Konsepsi Tanggung Jawab Hukum Kuasa Pengguna Anggaran Atas Perubahan Teknis Pekerjaan Pasca Penandatanganan Surat Perjanjian Kontrak Pelelangan Pengadaan Barang Dan Jasa

e. adiltidak diskriminatif, berarti memberikan perlakuan yang sama bagi semua calon penyedia barangjasa dan tidak mengarah untuk memberi keuntungan kepada pihak tertentu, dengan cara dan atau alasan apapun; f. akuntabel, berarti harus mencapai sasaran baik fisik, keuangan maupun manfaat bagi kelancaran pelaksanaan tugas umum pemerintahan dan pelayanan masyarakat sesuai dengan prinsip-prinsip serta ketentuan yang berlaku dalam pengadaan barangjasa.

2. Konsepsi

Konsepsi adalah salah satu bagian terpenting dari teori. Konsepsi diterjemahkan sebagai usaha membawa sesuatu dari abstrak menjadi suatu yang konkrit, yang disebut dengan operational definition. 34 Pentingnya definisi operasional adalah untuk menghindarkan perbedaan pengertian atau penafsiran mendua dubius dari suatu istilah yang dipakai. 35 Oleh karena itu untuk menjawab permasalahan dalam penelitian ini didefinisikan beberapa konsep dasar, agar secara operasional diperoleh hasil penelitian yang sesuai dengan tujuan yang telah ditentukan. Pengadaan barangjasa pemerintah adalah penggunaan dana APBNAPBD yang merupakan keuangan negara. Menurut Arifin P. Soeria Atmadja, definisi keuangan negara dapat dipahami atas tiga interprestasi atau penafsiran terhadap Pasal 23 UUD 1945 yang merupakan landasan konstitusional keuangan negara, yaitu penafsiran pertama adalah: “…pengertian keuangan negara diartikan secara sempit, 34 Sutan Remy Sjahdeini, Kebebasan Berkontrak Dan Perlindungan Yang Seimbang Bagi Para Pihak Dalam Perjanjian Kredit Bank di Indonesia, Jakarta : Institut Bankir Indonesia, 1993, hal. 10. 35 Tan Kamelo, “Perkembangan Lembaga Jaminan Fiducia: Suatu Tinjauan Putusan Pengadilan dan Perjanjian di Sumatera Utara”, Medan : Disertasi, PPs-USU, 2002, hal 35 dan untuk itu dapat disebutkan sebagai keuangan negara dalam arti sempit, yang hanya meliputi keuangan negara yang bersumber pada APBN, sebagai suatu sub- sistem dari suatu sistem keuangan negara dalam arti sempit”. 36 Jika didasarkan pada rumusan tersebut, keuangan negara adalah semua aspek yang tercakup dalam APBN yang diajukan oleh pemerintah kepada DPR setiap tahunnya. Dengan kata lain, APBN merupakan deskripsi dari keuangan negara, dalam arti sempit, sehingga pengawasan terhadap ABPN juga merupakan pengawasan terhadap keuangan negara. Sementara itu, penafsiran kedua adalah berkaitan dengan metoda sistematik dan historis yang menyatakan: “…keuangan negara dalam arti luas, yang meliputi keuangan negara yang berasal dari APBN, APBD, BUMN, BUMD, dan pada hakikatnya seluruh harta kekayaan negara, sebagai suatu sistem keuangan negara…”. 37 Makna tersebut mengandung pemahaman keuangan negara dalam arti luas, adalah segala sesuatu kegiatan atau aktivitas yang berkaitan erat dengan uang yang diterima atau dibentuk berdasarkan hak istimewa negara untuk kepentingan publik. Pemahaman tersebut kemudian lebih diarahkan pada dua hal, yaitu hak dan kewajiban negara yang timbul dan makna keuangan negara. Adapun yang dimaksud dengan hak tersebut adalah hak menciptakan uang; hak mendatangkan hasil, hak melakukan pungutan; hak meminjam, dan hak memaksa. Adapun kewajiban adalah 36 Arifin P. Soeria Atmadja, Keuangan Publik Dalam Perspektif Hukum Praktik, dan Kritik, Jakarta : Badan Penerbit Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2005, hal. 85-86. 37 Ibid., hal. 96. kewajiban menyelenggaraan tujuan negara demi kepentingan masyarakat, dan kewajiban membayar hak-hak tagihan pihak ketiga, berdasarkan hubungan hukum atau hubungan hukum khusus. Penafsiran ketiga dilakukan melalui pendekatan sistematik dan teleologis atau sosiologis terhadap keuangan negara yang dapat memberikan penafsiran yang relatif lebih akurat sesuai dengan tujuannya. Maksudnya adalah: 38 “Apabila tujuan menafsirkan keuangan negara tersebut dimaksudkan untuk mengetahui sistem pengurutan dan pertanggungjawabannya, maka pengertian keuangan negara tersebut adalah sempit. Selanjutnya pengertian keuangan negara apabila pendekatannya dilakukan dengan menggunakan cara penafsiran sistematis dan teleologis untuk mengetahui sistem pengawasan atau pemeriksaan pertanggungjawaban, maka pengertian keuangan negara itu adalah dalam pengertian keuangan negara dalam arti luas, yakni termasuk di dalamnya keuangan yang berada dalam APBN, APBD, BUMND dan pada hakikatnya seluruh kekayaan negara merupakan obyek pemeriksaan dan pengawasan.” Penafsiran ketiga inilah yang tampak paling essensial dan dinamis dalam menjawab berbagai perkembangan yang ada di dalam masyarakat. Bagaimanapun, penafsiran demikian akan sejalan dengan perkembangan masyarakat dewasa ini yang menuntut adanya kecepatan tindakan dan kebijakan, khususnya dari pemerintah, baik yang berdasarkan atas hukum rechts handeling maupun yang berdasarkan atas fakta feitelijke handeling. Dengan penafsiran ketiga ini juga terlihat betapa ketat dan 38 Arifin P. Soeria Atmadja, Keuangan Publik Dalam Perspektif Hukum Praktik, dan Kritik, Jakarta : Badan Penerbit Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2005, hal. 97. kedap air waterdicht perumusan keuangan negara dalam aspek pengelolaan dan pertanggungjawabannya, 39 di antaranya pengadaan barangjasa pemerintah. Selanjutnya dapat didefinisikan beberapa konsep dasar dalam membahas permasalahan dalam tulisan adalah sebagai berikut: a. Pengadaan barangjasa pemerintah adalah kegiatan pengadaan barangjasa yang dibiayai dengan APBNAPBD, baik yang dilaksanakan secara swakelola maupun oleh penyedia barangjasa. Pasal 1 angka 1 Peraturan Presiden Nomor 95 Tahun 2007 tentang Perubahan Ketujuh Atas Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003 tentan Pedoman Pelaksanaan Pengadaan BarangJasa Pemerintah. b. Pejabat Pembuat Komitrnen adalah pejabat yang diangkat oleh Pengguna AnggarartKuasa Pengguna AnggaranDewan Gubernur Bank Indonesia BIPemimpin Badan Hukum Milik Negara BHMNDireksi Badan Usaha Milik Negara BUMNBadan Usaha Milik Daerah BUMD sebagai pemilik pekerjaan, yang bertanggung jawab atas pelaksanaan pengadaan barangjasa. Pasal 1 ayat 1a Peraturan Presiden Nomor 95 Tahun 2007 tentang Perubahan Ketujuh Atas Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan BarangJasa Pemerintah. 39 Ibid., hal. 97. c. Menteripimpinan lembaga adalah Pengguna AnggaranPengguna Barang bagi kementerian negaralembaga yang dipimpinnya. Dalam Pasal 4 ayat 1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara. d. Kuasa Pengguna Anggaran adalah pejabat yang ditunjuk oleh Pengguna Anggaran untuk menggunakan anggaran KementerianLembagaSatuan Kerja Perangkat Daerah. Pasal 1 ayat 1c Peraturan Presiden Nomor 95 Tahun 2007 tentang Perubahan Ketujuh Atas Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan BarangJasa Pemerintah. e. Panitia pengadaan adalah tim yang diangkat oleh Pengguna AnggarariKuasa Pengguna AnggararrDewan Gubernur BlPimpinan BHMNDireksi BUMN Direksi BUMD, untuk rnelaksanakan pemilihan penyedia barangjasa. Pasal 1 ayat 8 Peraturan Presiden Nomor 95 Tahun 2007 tentang Perubahan Ketujuh Atas Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan BarangJasa Pemerintah. f. Penyedia barangjasa adalah badan usaha atau orang perseorangan yang kegiatan usahanya menyediakan baranglayanan jasa. Pasal 1 ayat 3 Peraturan Presiden Nomor 95 Tahun 2007 tentang Perubahan Ketujuh Atas Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003 tentan Pedoman Pelaksanaan Pengadaan BarangJasa Pemerintah. g. Jasa Pernborongan adalah layanan pekerjaan pelaksanaan konstruksi atau wujud fisik Iainnya yang perencanaan teknis dan spesifikasinya ditetapkan Pejabat Pembuat Komitmen PPK sesuai penugasan Kuasa Pengguna Anggaran KPA dan proses serta pelaksanaannya diawasi oleh Pejabat Pembuat Komitmen PPK. Pasal 1 ayat 15 Peraturan Presiden Nomor 95 Tahun 2007 tentang Perubahan Ketujuh Atas Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan BarangJasa Pemerintah. h. Kontrak adalah perikatan antara Pejabat Pembuat Kornitmen PPK dengan penyedia barangjasa dalam pelaksanaan pengadaan barangjasa. Pasal 1 ayat 17 Peraturan Presiden Nomor 95 Tahun 2007 tentang Perubahan Ketujuh Atas Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan BarangJasa Pemerintah. i. Tanggungjawab adalah kewajiban untuk menyajikan dan melaporkan segala tindak tanduk dan kegiatannya terutama di bidang administrasi keuangan kepada pihak yang lebih tinggiatasannya.

G. Metode Penelitian

1. Sifat dan Jenis Penelitian

Dokumen yang terkait

Perjanjian Pengadaan Barang Informasi Teknologi (IT) Antara CV. Dhymas Com dengan PT. Gapura Angkasa Dalam Pelaksanaannya.

2 70 104

Tanggung Jawab Hukum Pemborong Terhadap Pemerintah dalam Kontrak Pengadaan varang/Jasa Pemerintah (Studi Kasus Pada Dinas Pekerjaan Umum Kota Medan)

4 71 82

Tanggung Jawab Perusahaan Penerbangan Terhadap Orang Dan Barang Dalam Pengangkutan Udara Ditinjau Dari Undang-Undang No. 1 Tahun 2009

3 143 98

Analisis Hukum terhadap Peranan dan Tanggung Jawab Komisaris Independen dalam Perseroan Terbuka (Studi pada PT. Toba Pulp Lestari Tbk)

0 54 125

Perjanjian Pengadaan Barang Dan Jasa Pemerintah (Studi Di Pemerintah Provinsi Sumatera Utara)

4 85 130

Tinjauan Hukum Pembatalan Akta Perjanjian Kerjasama Pengadaan Barang Atas Dasar Wanprestasi (Studi PT.TNC)

3 102 129

Analisis Yuridis Terhadap Tugas Dan Tanggung Jawab Notaris Sebelum Dan Sesudah Perseroan Terbatas Listing Di Pasar Modal

4 67 125

Perjanjian Pengadaan Barang Dan Jasa Untuk Peningkatan Jalan Kereta Api Perlanaan – Gunung Bayu Antara Satuan Kerja Pengembangan Perkeretaapian Sumatera Utara dan PT. Wahana Adidaya Pertiwi

0 70 102

Pengadaan Barang / Jasa Pemerintah Di Bidang Konstruksi (Studi Kasus Kementrian Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat Satuan Kerja Wilayah I Provinsi Sumatera Utara)

4 85 54

Tanggung Jawab Kuasa Pengguna Anggaran Terhadap Keuangan Negara Dalam Proses Pengadaan Barang Jasa Pemerintah (Studi Kasus Pengadaan Alat Kesehatan di RSU dr.F.L.Tobing Sibolga)

0 0 16