Pengertian Pesan Tujuan Dakwah

Muhyiddin dalam bukunya Metode Pengembangan Dakwah, mendefinisikan dakwah adalah aktifitas menciptakan perubahan sosial dan pribadi yang didasarkan pada tingkah laku pembaharuaannya. Dan yang menjadi inti tindakan dakwah adalah perubahan kepribadian seseorang dan masyarakat secara kultural 3 . Usaha dakwah juga bisa dilakukan melalui lisan dan tulisan yakni yang bersifat mengajak, menyeru agar mentaati perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya. Pada hakikatnya dakwah adalah komunikasi hanya saja berbeda pada cara dan tujuan yang akan dicapainya. Dakwah juga mengharapkan komunikannya bersikap dan berbuat sesuai dengan isi pesan yang disampaikan oleh komunikatornya. Dakwah juga merupakan komunikasi yang khas yaitu pada cara pendekatannya dilakukan secara persuasif dan bertumpu pada human oriented hikmah dan kasih sayang. Pesan dakwah atau materi dakwah secara garis besarnya dapat dikelompokkan menjadi tiga:

1. Tentang Aqidah

Menurut bahasa, aqidah diambil dari kata al-‘Aqd yaitu mengikat, menguatkan, teguh dan mengukuhkan. Menurut istilah, aqidah ialah iman yang kuat kepada Allah dan apa yang diwajibkan berupa tauhid dan mengimani semua cabang dari pokok-pokok keimanan ini serta hal-hal yang masuk dalam kategorinya berupa prinsip-prinsip agama 4 . Menurut Mahmud 3 Asep Muhyiddin, Metode Pengembangan Dakwah, Bandung: Pustaka Setia, 2002, h.28 4 Abdullah bin Abdul Azis al-Jibrin, Cara Mudah Memahami Aqidah Sesuai Al- Qur’an, As-Sunnah dan Pemahaman Salafush Shalih, Jakarta: Pustaka At-Tazkia, 2007, h.3 Syaltut, aqidah ialah sisi teoritis yang harus pertama kali diimani atau diyakini dengan keyakinan yang mantap tanpa keraguan sedikitpun. Al- Qur’an menyebut aqidah dengan istilah iman dan syari’ah dengan istilah amal shaleh, keduanya saling berhubungan dan bersamaan. Itu artinya keimanan atau kepercayaan harus diikuti oleh amal shaleh. Aqidah atau kepercayaan Islam mempunyai rukun-rukun tertentu yakni hak yang harus dipercayai, adapun rukun iman ada enam: a. Percaya kepada Allah Percaya kepada Allah yaitu dengan percaya dengan sepenuh hati akan ke-Esaan dan eksistensi Allah, meyakini kekuasaan bahwa Dia yang menciptakan semua makhluk, tidak menyekutukan-Nya dengan yang lain, semua hidup dan perbuatan manusia hanyalah dilakukan umtuk mencari ridha Allah. b. Percaya kepada malaikat Allah Percaya kepada Allah percaya dengan adanya malaikat, makhluk yang menjadi perantara Allah kepada makhluk-Nya. Malaikat memiliki tugas masing-masing yang telah ditentukan, malaikat diciptakan dari cahaya yang bersifat immaterial being bukan makhluk yang bersifat materi, maka wujud malaikat tidak terikat pada bentuk tertentu yakni dapat berubah-ubah atas izin-Nya. c. Percaya kepada kitab Allah Percaya pada kitabullah berarti bahwa Allah menurunkan kitab kepada Rasul yang berisi tentang ajaran-ajaran dan aturan-aturan Islam. Kitab yang disebutkan dalam Al-Qur’an ada 4 macam, yakni kitab Taurat diturunkan kepada Nabi Musa As, kitab Zabur kepada Nabi Daud As, kitab Injil kepada Nabi Isa As dan yang terakhir adalah Al-Qur’an diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. Pada dasarnya prinsip ajaran Islam yang berada dalam kitab-kitab-Nya adalah sama, meskipun diturunkan dalam kurun waktu yang berbeda dan keadaan umat yang berbeda pula. Jika terdapat perbedaan prinsip ajaran agama Islam, itu bukanlah ajaran asli dari Nabinya, yakni pemeluknyalah yang menyelewengkan dan merubah isi ajaran kitab yang ada didalamnya. d. Percaya kepada utusan Allah Percaya kepada Allah percaya bahwa Allah memilih beberapa diantara manusia untuk menjadi utusan dan menyampaikan ajaran-Nya. Nabi berbeda dengan Rasul persamaannya hanya mereka sama-sama menerima wahyu, wahyu yang diturunkan kepada Nabi untuk dilaksanakan dirinya sendiri, sedangkan Rasul menerima wahyu untuk disampaikan kepada umatnya. Rasul yang disebutkan dalam Al-Qur’an berjumlah 25 Rasul. e. Percaya kepada hari akhir hari kiamat Yakni percaya tentang adanya hari kiamat dimana semua makhluk akan mati, kemudian dibangkitkan kembali dan diperhitungkan segala amalnya, amal yang dilakukan semasa hidup akan mendapat balasan yang setimpal sesuai dengan perbuatannya. f. Percaya kepada takdir Rukun Iman yang terakhir yakni percaya bahwa Allah menciptakan manusia kodrat kekuasan dan iradat kehendaknya, sehingga segala hal yang menimpa manusia sudah sesuai dengan garis takdir yang telah ditentukan oleh penciptanya. Manusia hanya wajib berusaha melakukan yang terbaik dan selebihnya memasrahkan usaha yang telah dilakukan kepada yang menciptakan dan kehendak yang maha kuasa. Inilah yang disebut tawakal. Tawakal bukan berarti menyerah begitu saja pada keadaan, namun tawakal adalah mewakilkan menyerahkan segala nasib usaha yang telah dilakukan kepada Allah.

2. Tentang Akhlak

Secara etimologis akhlak berarti budi pekerti, peringai, prilaku atau tabiat. Secara terminologis ada beberapa definisi tentang akhlak: menurut Ibrahim Anis, akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa, yang dengannya lahirlah perbuatan-perbuatan, baik atau buruknya tanpa membutuhkan pemikiran atau pertimbangan 5 . Menurut Abdul Karim Zaidan, akhlak adalah kumpulan nilai-nilai dan sifat-sifat yang tertanam dalam jiwa yang dengan sorotan dan timbangan seseorang dapat menilai perbuatannya baik atau buruk, untuk kemudian memutuskan untuk terus melakukan atau meninggalkannya 6 . Sedangkan menurut Tutty Alawiyah, akhlak adalah sifat yang berurat-berakar pada diri seseorang yang terbit dari amal perbuatan dengan mudah, yang keluar dengan spontan dan tanpa pertimbangan yang 5 Ibrahim Anis, Al-Mu’jam Al Wasith, Kairo: Dar Al-Ma’arif, 1972, h. 202 6 Abdul Karim Zaidan, Ushul Aldakwah, Baghdad: Jamiyah Al-amani, 1976, h. 75 matang 7 . Definisi diatas sama-sama menekankan makna akhlak yaitusifat yang tertanam dalam jiwa manusia, yang muncul dengan spontan tanpa dipertimbangkan dan tanpa memerlukan dorongan dari luar. Akhlak juga sangat erat hubungannya dengan syariah, karena sikap atau akhlak yang dilakukan haruslah sesuai dengan syariat Islam. Akhlak meliputi: a. Akhlak terhadap Tuhan b. Akhlak terhadap makhluk.

3. Tentang Syariah

Syariah secara bahasa berarti jalan tempat keluarnya air minum, secara istilah syariah adalah segala sesuatu yang disyariatkan Allah kepada hamba- hambaNya, termasuk peraturan-peraturan dan hukum segala hal yang telah ditetapkan oleh Allah. Syariah sangat erat hubungannya dengan aqidah, jika aqidah adalah iman atau keyakinan maka syariah adalah hal yang perlu dilakukan sesudah keimanan, yakni amal shaleh atau perbuatan sehari-hari yang sesuai dengan syariat Islam, seperangkat aturan yang mengatur kehidupan manusia dari segala aspek. Syariah merupakan aturan yang harus diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari, karena syariah yang mengatur hubungan manusia dengan Tuhan, dan hubungan manusia dengan manusia, syariat meliputi 8 : a. Ibadah, dan ibadah meliputi: Thaharah bersuci 1. Sholat 7 Tutty Alawiyah, Strategi Dakwah di Lingkungan Majlis Ta’lim, Bandung: Mizan 1997, h. 39 8 M.Abdul Mujib, Kamus Istilah Fiqih, Jakarta: PT.Pustaka Firdaus, 1994, h.25 2. Zakat 3. Puasa 4. Haji b. Muamalah yang meliputi: 1. Munakahat hukum nikah 2. Waratsah hukum waris 3. Muamalah hukum jual beli 4. Hinayah hukum pidana 5. Khilafah hukum negara 6. Jihad hukum peperangan dan perdamaian

D. Tujuan Dakwah

Tujuan dakwah merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam penyampaian dakwah tujuan dakwah dirumuskan kepada suatu tindakan dalam pelaksanaan dakwah. Hakekat dari tujuan dakwah adalah mempertemukan kembali fitrah manusia dengan agama agar menyadarkan manusia supaya mengakui kebenaran Islam dan mau mengamalkan ajaran Islam. 9 Tujuan utama dakwah menurut Abdul Rosyad Saleh adalah nilai atau hasil akhir yang ingin dicapai atau diperoleh oleh keseluruhan tindakan dakwah untuk mencapai tujuan inilah maka rencana dan tindakan dakwah 9 Nurul Baddruttamamam, Dakwah Kolaboratif Tarmidzi Taher, Jakarta: Grafindo, 2005, h. 35 harus ditunjukan dan diarahkan. 10 Beberapa pendapat di atas, penulis menyimpulkan bahwa tujuan dakwah yaitu memberikan pemaham dan penjelasan pesan-pesan dakwah dengan dalil-dalilnya baik secara tafshli maupun ijmali berserta dalil-dalil aqli dan naqlinya sehingga mad’u benar-benar menangkap, memahami, dan mengerti pesan-pesan agama yang di sampaikan oleh da’i, kemudian mad’u dapat mengaplikasikannya didalam kehidupan sehari-hari. Setelah mendapat pengetahuan dari unsur-unsur yang telah dipaparkan di atas, untuk lebih efektif seorang da’i dalam menyampaikan dakwahnya, perlu untuk mengetahui metode-metode yang digunakan agar pesan-pesan dakwah yang di kirim kepada mad’u dapat tepat sasaran artinya materi yang disampaikan sesuai dengan kadar kemampuan mad’u.

E. Pengertian Buku

Buku adalah kumpulan kertas atau bahan lainnya yang dijilid menjadi satu pada salah satu ujungnya dan berisi tulisan atau gambar. Setiap sisi dari sebuah lembaran kertas pada buku disebut sebuah halaman. Seiring dengan perkembangan dalam bidang dunia informatika, kini dikenal pula istilah e-book atau buku-e buku elektronik, yang mengandalkan perangkat seperti komputer, laptop, tablet pc, ponsel dan lainnya, serta menggunakan software tertentu untuk membacanya. 10 Abdul Rosyad Saleh, Manajemen Dakwah Islam, Jakarta: PT. Bulan Bintang, 1986, h.21 Disebutkan dalam bahasa Indonesia terdapat kata kitab yang diserap dari bahasa Arab ب , yang memiliki arti buku. Kemudian pada penggunaan kata tersebut, kata kitab ditujukan hanya kepada sebuah teks atau tulisan yang dijilid menjadi satu. Biasanya kitab merujuk kepada jenis tulisan kuno yang mempunyai implikasi hukum, atau dengan kata lain merupakan undang- undang yang mengatur. Istilah kitab biasanya digunakan untuk menyebut karya sastra para pujangga pada masa lampau yang dapat dijadikan sebagai bukti sejarah untuk mengungkapkan suatu peristiwa masa lampau.

F. Sejarah Buku

Ada berbagai sumber yang menguak sejarah tentang buku. Awalnya buku pertama disebutkan lahir di Mesir pada tahun 2400-an SM setelah orang Mesir menciptakan kertas papirus. Kertas papirus yang berisi tulisan ini digulung dan gulungan tersebut merupakan bentuk buku yang pertama. Ada pula yang mengatakan buku sudah ada sejak zaman Sang Budha di Kamboja karena pada saat itu Sang Budha menuliskan wahyunya di atas daun dan kemudian membacanya berulang-ulang. Berabad-abad kemudian di Cina, para cendekiawan menuliskan ilmu-ilmunya di atas lidi yang diikatkan menjadi satu. Hal tersebut mempengaruhi sistem penulisan di Cina di mana huruf-huruf Cina dituliskan secara vertikal yaitu dari atas ke bawah. Buku yang terbuat dari kertas baru ada setelah Cina berhasil menciptakan kertas pada tahun 200-an SM dari bahan dasar bambu di ditemukan oleh Tsai Lun. Kertas membawa banyak perubahan pada dunia. Pedagang muslim membawa teknologi penciptaan kertas dari Cina ke Eropa