia Jasa Konstruksi Melalui Pelelangan Terbatas

Pelelangan terbatas merupakan pelelangan untuk pekerjaan tertentu yang diikuti oleh penyedia jasa yang dinyatakan telah lulus prakualifikasi dan jumlahnya diyakini terbatas. Pelelangan itu diumumkan secara luas melalui media massa, sekurang-kurangnya 1 satu media cetak dan papan pengumuman resmi untuk umum sehingga masyarakat luas dunia usaha yang berminat dan memenuhi kualifikasi dapat mengikutinya. Pemilihan penyedia jasa konstruksi dengan cara pelelangan terbatas dilakukan untuk pekerjaan yang mempunyai risiko tinggi dan atau mempunyai teknologi tinggi.

c. Pemilihan Penyedia Jasa Konstruksi melalui Pemilihan Langsung

Pemilihan melalui pemilihan langsung merupakan pengadaan jasa konstruksi tanpa melalui pelelangan umum atau pelelangan terbatas. Hal ini dilakukan dengan membandingkan sekurang-kurangnya 3 tiga penawar dari penyedia jasa dan dapat dilakukan negosiasi, baik dari segi teknis maupun harga, sehingga diperoleh harga yang wajar dan secara teknis dapat dipertanggungjawabkan.

d. Pemilihan Penyedia Jasa Konstruksi Melalui Penunjukan Langsung

Penunjukan langsung adalah pengadaan jasa konstruksi yang dilakukan tanpa melalui pelelangan umum, pelelangan terbatas, atau pemilihan langsung. Hal itu dilakukan hanya terhadap 1 satu penyedia jasa dengan cara melakukan negosiasi baik segi teknis maupun harga sehingga diperoleh harga yang wajar dan secara teknis dapat dipertanggung jawabakan. Pemilihan dengan cara penunjukan langsung hanya berlaku untuk keadaan dan pekerjaan tertentu yang hanya dilakukan oleh pemegang hak cipta atau pihak lain yang telah mendapat lisensi. Dan pasal 8 ayat 2 Peraturan Pemerinlah Nomor 29 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Jasa Konstruksi menyatakan bahwa keadaan tertentu itu meliputi: 1 penanganan darurat untuk keamanan dan keselamatan masyarakat yang masih memungkinkan untuk mengadakan pemilihan langsung; 2 pekerjaan yang kompleks hanya dapat dilaksanakan oleh penyedia jasa yang sangat terbatas jumlahnya. Dengan ketentuan pekerjaan itu hanya dapat dilakukan dengan teknologi baru dan penyedia jasa yang mampu mengaplikasikannya sangat terbatas; 3 Pekerjaan yang perlu dirahasiakan, yang menyangkut kemanan dan keselamatan negara yang ditetapkan oleh presiden; dan atau 4 pekerjaan yang berskala kecil dengan ketentuan: a untuk kepentingan pelayanan umum. b mempunyai risiko kecil. c menggunakan teknologi sederhana, dan atau d dilaksanakan penyedia jasa usaha orang perseorangan dan badan usaha kecil, dan atau e Pekerjaan lanjutan yang secara teknis merupakan kesatuan konstruksi yang sifat pertanggungannya terhadap kegagalan bangunan tidak dapat dipecah-pecah dari pekerjaan yang sudah dilaksanakan sebelumnya. Dalam ketentuan Pasal 8 ayat 2 Peraturan Pemerinlah Nomor 29 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Jasa Konstruksi, ditentukan bahwa penunjukan langsung dilakukan pada pekerjaan yang berskala kecil. Pekerjaan berskala kecil yang dimaksudkan dalam undang-undang jasa konstruksi tersebut adalah sebagaimana ditentukan dalam Peraturan Presiden Nomor 95 Tahun 2007 tentang Perubahan Ketujuh Atas Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan BarangJasa Pemerintah adalah usaha dengan nilai minimum Rp. 50.000.000,00 lima puluh juta rupiah dengan ketentuan: a untuk keperluan sendiri; danatau b teknologi sederhana; danatau c resiko kecil; danatau d dilaksanakan oleh penyedia barangjasa usaha orang perseorangan danatau badan usaha kecil termasuk koperasi kecil.

d. Evaluasi Penawaran Untuk Pengadaan BarangJasa Konstruksi

1 Sistem Gugu Evaluasi penawaran dengan sistem gugur dapat dilakukan untuk hampir seluruh pengadaan barangjasa pemborongan lainnya dengan urutan proses penilaian adalah sebagai berikut: 52 a Evaluasi Administrasi Evaluasi administrasi dilakukan terhadap penawaran yang memenuhi syarat pada pembukaan penawaran. Evaluasi administrasi dilakukan terhadap dokumen penawaran yang masuk dan dievaluasi kelengkapan dan keabsahan syarat administrasi. Unsur-unsur yang dievaluasi harus berdasarkan ketentuan-ketentuan yang tercantum dalam dokumen pengadaan tidak dikurangi atau ditambah. Evaluasi administrasi menghasilkan dua kesimpulan, yaitu memenuhi syarat administrasi atau tidak memenuhi syarat administrasi. b Evaluasi Teknis Evaluasi teknis dilakukan terhadap penawaran yang dinyatakan memenuhi persyaratanlulus administrasi. Faktor-faktor yang dievaluasi pada tahap ini harus sesuai dengan kriteria yang ditetapkan dalam dokumen pengadaan tidak dikurangi atau ditambah. Hasil evaluasi teknis adalah: memenuhi syarat teknis lulus atau tidak memenuhi syarat teknis gugur. c Evaluasi Harga Evaluasi harga hanya dilakukan terhadap penawaran yang dinyatakan lulusmemenuhi persyaratan administrasi dan teknis. Berdasarkan hasil evaluasi 52 Lampiran I huruf C.3.b. Peraturan Presiden Nomor 95 Tahun 2007 tentang Perubahan Ketujuh Atas Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan BarangJasa Pemerintah. harga, panitiapejabat pengadaan membuat daftar urutan penawaran yang dimulai dari urutan harga penawaran terendah dan mengusulkan penawar terendah sebagai calon pemenang. 2 Sistem Nilai Merit Point System Evaluasi penawaran dengan sistem nilai digunakan untuk pengadaan barangjasa pemboronganjasa lainnya yang memperhitungkan keunggulan teknis sepadan dengan harganya, mengingat penawaran harga sangat dipengaruhi oleh kualitas teknis. Urutan proses penilaian dengan sistem ini adalah sebagai berikut: 53 a Evaluasi Administrasi Evaluasi administrasi dilakukan terhadap penawaran yang memenuhi syarat pada pembukaan penawaran. Evaluasi administrasi dilakukan terhadap dokumen penawaran yang masuk dan dievaluasi kelengkapan dan keabsahan syarat administrasi. Unsur-unsur yang dievaluasi harus berdasarkan ketentuan-ketentuan yang tercantum dalam dokumen pengadaan tidak dikurangi atau ditambah. Evaluasi administrasi menghasilkan dua kesimpulan, yaitu memenuhi syarat administrasi atau tidak memenuhi syarat administrasi. b Evaluasi Teknis dan Harga Sistem nilai menggunakan pendekatanmetode kuantitatif, yaitu dengan memberikan nilai angka terhadap unsur-unsur teknis dan harga yang dinilai sesuai dengan kriteria yang ditetapkan dalam dokumen pengadaan. Evaluasi teknis dan 53 Lampiran I huruf C.3.b.2 Peraturan Presiden Nomor 95 Tahun 2007 tentang Perubahan Ketujuh Atas Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan BarangJasa Pemerintah. harga dilakukan terhadap penawaran-penawaran yang dinyatakan memenuhi persyaratan administrasi, dengan memberikan penilaian skor terhadap unsur- unsur teknis danatau harga penawaran. Berdasarkan hasil evaluasi tersebut, panitiapejabat pengadaan membuat daftar urutan penawaran, yang dimulai dari urutan penawaran yang memiliki nilai tertinggi. Bila menggunakan nilai ambang batas lulus passing grade, hal ini harus dicantumkan dalam dokumen pengadaan. Panitia membuat daftar urutan yang dimulai dari penawaran harga terendah untuk semua penawaran yang memperoleh nilai di atas atau sama dengan nilai ambang batas lulus passing grade.

D. Penyusunan Harga Perhitungan Sendiri HPS

Perhitungan HPS harus dilakukan dengan cermat, dengan menggunakan data dasar dan mempertimbangkan: 54 a. analisis harga satuan pekerjaan yang bersangkutan; b. perkiraan perhitungan biaya oleh konsultanengineers estimate EE; c. harga pasar setempat pada waktu penyusunan HPS; d. harga kontrakSurat Perintah Kerja SPK untuk barangpekerjaan sejenis setempat yang pernah dilaksanakan; e. informasi harga satuan yang dipublikasikan secara resmi oleh Badan Pusat Statistik BPS, badaninstansi lainnya dan media cetak yang datanya dapat dipertanggungjawabkan; f. hargatarif barangjasa yang dikeluarkan oleh pabrikanagen tunggal atau lembaga independen; g. daftar harga standartarif biaya yang dikeluarkan oleh instansi yang berwenang; h. informasi lain yang dapat dipertanggungjawabkan. 54 Lampiran I huruf E.1 Peraturan Presiden Nomor 95 Tahun 2007 tentang Perubahan Ketujuh Atas Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan BarangJasa Pemerintah. Harga Perhitungan Sendiri HPS tersebut telah memperhitungkan Pajak Pertambahan Nilai PPN dan biaya umum dan keuntungan overhead cost and profit yang wajar bagi penyedia barangjasa. HPS tidak boleh memperhitungkan biaya tak terduga, biaya lain-lain dan Pajak Penghasilan PPh penyedia barangjasa. 55

E. Penyusunan Dokumen Pengadaan BarangJasa Kontruksi

Dalam penyusunan dokumen pengadaan barangjasa pemboronganjasa lainnya, maka Panitia menyiapkan dokumen pemilihan penyedia barangjasa untuk keperluan pengadaan barangjasa. Dalam dokumen pemilihan penyedia barangjasa, panitia harus mencantumkan secara jelas dan terinci semua persyaratan yang diperlukan, baik administratif maupun teknis, penggunaan barangjasa produksi dalam negeri dan preferensi harga, unsur-unsur yang dinilai, kriteria, formula evaluasi yang akan digunakan, dan jenis kontrak yang dipilih termasuk contoh-contoh 55 Lampiran I huruf E Peraturan Presiden Nomor 95 Tahun 2007 tentang Perubahan Ketujuh Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan BarangJasa Pemerintah. Dijelaskan bahwa: Untuk pekerjaan jasa konsultansi : a. HPS dibuat pada saat akan melaksanakan pengadaan yang terdiri dari dua komponen pokok, yaitu : Biaya Personil Remuneration, dan Biaya Langsung Non Personil Direct Reimbursable Cost yang meliputi antara lain biaya untuk sewa kantor, biaya perjalanan, biaya pengiriman dokumen, biaya pengurusan surat ijin, biaya komunikasi, tunjangan perumahan, dan lain-lain; b. Dalam penyusunan HPS, Biaya Langsung Non Personil tidak melebihi 40 empat puluh persen dari total biaya, kecuali untuk jenis pekerjaan konsultansi yang bersifat khusus, seperti : pemetaan udara, survei lapangan, pengukuran, penyelidikan tanah dan lain-lain; c. Pembuatpenyusun HPSOE harus mempunyai kualifikasi sebagai berikut: 1 Memahami dokumen pengadaan dan seluruh tahapan pekerjaan yang akan dilaksanakan; 2 Menguasai informasikondisi lapangan dan lingkungan di lokasi pekerjaan; 3 Memahami dan menguasai berbagai metode pelaksanaan dan mengetahui mana yang paling efisien; 4 Tidak pernah terlibat pelanggaran kode etik profesi; 5 Diutamakan yang telah mendapatkan penataran mengenai pengadaan barangjasa termasuk pembuatanpenyusunan HPS untuk pekerjaan jasa konsultansi. d. KAK dan HPS digunakan sebagai acuan dalam evaluasi penawaran, klarifikasi, danatau negosiasi dengan calon konsultan terpilih. Dimungkinkan adanya perbedaan hasil negosiasi terhadap KAK dan HPS seperti kualifikasi, jumlah penggunaan tenaga ahli personmonth, satuan biaya personil sepanjang tidak mengubah sasaran, tujuan, dan keluaranouput yang dihasilkan serta tidak melampui pagu anggaran, yang dipertanggungjawabkan secara keahlian professional. formulir yang perlu diisi yang dapat dimengerti dan diikuti oleh calon penyedia barangjasa yang berminat. Panitia juga menyiapkan dokumen pascaprakualifikasi untuk calon penyedia barangjasa berupa formulir isian yang memuat data administrasi, keuangan, personil, peralatan, dan pengalaman kerja. Panitia menetapkan nilai nominal jaminan penawaran sebesar 1 satu persen sampai dengan 3 tiga persen dari nilai HPS. Dokumen pengadaan terdiri dari: dokumen pascaprakualifikasi dan dokumen pemilihan penyedia barangjasa.

F. Proses Pengadaan BarangJasa Yang Memerlukan Penyedia BarangJasa

Secara Pelelangan Umum Dalam proses pelaksanaan pengadaan barangjasa pemboronganjasa lainnya yang memerlukan penyedia barangjasa secara pelelangan umum dilakukan dengan tahapan sebagai berikut:

1. Pengumuman dan Pendaftaran Peserta

Dokumen yang terkait

Perjanjian Pengadaan Barang Informasi Teknologi (IT) Antara CV. Dhymas Com dengan PT. Gapura Angkasa Dalam Pelaksanaannya.

2 70 104

Tanggung Jawab Hukum Pemborong Terhadap Pemerintah dalam Kontrak Pengadaan varang/Jasa Pemerintah (Studi Kasus Pada Dinas Pekerjaan Umum Kota Medan)

4 71 82

Tanggung Jawab Perusahaan Penerbangan Terhadap Orang Dan Barang Dalam Pengangkutan Udara Ditinjau Dari Undang-Undang No. 1 Tahun 2009

3 143 98

Analisis Hukum terhadap Peranan dan Tanggung Jawab Komisaris Independen dalam Perseroan Terbuka (Studi pada PT. Toba Pulp Lestari Tbk)

0 54 125

Perjanjian Pengadaan Barang Dan Jasa Pemerintah (Studi Di Pemerintah Provinsi Sumatera Utara)

4 85 130

Tinjauan Hukum Pembatalan Akta Perjanjian Kerjasama Pengadaan Barang Atas Dasar Wanprestasi (Studi PT.TNC)

3 102 129

Analisis Yuridis Terhadap Tugas Dan Tanggung Jawab Notaris Sebelum Dan Sesudah Perseroan Terbatas Listing Di Pasar Modal

4 67 125

Perjanjian Pengadaan Barang Dan Jasa Untuk Peningkatan Jalan Kereta Api Perlanaan – Gunung Bayu Antara Satuan Kerja Pengembangan Perkeretaapian Sumatera Utara dan PT. Wahana Adidaya Pertiwi

0 70 102

Pengadaan Barang / Jasa Pemerintah Di Bidang Konstruksi (Studi Kasus Kementrian Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat Satuan Kerja Wilayah I Provinsi Sumatera Utara)

4 85 54

Tanggung Jawab Kuasa Pengguna Anggaran Terhadap Keuangan Negara Dalam Proses Pengadaan Barang Jasa Pemerintah (Studi Kasus Pengadaan Alat Kesehatan di RSU dr.F.L.Tobing Sibolga)

0 0 16