Pesan Aqidah Pesan Dakwah Yang Terkandung Dalam Buku How To Master Your

kepercayaan Islam mempunyai rukun-rukun tertentu yakni hak yang harus dipercayai. Pesan dakwah yang mengandung kategori Aqidah diantaranya adalah: a. Iman Kepada Allah Iman Kepada Allah yakni percaya dengan sepenuh hati akan ke-Esaan dan eksistensi Allah, meyakini kekuasaan bahwa Dia yang menciptakan semua makhluk, tidak menyekutukan-Nya dengan yang lain, semua hidup dan perbuatan manusia hanyalah dilakukan untuk mencari ridha Allah. Allah berfirman dalam al-qur’an tentang iman kepada Allah dalam Q. S. Al-Ikhlas ayat 1 yaitu: ֠ ִ Artinya: “Katakanlah: Dia-lah Allah, yang Maha Esa”. Pengambilan data tentang isi pesan dakwah yaitu iman kepada Allah yang terkandung dalam buku Habits, penulis melibatkan tiga orang ahli yang berkompeten. Kemudian didapat paragraf yang mengandung iman kepada Allah dapat dibaca dari cuplikan buku sebagai berikut: “Puasa akan dilaksanakan secara semangat karena mengetahui tujuannya adalah surga Allah”Why? What? How? P. 5 Kalimat diatas bahwa pengarang buku Felix Y. Siauw mencoba menerangkan bahwa kita harus mempunyai tujuan dalam hidup, agar hidup menjadi terarah dan sesuai dengan niat awal yang kita niatkan. Contohnya seperti menjalankan Ibadah puasa, bahwa semua umat Islam mengetahui bahwa tujuan akhir kita berpuasa hanya semata-mata karena mengejar surga- Nya. Sebagaimana Allah berfirman dalam Q.S Al-Baqarah ayat 183, yaitu: ִ ֠ +,-. -1234 ִ☺⌧ 7.8 9: ֠ ; + =֠ ? ִ 4 AB8 CD Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa” “Dia benar-benar meyakini bahwa apa yang disampaikannya benar- benar obat satu-satunya yang mujarab bagi ummat. Tidak ada keraguan sedikitpun baginya bahwa Allah akan memenangkan perjuangannya pada akhirnya” Why? What? How? P. 28 Kalimat diatas menunjukkan bahwa seorang pengemban dakwah ustadz, guru harus mempunyai keyakinan terhadap ilmu yang diberikan ke mad’u, selain itu pengemban dakwah harus mengerahkan segenap upaya dan daya serta harta yang dimilikinya semata-mata hanya untuk perjuangan menegakkan Islam. Keyakinan dari seorang pengemban dakwah akan berdampak positif bagi mad’unya dan pasti mendapatkan bonus berupa pahala dari Allah SWT. “Hampir-hampir tidak ada sesuatu hal yang mustahil untuk diraih selama Allah masih mewajibkannya kepada kita. Karena dalam keyakinan Muslim, Allah mustahil mewajibkan yang mustahil bagi kita...” Re-defening “Impossible” P. 1 Kalimat diatas menunjukkan bahwa kita sebagai umat muslim harus menyakini bahwa kita bisa melakukan apa yang diberi, diperintahkan, dan ditugaskan oleh Allah SWT didalam menjalankan roda kehidupan sehari- hari. Allah berfirman dalam Q. S. Al-Baqarah: 268 EF G H? IJ,K L MFA ִ ִ NO Artinya: “Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya”. Kemampuan seseorang yakin dengan janji yang telah disematkan Allah dan Rasul-Nya” The End is Better than Beginning P. 12 Kalimat diatas menunjukkan bahwa umat muslim harus percaya dan yakin dengan janji atau kehendak yang disematkan oleh Allah dan Rasul- Nya. Allah berfirman dalam Q. S. Yasin: 82 ִ☺ LA KP.R, SA ִT U VW,-⌧ X A P 4 ; ? TY Artinya: “Sesungguhnya keadaan-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu hanyalah berkata kepadanya: Jadilah Maka terjadilah ia”. “Bagi seorang pengemban dakwah yang visioner, kenyataan terpuruknya kaum Muslim di zaman ini tidak menjadikan ia yakin bahwa Islam takkan bangkit kembali, sebaliknya, ia justru semakin yakin bahwa semua kondisi ini akan dibalik oleh Allah” The End is Better than Beginning P. 16 Kalimat diatas menunjukkan bahwa seorang pengemban dakwah guru, ustadz harus mempunyai keyakinan yang kuat bahwa segala musibah atau keterpurukan Islam pada zaman sekarang pasti akan berubah yang hasilnya nanti menjadi sebuah kejayaan yang kuat dalam menghadapi modernisasi. b. Iman Kepada Malaikat Percaya dengan adanya malaikat, makhluk yang menjadi perantara Allah kepada makhluk-Nya. Malaikat memiliki tugas masing-masing yang telah ditentukan, malaikat diciptakan dari cahaya yang bersifat immaterial being bukan makhluk yang bersifat materi, maka wujud malaikat tidak terikat pada bentuk tertentu yakni dapat berubah-ubah atas izin-Nya. Allah berfirman dalam Q. S. Maryam: 16-17 R,S 7 Z 1?,4 [ R SA \⌧- =]L \; ִ  L֠? FT ֠`Ea \⌧- Y ; L GT bc d Z] ]eYִO U Y ִ ,T4A ]eִ fU E ghִ☺ iY ִ 4 `j]k F ִO l Artinya: Dan ceritakanlah kisah Maryam di dalam Al Quran, Yaitu ketika ia menjauhkan diri dari keluarganya ke suatu tempat di sebelah timur. Maka ia Mengadakan tabir yang melindunginya dari mereka; lalu Kami mengutus roh Kami Jibril kepadanya, Maka ia menjelma di hadapannya dalam bentuk manusia yang sempurna. Buku yang penulis teliti, tidak di temui kalimat-kalimat ataupun paragraf yang masuk kedalam kategori Iman Kepada Malaikat Allah. c. Iman kepada Kitab Allah Percaya pada kitabullah berarti bahwa Allah menurunkan kitab kepada Rasul yang berisi tentang ajaran-ajaran dan aturan-aturan Islam. Kitab yang disebutkan dalam Al-Qur’an ada 4 macam, yakni kitab Taurat diturunkan kepada Nabi Musa As, kitab Zabur kepada Nabi Daud As, kitab Injil kepada Nabi Isa As dan yang terakhir adalah Al-Qur’an diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. Pada dasarnya prinsip ajaran Islam yang berada dalam kitab-kitab-Nya adalah sama, meskipun diturunkan dalam kurun waktu yang berbeda dan keadaan umat yang berbeda pula. Jika terdapat perbedaan prinsip ajaran agama Islam, itu bukanlah ajaran asli dari Nabinya, yakni pemeluknyalah yang menyelewengkan dan merubah isi ajaran kitab yang ada didalamnya. Allah berfirman dalam Q. S. Al-Maidah: 48 ,4 mL ִ=,-4A 1?,4 nִ,4 c o֠ 3 ִ☺ p4 9:q c  ִ [; Z 1+,4 e ☺,-ִ ,-. +. Y sG ]et c ִ☺c X mL EF \u+v8  w☺ ⌧x ִ֠; [; nִ,4 y 4z ? 4 ]eYִ ִ2 ? d `1a ֠☯; ִ e y 4 ⌧ +.ִ ִ|4 dg} ]ִ .V ;1? 4 = T p4 7 ?x8 A= iNO Y V ` Rִ~,4 y 7.•A W + 12 R e - ☺ִ2 ?€ + •TY ִ☺c Nse T Y K i, C Artinya : “ Dan Kami telah turunkan kepadamu Al Quran dengan membawa kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, Yaitu Kitab-Kitab yang diturunkan sebelumnya dan batu ujian terhadap Kitab-Kitab yang lain itu; Maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu. untuk tiap-tiap umat diantara kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang terang. Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat saja, tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah-lah kembali kamu semuanya, lalu diberitahukan-Nya kepadamu apa yang telah kamu perselisihkan itu”. Buku yang penulis teliti, tidak di temui kalimat-kalimat ataupun paragraf yang masuk kedalam kategori Iman Kepada Kitab Allah. d. Iman Kepada Rasul Percaya bahwa Allah memilih beberapa diantara manusia untuk menjadi utusan dan menyampaikan ajaran-Nya. Nabi berbeda dengan Rasul persamaannya hanya mereka sama-sama menerima wahyu,wahyu yang diturunkan kepada Nabi untuk dilaksanakan dirinya sendiri, sedangkan Rasul menerima wahyu untuk disampaikan kepada umatnya. Rasul yang disebutkan dalam Al-Qur’an berjumlah 25 Rasul. Allah SWT berfirman dalam Q. S. Saba’: 28 ִ= ]eYִO U MFA d Y Eƒ „g ge p4 `R …]k bR Z- L w;1? 4 `e†ƒ „g g4 EF 9‡ G☺.\ Artinya: “Dan Kami tidak mengutus kamu, melainkan kepada umat manusia seluruhnya sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan, tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahui”. Terdapat banyak paragraf yang mengandung isi pesan dakwah tentang Iman Kepada Rasul, diantaranya sebagai berikut: “Sebagaimana para sahabat yang berhijrah ke Madinah, Abdurrahman pun meninggalkan hartanya di Makkah karena lebih memilih Rasulullah Muhammad di atas segalanya, bahkan istrinya pun ia tinggalkan di Makkah” Teach Habits and Habits will serve you P. 1 Kalimat diatas menunjukkan bahwa Abdurrahman bin Auf rela mengorbankan hartanya demi memilih dan mengikuti Rasulullah SAW berhijrah ke Madinah. Dia adalah seorang sahabat yang kaya raya dan termasuk salah satu sahabat yang dikabarkan kepadanya bahwa ia akan memasuki surga Allah SWT tatkala beliau masih hidup. Allah berfirman dalam Q. S. Al-Baqarah ayat 261, yaitu ˆg ֠ A K NsG 4V , 7 -+ִO W hִ☺⌧ ‰dŠ+ִ \‹ i ŒcL ִu =ִO E c ִO 7 z = =ceGO d• Ž =dŠ+ִ ? G E• ;ִ☺ 4 f …]• ? uu1OV ‘sT ’ Artinya: “Perumpamaan nafkah yang dikeluarkan oleh orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan ganjaran bagi siapa yang Dia kehendaki. dan Allah Maha Luas karunia-Nya lagi Maha mengetahui”. Kemampuan seseorang yakin dengan janji yang telah disematkan Allah dan Rasul-Nya” The End is Better than Beginning P. 12 Kalimat diatas menunjukkan bahwa umat muslim harus yakin dengan janji yang disematkan oleh Allah dan Rasul-Nya. Contohnya janji Rasulullah terhadap umat muslim tentang kota Konstatinopel, kota Konstatinopel sudah ditaklukkan jauh sebelum 1453, yakni ketika Rasulullah SAW bersada “kalian pasti akan menaklukkan kota Konstatinopel”, karena apapun yang diucapkan beliau adalah suatu kepastian dan keniscayaan. Bagi seorang muslim, walaupun semua orang berkata ‘tidak’ asalkan Rasulullah SWT mengatakan ‘ya’ itu sudah cukup dan pasti akan terjadi dikemudian kelak. e. Iman Kepada Hari Akhir Percaya tentang adanya hari kiamat dimana semua makhluk akan mati, kemudian dibangkitkan kembali dan diperhitungkan segala amalnya, amal yang dilakukan semasa hidup akan mendapat balasan yang setimpal sesuai dengan perbuatannya. Sebagaimana Allah berfirman dalam Q. S. Al-Hajj ayat 7, yang berbunyi: g d JJ4 “d T 8 MF  U dH` Y M‡ Goִ = ; 7 U =A,4 l Artinya: “Dan Sesungguhnya hari kiamat itu pastilah datang, tak ada keraguan padanya; dan bahwasanya Allah membangkitkan semua orang di dalam kubur” Buku yang penulis teliti, tidak di temui kaliat-kalimat ataupun paragraf yang masuk kedalam kategori Iman Kepada Malaikat Allah. f. Iman kepada Qadha dan Qadhar Percaya bahwa Allah menciptakan manusia kodrat kekuasan dan iradat kehendaknya, sehingga segala hal yang menimpa manusia sudah sesuai dengan garis takdir yang telah ditentukan oleh penciptanya. Manusia hanya wajib berusaha melakukan yang terbaik dan selebihnya memasrahkan usaha yang telah dilakukan kepada yang menciptakan dan kehendak yang maha kuasa. Inilah yang disebut tawakal. Tawakal bukan berarti menyerah begitu saja pada keadaan, namun tawakal adalah mewakilkan menyerahkan segala nasib usaha yang telah dilakukan kepada Allah. Terdapat satu paragraf yang menunjukkan iman kepada qadha dan qadhar yaitu: “...Memang sudah takdir Allah, Dia melebihkan seseorang atas yang lain. Imam Syafi’i memang ditakdirkan sebagai alim” Greet Them The Inspirator P. 9 Kalimat diatas menunjukkan bahwa takdir Allah yang membuat seorang Imam Syafi’i dapat menghafal 30 juz Al-qur’an dalam usia kurang dari usia 7 tahun. Jika Allah menakdirkan dan menentukan seseorang maka pasti akan terjadi, tugas manusia hanya berusaha melakukan yang terbaik dalam kehidupan didunia ini. 2. Pesan Akhlak Secara etimologis akhlak berarti budi pekerti, peringai, prilaku atau tabiat. Secara terminologis ada beberapa definisi tentang akhlak: menurut Ibrahim Anis, akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa, yang dengannya lahirlah perbuatan-perbuatan, baik atau buruknya tanpa membutuhkan pemikiran atau pertimbangan 2 . Menurut Abdul Karim Zaidan, akhlak adalah kumpulan nilai-nilai dan sifat-sifat yang tertanam dalam jiwa yang dengan sorotan dan timbangan seseorang dapat menilai perbuatannya baik atau buruk, untuk kemudian memutuskan untuk terus melakukan atau meninggalkannya 3 . Definisi diatas sama-sama menekankan makna akhlak yaitu sifat yang tertanam dalam jiwa manusia, yang muncul dengan spontan tanpa dipertimbangkan dan tanpa memerlukan dorongan dari luar. Akhlak juga sangat erat hubungannya dengan syariah, karena sikap atau akhlak yang dilakukan haruslah sesuai dengan syariat Islam. 2 Ibrahim Anis, Al-mu’jam Al Wasith Kairo: Dar Al-ma’arif, 1972, h.202 3 Abd. Karim Zaidan, Ushul Aldakwah Baghdad: Jamiyah Al-amani, 1976, h. 75 Pesan dakwah yang mengandung kategori Akhlak diantaranya adalah: a. Akhlak kepada Allah Akhlak kepada Allah dapat diartikan sebagai sikap atau perbuatan yang seharusnya dilakukan oleh manusia sebagai makhluk kepada Allah. Berkaitan dengan akhlak kepada Allah telah berfirman dalam Q. S. Al- Maidah ayat 11: dH9 9: ֠ e R,S ‹ִ☺ L W +,-. ,SA ”ִ ֠ • –—J + ?,T4A NsG  w ?Y NsG  + Ag8 y 7.8 W TYY 9‡ e G☺,4 Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, ingatlah kamu akan nikmat Allah yang diberikan-Nya kepadamu, di waktu suatu kaum bermaksud hendak menggerakkan tangannya kepadamu untuk berbuat jahat, Maka Allah menahan tangan mereka dari kamu. dan bertakwalah kepada Allah, dan hanya kepada Allah sajalah orang-orang mukmin itu harus bertawakkal”. Dalam buku yang penulis teliti, tidak di temui kaliat-kalimat ataupun paragraf yang masuk kedalam kategori Akhlak Kepada Allah. b. Akhlak kepada manusia Manusia hidup dalam kehidupan sehari-hari harus mempunyai sikap atau perbuatan terhadap manusia itu sendiri. Allah berfirman dalam Q. S. An- Nahl: 90 gA RY ZX\ ִ ,4 c ; J\ ‹˜ ™ A m S yš.› RA,4 yUœ ; …N⌧K,4 DR⌧+eG☺,4 „•, =,4 y ?— + ִ 4 9‡ R ⌧-8 •Z Artinya: “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu Berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran”. Adapun pesan akhlak kepada manusia diantara sebagai berikut: “Orang Jawa akan sangat tersinggung, paling tidak merasa tidak nyaman ketika kita mengucapkan kata asu. Sebuah kata yang sangat kasar bagi mereka, akan tetapi orang Minang akan cuek saja mendengar kata itu. Orang Sunda merasa tidak nyaman mendengarkan kata bagong, namun kata itu justru bermakna positif bagi orang Jawa” The Nature of Habits: Automatically P. 9 Kalimat diatas menunjukkan bahwa akhlak tersebut tidak baik bagi kehidupan kita bermasyarakat. Kita seharusnya menjaga perkataan-perkataan yang dapat menyinggung perasaan orang lain, karena menurut kita baik belum tentu menurut orang lain baik. Ada pepatah mengatakan mulutmu adalah harimaumu. “Bila anda berada di Negri Jiran Malaysia, jangan sekali-kali mengucapkan kata butuh, karena artinya bagi mereka berbeda jauh dengan perlu” The Nature of Habits: Automatically P. 10 Kalimat diatas menunjukkan bahwa kita wajib menyesuaikan bahasa dimana kita menempati suatu daerah baru atau tertentu, agar tidak terjadi salah paham diantara kita. “Wow, apa nggak sombong tuh? Insya Allah bukan, sombong adalah menolak kebenaran dan meremehkan manusia. Sedangkan kita sedang berbicara tentang berlomba-lomba dalam kebaikan fastabiqul khairat” Differentiation in Da’wah P. 9 Kalimat diatas menunjukkan bahwa kita hidup tidak boleh sombong dan Allah memerintahkan agar selalu berlomba-lomba dalam mencari kebaikan. Sebagaimana Allah berfirman dalam Q. S. Al-Baqarah ayat 148 yang berbunyi: 4z ? 4 dִ \2 dH` p4 A= iNO Y V ` Rִ~,4 y , L ?8 Y ?c  T ☺ִ2 y gA y7.8 z N•⌧W ⌦R ֠ C Artinya: “Dan bagi tiap-tiap umat ada kiblatnya sendiri yang ia menghadap kepadanya. Maka berlomba-lombalah dalam membuat kebaikan. di mana saja kamu berada pasti Allah akan mengumpulkan kamu sekalian pada hari kiamat. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu”. “Suatu hari saya ditelpon oleh salah satu ustadz saya untuk bertemu dan membantunya menolong seorang mualaf yang baru saja masuk dalam agama Islam. Pak Ahmad namanya” Excuse are Extremely-Very Dangerous P. 3 Kalimat diatas menunjukkan bahwa dalam hidup sebaiknya tolong menolong dalam hal positif agar hidup kita berkah dan bermanfaat untuk orang lain. “Pak Ahmad adalah pengeluh sejati. Satu demi satu keluhan mulai muncul dari lisannya. ‘Muslim tidak perduli dengan saudaranya sendiri, “saya kan Mualaf, harus ada yang bertanggung jawab atas saya”, ‘dimana persaudaraan Islam yang katanya sangat indah, sepertinya teori saja’, dulu ketoka saya beragama Kristen” Excuses are Extremely- Very Dangerous P. 6 Kalimat diatas menceritakan bahwa pak ahmad adalah seorang mualaf yang selalu mengeluh. Sifat yang buruk tersebut kemudian ustadz menasehatinya dan akhirnya pak Ahmad mengerti.

3. Pesan Syariah

Syariah secara bahasa berarti jalan tempat keluarnya air minum, secara istilah syariah adalah segala sesuatu yang disyaritkan Allah kepada hamba- hambaNya, termasuk peraturan-peraturan dan hukum segala hal yang telah ditetapkan oleh Allah. Syariah sangat erat hubungannya dengan aqidah, kalau aqidah adalah iman atau keyakinan maka syariah adalah hal yang perlu dilakukan sesudah keimanan, yakni amal shaleh atau perbuatan sehari-hari yang sesuai dengan syariat Islam, seperangkat aturan yang mengatur kehidupan manusia dari segala aspek. Syariah merupakan aturan yang harus diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari, karena syariah yang mengatur hubungan manusia dengan Tuhan, dan hubungan manusia dengan manusia, syariat meliputi 4 : a. Ibadah meliputi: Thaharah bersuci, Sholat, Zakat, Puasa dan Haji 4 M.Abdul Mujib, Kamus Istilah Fiqih, Jakarta: PT.Pustaka Firdaus, 1994, h.25 b. Muamalah yang meliputi: Munakahat hukum nikah, Waratsah hukum waris, Muamalah hukum jual beli, Hinayah hukum pidana, Khilafah hukum negara, dan Jihad hukum peperangan dan perdamaian. Allah berfirman dalam Q. S. Al-Jatsiyah: 18 Ÿs s ִ= ]eYִ ִ2 y7.8 =dִ `Ea [; Ž DR,i ִ  =g8 Y EF \u=v8  ֠ EF G☺.\ C Artinya: “Kemudian Kami jadikan kamu berada di atas suatu syariat peraturan dari urusan agama itu, Maka ikutilah syariat itu dan janganlah kamu ikuti hawa nafsu orang-orang yang tidak mengetahui”. Pesan dakwah yang mengandung kategori Syariah diantaranya adalah: a. Ibadah