Efektivitas Program TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Efektivitas Program

Kata efektif berasal dari bahasa Inggris yaitu effective yang berarti berhasil atau sesuatu yang dilakukan berhasil dengan baik. Menurut Harbani Pasolong 2007:4, efektivitas pada dasarnya berasal dari kata “efek” dan digunakan istilah ini sebagai hubungan sebab akibat. Efektivitas dapat dipandang sebagai suatu sebab dari variabel lain. Efektivitas berarti bahwa tujuan yang telah direncanakan sebelumnya dapat tercapai atau dengan kata sasaran tercapai karena adanya proses program. Program pada dasarnya merupakan kumpulan program yang dihimpun dalam satu kelompok yang sama secara sendiri-sendiri atau bersama-sama untuk mencapai tujuan dan sasaran. Program yang baik akan menuntun pada hasil-hasil yang diinginkan. Oleh karena itu, penetapan program dilakukan dengan melihat kebijakan yang telah ditetapkan, tujuan dan sasaran serta visi dan misi. Efektivitas program adalah penyelesaian dalam kaitannya dengan kebutuhan dalam kasus manapun penting untuk membedakan penyelesaian program dari yang dapat dicapai tanpa program. Efektivitas harus diukur menurut salah satu di antara tiga cara, yaitu : 1. Efektivitas mungkin hanya merupakan perbedaan tingkat pencapaian hasil program yang ada program dengan yang tidak ada program. 2. Dengan membandingkan tambahan yang ingin dicapai dari yang ditargetkan yang dilayani program dengan pelayanan biasa. 3. Perbandingan tambahan pencapaian hasil dengan tambahan hasil yang diinginkan untuk dicapai Ningrum, 2006. Apabila suatu program telah tercapai dan telah sesuai dengan yang direncanakan bisa dikatakan efektif. Efektivitas sering disebut sebagai evaluasi dari outcome dalam hubungannya dengan tujuan dan objektif. Penilaian efektivitas ditujukan untuk memperbaiki perumusan program atau fungsi dan struktur dinas-dinas dan lembaga-lembaga kesehatan melalui analisis terhadap sampai berapa jauh mereka dapat mencapai tujuan-tujuannya. Kalau mungkin, tujuan yang telah dicapai harus diukur. Kalau tidak mungkin, harus dilakukan analisis kualitatif mengenai relevansi dan kegunaan hasil-hasil tersebut, betapapun subjektif dan impresionistik analisis itu, sampai suatu cara pengukuran yang lebih tepat dapat dibuat. Penilaian efektivitas seharusnya juga harus mencakup penilaian terhadap kepuasan atau kekecewaan yang dinyatakan oleh masyarakat yang bersangkutan mengenai efek dari program, dinas atau lembaga Ningrum, 2006. Tingkat efektivitas dapat diukur dengan membandingkan antara rencana atau target yang telah ditentukan dengan hasil yang dicapai, maka usaha atau hasil pekerjaan tersebut itulah yang dikatakan efektif, namun jika usaha atau hasil pekerjaan yang dilakukan tidak tercapai sesuai dengan apa yang direncanakan, maka hal itu dikatakan tidak efektif. Lebih lanjut, Hari Lubis dan Martani Huseini 1987:55, menyebutkan 3 tiga pendekatan utama dalam pengukuran efektivitas organisasi atau program, yaitu : 1. Pendekatan sumber resource approach yakni mengukur efektivitas dari input. Pendekatan mengutamakan adanya keberhasilan organisasi untuk memperoleh sumber daya, baik fisik maupun non fisik yang sesuai dengan kebutuhan organisasi. Dimensi input adalah terdiri dari 6 M yaitu: Men, Money, Material, Machine, Methode, Market. Dalam bidang administrasi publik, market disini adalah masyarakat Azwar, 1996. 2. Pendekatan proses process approach adalah untuk melihat sejauh mana efektivitas pelaksanaan program dari semua program proses internal atau mekanisme organisasi. Dimensi proses adalah berkenaan dengan penyelenggaraan fungsi-fungsi manajemen kesehatan. Fungsi-fungsi manajemen kesehatan menurut Reinke manajemen operasional kesehatan dikenal dengan singkatan PIE, yaitu: PerencanaanPlanning, PelaksanaanImplementing, dan EvaluasiEvaluation Reinke, 1994. 3. Pendekatan sasaran goals approach dimana pusat perhatian pada output, mengukur keberhasilan organisasi untuk mencapai hasil output yang sesuai dengan rencana. Dari ketiga pendekatan tersebut dapat dikemukakan bahwa efektivitas organisasi merupakan suatu konsep yang mampu memberikan gambaran tentang keberhasilan suatu organisasi dalam mencapai sasarannya.

B. Pemberian Makanan Tambahan PMT

Dokumen yang terkait

Hubungan Antara Pola Konsumsi, Penyakit Infeksi Dan Pantang Makanan Terhadap Risiko Kurang Energi Kronis (Kek) Pada Ibu Hamil Di Puskesmas Ciputat Kota Tangerang Selatan Tahun 2011

2 14 169

Pengaruh pemberian makanan tambahan terhadap konsumsi energi dan protein ibu hamil

0 8 6

Asupan Energi dan Protein Setelah Program Pemberian Makanan Tambahan Pemulihan Ibu Hamil Kurang Energi Kronik di Puskesmas Kota Surabaya.

0 2 8

Asupan Energi Dan Protein Setelah Program Pemberian Makanan Tambahan Pemulihan Ibu Hamil Kurang Energi Kronik Di Puskesmas Kota Surabaya.

0 1 12

Undangan Pembuktian Kualifikasi Pemberian Makanan Tambahan Bagi Ibu Hamil

0 0 1

PENGARUH PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN TERHADAP KONSUMSI ENERGI DAN PROTEIN IBU HAMIL

0 0 6

GAMBARAN IBU HAMIL TENTANG KEKURANGAN ENERGI KRONIS (KEK) PADA KEHAMILAN

0 3 5

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN KEHADIRAN KONSELING GIZI DAN KONSUMSI PMT (PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN) PROGRAM DENGAN PERTAMBAHAN BERAT BADAN IBU HAMIL KEK (KEKURANGAN ENERGI KRONIK) DI PUSKESMAS NGALIYAN KOTA SEMARANG

0 0 15

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Ibu Hamil Kurang Energi Kronis (KEK) - Pengaruh Pemberian Makanan Tambahan Biskuit Lapis Sandwich Terhadap Perubahan Status Gizi Ibu Hamil Kurang Energi Kronis Di Kecamatan Jatibarang Kabupaten Brebes - Repository Universitas M

0 0 18

NASKAH PUBLIKASI PENGARUH PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN BISKUIT LAPIS SANDWICH TERHADAP PERUBAHAN STATUS GIZI IBU HAMIL KURANG ENERGI KRONIS DI KECAMATAN JATIBARANG KABUPATEN BREBES

0 0 14