B. Gambaran program PMT untuk Ibu hamil KEK  di Kota Depok
Program  perbaikan  gizi  pada  ibu  hamil  ini  ditujukan  supaya  kebutuhan  gizi bagi  ibu  hamil  tercukupi.  Sehingga  resiko  terjadinya  KEK  Kekurangan  Energi
Kronis  pada  ibu  hamil  dapat  tertangani.  Salah  satu  program  yang  dijalankan  oleh Dinkes Kota Depok adalah pemberian makanan tambahan bagi ibu hamil yang Gakin
yang  mengalami  KEK  karena  mengacu  pada  Pedoman  Gizi  Ibu  Hamil  dan Pengembangan  Makanan  Tambahan  Ibu  Hamil  Berbasis  Pangan,  Kementrian
Kesehatan  RI  yang  memang  diprioritaskan  pada  ibu  hamil  KEK  dari  keluarga miskin.
Produk PMT didistribusikan ke seluruh Puskesmas  yang ada di  Kota Depok yang  sebelumnya  sudah  didata  oleh  petugas  gizi  yang  ada  di  Puskesmas.  Ibu  hamil
yang  mendapatkan  PMT  adalah  ibu  hamil  yang  memeriksakan  kandungannya  ke Puskesmas  dan  terdeteksi  berisiko  KEK.  Selain  itu,  data  sasaran  juga  didapat  dari
laporan  kader  posyandu  jika  di  wilayahnya  terdapat  ibu  hamil  berisiko  KEK meskipun tidak memeriksakan kandungannya ke Puskesmas.
Secara  umum,  gambaran  program  PMT  pada  ibu  hamil  KEK  dijelaskan dengan  menggunakan  pendekatan  sistem  dimana  dilakukan  pada  komponen  input,
proses, dan output.
Bagan 5.1 Alur Pendekatan Sistem dalam Program PMT Ibu Hamil KEK
1. Input
Unsur-unsur  yang  diperhatikan  dalam  komponen  input    program  PMT untuk ibu hamil KEK Gakin yang sudah dijalankan oleh program gizi seksi kesga
dan  gizi  Dinkes  Kota  Depok  serta  Petugas  Gizi  yang  ada  di  Puskesmas  Kota Depok meliputi:
a. Data
Berdasarkan  Pedoman  PWS  Pemantauan  Wilayah  Setempat  yang dikeluarkan  oleh  Kementrian  Kesehatan  RI,  Dirjen  Bina  Kesmas,  Direktorat
Bina  Gizi  Masyarakat  tahun  2008  sumber  data  untuk  Ibu  hamil  KEK  Gakin
adalah LB3 gizi  KIA, PWS KIA berdasarkan pencatatan dari Puskesmas yang
akan  dikirim  ke  Dinkes  Kota  Depok.  Selain  data  LB3  dan  PWS  KIA  untuk program  pemberian  PMT  Ibu  Hamil  KEK  Gakin,  juga  terdapat  laporan  PMT
Bumil  yang  dilaporkan  paling  lambat  90  hari  setelah  proses  distribusi pemberian  PMT  Bumil  KEK  Gakin.  Jumlah  ibu  hamil  hanya  merupakan  data
•Data LB3 prevalensi Bumil KEK, laporan PMT Bumil
KEK, Pedoman KAK •SDM
•Materi •Dana
•Sarana dan Prasarana •Sasaran
Input
•Perencanaan Kegiatan •Pelaksanaan kegiatan
•Pengawasan dan Penilaian Kegiatan
Proses
• Laporan Kegiatan PMT
Bumil KEK -- penambahan
berat badan ibu hamil
Output
proyeksi  dari  Dinkes.  Data  didapat  dari  Puskesmas,  BPS  Bidan  Praktek Swasta, institusi Pelayanan Kesehatan lain, seperti dari RS Besar yang berada
di  kota  Depok  baik  swasta  maupun  Pemerintah.  Sedangkan  untuk  pedoman program  PMT  Ibu  hamil  KEK  di  Kota  Depok  dibuat  pedoman  Kerangka
Acuan  Kerja  KAK  program  PMT  ibu  hamil  KEK  Gakin  yang  bertujuan untuk meningkatkan status gizi ibu hamil.
Berdasarkan  wawancara  yang  telah  dilakukan,  pada  laporan  PMT  ibu hamil yang diberikan PMT adalah ibu hamil yang beresiko KEK, namun pada
pelaksanaan  di  Puskesmas  Ibu  hamil  yang  berasal  dari  keluarga  miskin  tetap diberikan PMT meskipun tidak mengalami KEK. Hal ini dengan pertimbangan
bahwa  ibu  hamil  yang  berasal  dari  keluarga  miskin  sulit  untuk  membeli makanan  tambahan  dengan  kondisi  ekonomi  yang  terbatas.  Keluarga  miskin
yang  mendapatkan  PMT  dari  Dinkes  adalah  yang  mempunyai  Jamkesda  dan Jamkesmas.
Berikut kutipan hasil wawancara dengan informan utama: “Seharusnya  yang  mendapatkan  PMT  memang  dari  ibu  hamil  KEK
mba,  namun  ibu  hamil  yang  berasal  dari  keluarga  miskin  juga  tetap diberikan  PMT,  karena  kami  mempertimbangkan    kondisi  ekonomi
keluarga ibu hamil tersebut. Jadi, ibu hamil yang berasal dari keluarga miskin  walaupun  dia  tidak  mengalami  KEK  akan  tetap  mendapatkan
PMT
” Informan Utama. Hal ini juga diperkuat oleh ucapan petugas gizi Puskesmas Pengasinan
sebagai  informan  pendukung.  Berdasarkan  hasil  wawancara  dengan  Petugas gizi  di  Puskesmas  Pengasinan,  data  sasaran  memang  tidak  hanya  berasal  dari
kondisi kekurangan energi kronis, namun ibu hamil yang berasal dari keluarga miskin tetap diberikan PMT.
Berikut  hasil  kutipan  wawancara  dengan  informan  pendukung  yaitu petugas gizi Puskesmas Pengasinan:
“Iya mba, kalo ibu hamil itu dari keluarga miskin saya kasih PMT juga. Karena, disana yang KEK juga ga begitu banyak,banyakan gakin jadi
ibu hamil Gakin kalo dia periksa ke Puskesmas juga kita kasih susu. ”
Informan Pendukung. Sedangkan,  berdasarkan  uraian  dari  petugas  gizi  dari  Puskesmas
Pancoran  Mas,  sasaran  yang  terdapat  dari  laporan  program  PMT  ibu  hamil KEK merupakan ibu hamil KEK dan benar-benar berasal dari keluarga miskin.
Berikut  hasil  wawancara  dengan  petugas  gizi  Puskesmas  Pancoran Mas:
“Jadi  kita  kan  nyarinya  kan  yang  kriterianya  yang  Gakin,  trus  KEK juga, trus nanti kita cek juga yang Hb nya rendah. Soalnya kan kriteria
yang diminta dinkes gtu neng .”Informan Pendukung.
b. Sumber Daya
Staf gizi yang bertanggung jawab dalam program PMT Ibu hamil KEK di  Kota  Depok,  memiliki  latar  belakang  sarjana  kesehatan  masyarakat  dalam
peminatan epidemiologi gizi. Beliau menjadi penanggung jawab program PMT di  Kota  Depok  selama  3  tahun.  Tidak  hanya  program  PMT  ibu  hamil,  beliau
bertanggung  jawab  terhadap  beberapa  program  yang  berkaitan  dengan peningkatan  gizi  masyarakat,  Hal  ini  dikarenakan  beliau  menjadi  koordinator
dalam  program  perbaikan  gizi  di  Dinkes  Kota  Depok.  Hal  ini  juga  terlihat dalam  dokumen  rencana  program  program  gizi  Dinkes  Kota  Depok  Tahun
2011.  Dalam  dokumen  tersebut  dicantumkan  rencana  program  program perbaikan  gizi  selama  satu  tahun,  berikut  dengan  penanggung  jawab  program
masing-masing. Untuk program PMT ibu hamil KEK beliau juga berkoordinasi dengan
staf  gizi  yang  lain  serta  Kepala  Seksi  KaSie  Kesehatan  Keluarga  dan  Gizi serta  Kepala  Bidang  Kabid  Pelayanan  Kesehatan  Masyarakat  terkait  dengan
perencanaan program serta pengawasan program PMT. Jika terdapat kendala di lapangan  yang  dilaporkan  oleh  staf  gizi  di  Puskesmas,  umumnya  petugas  gizi
akan  berkonsultasi  dengan  Kepala  Seksi  maupun  Kepala  Bidang  agar  dapat
dicari solusi bersama.
Berikut hasil wawancara dengan informan utama: “Iya  mba.  Biasanya  kalau  ada  kendala  di  lapangan,  kami  bicarakan
dengan  Kasie  atau  Kabid,  nanti  baru  dicari  penyelesaian  bagaimana baiknya
”. Sedangkan untuk Puskesmas sendiri, latar belakang pendidikan petugas
gizi  bervariasi  di  Puskesmas  yang  ada  di  Kota  Depok.  Namun,  umumnya berasal dari D3 Kebidanan, D3 Gizi dan S1 Gizi Kesmas. Dalam pelaksanaan
program  PMT  di  Puskesmas,  seluruh  petugas  gizi  beserta  bidan  KIA  saling berkoordinasi  untuk  memberikan  makanan  tambahan  untuk  Ibu  hamil  KEK.
Petugas gizi mendata ibu hamil yang mendapatkan PMT, dan Bidan KIA yang memberikan secara langsung kepada ibu hamil yang mengalami KEK.
c. Sarana dan Prasarana
Jumlah  sarana  yang  terdapat  pada  program  gizi  di  Dinkes  yaitu  2  unit laptop dan 1 buah komputer. Untuk menunjang program PMT pada bumil KEK
GAKIN,  setiap  staf  gizi  masing-masing  memiliki  handphone  pribadi  untuk melakukan  konfirmasi  kepada  petugas  gizi  di  Puskesmas  jika  terdapat  data-
data yang masih belum jelas, serta memudahkan untuk memantau pelaksanaan PMT Bumil KEK.
Tidak  ada  sarana  maupun  prasarana  yang  disiapkan  secara  spesifik untuk  menunjang  program  PMT  ibu  hamil  KEK  di  Puskesmas.  Dalam
pelaksanaannya, petugas gizi hanya bertugas  untuk memberikan produk PMT ke  bagian  KIA,  dan  nantinya  akan  diberikan  langsung  ke  sasaran  oleh  bagian
KIA. d.
Dana Dana  merupakan  komponen  yang  penting  dalam  pelaksanaan  suatu
program.  Program  Pemberian  Makanan  Tambahan  ini  dibiayai  dari  APBD Kota  Depok  dalam  Dokumen  Perencanaan  Anggaran  DPA  Program
Peningkatan  Gizi  Masyarakat    Tahun  Anggaran  2011.  Tidak  ada  pendanaan yang  dialokasikan  secara  khusus  untuk  mengevaluasi  program  PMT  di  Kota
Depok. Pada tahun ini, dana yang diturunkan juga sudah sesuai dengan waktu pelaksanaan  program  tersebut.  Anggaran  yang  disiapkan  oleh  Dinkes  tiap
tahunnya mengalami peningkatan, hal ini didasarkan pada hukum ekonomi dan juga  terkait  dengan  inflasi  harga.  Tiap  tahunnya  anggaran  program  PMT  ibu
hamil  KEK  di  Kota  Depok  meningkat  10  dari  anggaran  program  tahun sebelumnya.
Proses  penyediaan  anggaran  yaitu  sebelumnya  pada  saat  bulan  Juni Juli pertengahan tahun dibuat rencana anggaran tahun depan, untuk program
program  peningkatan  gizi,  dan  kemudian  dikeluarkan  dalam  bentuk  Rencana Keuangan  Anggaran  RKA.  Anggaran  dana  dikirim  ke  Badan  Pembangunan
Daerah Bappeda, kemudian Tim Anggaran Bappeda yang akan mengevaluasi jumlah  anggaran  yang  diajukan  setelah  itu  dikembalikan  ke  bagian  PEP
sebagai  koordinator  bagian  anggaran  di  Dinkes.  Jumlah  anggaran  yang dikeluarkan  Pemda  untuk  program  PMT  Bumil  adalah  Rp.  630.000.000,-
dengan  rincian  untuk  500  Ibu  hamil  KEK  Gakin  dikalikan  lama  waktu pemberian dan harga PMT pabrikan yang disiapkan.
Berikut hasil kutipan dengan informan utama: “Anggaran diperkirakan per tahunnya selalu naik, selain karena inflasi,
kalau menurut teori orang ekonomi, setiap penganggaran itu dinaikkan 10  dari  target  yang  ditentukan.  Anggaran  yang  buat  tim  perbaikan
gizi, setelah dari program, nanti diajukan ke kepala seksi nanti direkap oleh bagian perencanaan dan evaluasi program, nanti kalau udah jadi
dibentuk  satu  anggarannya  dinas,  rencana  programnya  dinas,  nah nanti  total  anggaran  dananya  itu  akan  dikirim  ke  Bappeda  dan  di
evaluasi  oleh  Bappeda  atau  tim  anggaran,  nanti  setelah  itu  dikoreksi apakah  ada  anggaran  yang  harus  ditambah  atau  dikurangi  nanti
dikembalikan  lagi  ke  seksi  dibalikin  lagi  ke  program.  Nanti  dari program  kalau  memang  sudah  sesuai  balik  lagi  mba  alurmya,  jadi
kalau di dinas itu yang menjadi koordinator anggarannya itu ya bagian PEP.  Nanti  setelah  dari  PEP  diajukan  lagi  ke  Pemda.  Biasanya  pada
saat  bulan  junijuli  dibuat  rencana  program,  nanti  kalau  sudah  ada rencana  program,  nah  untuk  program  ini  berapa  besar  dana  yang
dbutuhkan, nah setelah itu dibuatlah perinciannya apa aja nah setelah itu  dibuat  rencana  program  anggaran  atau  RKA,  RKA  itulah  yang
menjadi  desk,  anggota  DPR  ketika  rapat  nanti.  Untuk  biaya pembeliannya,  kita  melalui  pihak  ketiga,  karena  mengikuti
PP.54,tentang pengelolaan barang dan jasa setiap dana diatas 100 juta lewat le
lang umum atau pihak ketiga”. Informan Utama. Hasil  wawancara  ini  juga  diperkuat  dengan  adanya  dokumen  KAK
Kerangka  Acuan  Kerja  Program  PMT  ibu  hamil  KEK  di  Kota  Depok. Dimana  dicantumkan  rincian  biaya  program  dan  juga  melalui  proses
pelelangan. e.
Materi Produk  PMT  yang  diberikan  berupa  PMT  pabrikan,  yaitu  susu.
Spesifikasi persyaratan yang ditetapkan Dinkes dibuat dalam bentuk tabel. Tabel. 5.3
Spesifikasi Produk Susu Untuk Ibu Hamil
BAHAN MAKANAN SPESIFIKASI
Susu Ibu hamil Kemasan minimal 400  gr
Kemasan Alumunium Foil dan Karton Kemasan Menunjukkan :
- Label Halal dari MUI - MD dari BPOM
- Berat Bersih - Saran Penyajian
- Saran Penyimpanan - Kode Produksi dan tanggal kadaluarsa
- Layanan Konsumen yang bisa dihubungi - Jaminan Kualitas ISO
Produksi baru Kandungan Zat Gizi per saji : 40-46 grsaji
Energi          : Minimal 150  kkal Protein         : Minimal 8.5 gr
Tabel. 5.3 Lanjutan Spesifikasi Produk Susu Untuk Ibu Hamil
Sumber  :  Kajian  Kerangka  Acuan  Kerja      KAK    Pekerjaan  Pengadaan Pemberian  Makanan  Tambahan  Ibu  Hamil  Keluarga  Miskin    Program
Peningkatan Gizi Masyarakat. Dinkes Kota Depok, Tahun Anggaran 2011
Berdasarkan  Pedoman  Gizi  Ibu  Hamil  dan  Pengembangan  Makanan Tambahan  Ibu  Hamil  Berbasis  Pangan  yang  dikeluarkan  oleh  Kemenkes  RI.
Jumlah energi minimal dari makanan tambahan yang diberikan Ibu Hamil KEK per hari adalah 300 kkal dan 17 gram untuk kandungan protein. Jumlah produk
makanan tambahan yang diberikan juga disediakan untuk konsumsi selama 90 hari,  yaitu  sekitar  16  dus.  Spesifikasi  tersebut  juga  sudah  sesuai  dengan
kandungan gizi yang tercantum pada produk susu merk “x” yang bekerjasama dengan Dinkes Kota Depok.
Vitamin        : Vitamin A    : Minimal 30 AKG
Vitamin D    : Minimal 40 AKG Vitamin E     : Minimal 15 AKG
Vitamin K     : Minimal 30 AKG Vitamin C     : Minimal 50 AKG
Vitamin B1   : Minimal 30 AKG Vitamin B2   : Minimal 35 AKG
Vitamin B3    : Minimal 30 AKG Vitamin B6    : Minimal 30 AKG
Asam Folat    : Minimal 50 AKG Vitamin B12  : Minimal 20 AKG
Mineral           : Calcium         : Minimal 20  AKG
Magnesium   : Minimal 20  AKG Phospor        : Minimal 10 AKG
Zat Besi         : Minimal  10 AKG Zinc               : Minimal 10 AKG
Iodium           : Minimal 20 AKG Selenium        : Minimal 10 AKG
Staf gizi di Dinkes juga memberikan persyaratan mengenai produk susu yang akan diberikan untuk ibu hamil. Hal ini dilakukan untuk melihat kualitas
dan  higienitas  makanan  tambahan  yang  akan  didistribusikan  ke  sasaran.  Pada tahun  ini,  produk  makanan  tambahan  yang  diberikan  untuk  ibu  hamil  telah
memenuhi  spesifikasi  yang  disyaratkan  oleh  staf  gizi  Dinkes  Kota  Depok. Jumlah  produk  makanan  tambahan  yang  diberikan  juga  disediakan  untuk
konsumsi selama 90 hari, yaitu sekitar 16 dus. Namun,  jumlah  makanan  tambahan  yang  disediakan  untuk  ibu  hamil
masih  belum  memenuhi  jumlah  energi  selama  90  hari.  Jumlah  makanan tambahan minimal yang harus dikonsumsi per hari untuk memenuhi kebutuhan
gizi adalah 80 gram atau sekitar 4 sendok makan, yang diminum 2 kali dalam sehari. Jadi, dalam satu gelas susu yang diminum minimal jumlah bubuk susu
yang  dituang  kedalam  gelas  40  gram.  Netto  setiap  dus  produk  makanan tambahan  yang  berupa  susu  adalah  400  gram,  berarti  dalam  waktu  5  hari
maksimal satu dus terpakai. Dalam satu bulan, jumlah dus susu yang minimal dikonsumsi  seharusnya  6  dus  yang  terpakai  dan  dalam  3  bulan  atau  90  hari
seharusnya  jumlah  minimal  produk  susu  yang  diberikan  adalah  18  dus. Sehingga  jumlah  jumlah  gram  yang  dikonsumsi  per  hari  adalah  60  gram.
Kekurangan  20  gram  per  hari  diharapkan  ibu  juga  mengkonsumsi  makanan tambahan yang biasa dikonsumsi sehari-hari selain yang diberikan oleh Dinkes.
Hal  ini  dibutuhkan  peranan  bidan  KIA  di  Puskesmas  yang  langsung memberikan  makanan  tambahan  ke  sasaran  mengenai  aturan  konsumsi
makanan  tambahan  serta efek  yang  ditimbulkan  apabila  ibu  hamil  mengalami KEK.
f. Sasaran
Karakteristik  sasaran  dari  ibu  hamil  KEK  didapat  dari  pengumpulan laporan  program  monitoring  PMT  ibu  hamil  KEK  Gakin  dan  data  kohort  ibu
hamil yang ada di Puskesmas. Variabel  yang ditetapkan dari laporan program PMT  yaitu  usia  ibu  hamil,  usia  kandungan  ibu  hamil,  jumlah  anak  paritas,
jarak kelahiran dan penambahan berat badan selama diberikan PMT. Berikut  format  laporan  monitoring  yang  didalamnya  dicantumkan
karakterisitik dari sasaran.
Tabel 5.4 Contoh Format Laporan Monitoring Program PMT Ibu Hamil KEK
di Kota Depok
Karakteristik  sasaran  yang  dicantumkan  di  Puskesmas  bervariasi, meskipun  sudah  ditetapkan  oleh  staf  gizi  di  Dinkes  Kota  Depok.  Sehingga  tidak
semua  data  dapat  diolah,  karena  format  laporan  yang  beragam  antar  Puskesmas. Pengolahan  data  menggunakan  analisis  deskriptif  dengan  pendekatan  kuantitatif
dengan menggunakan program SPSS. Berikut  gambaran  proporsi  karakteristik  ibu  hamil  yang  mendapatkan
PMT yang dapat diolah di Puskesmas Kota Depok:
Nama Alamat  Umur
Hamil ke
Umur hamil
LILA BBI  BBII  BBIII  LILA
1 Gambaran proporsi ibu hamil KEK dalam program PMT berdasarkan usia
di Kota Depok.
Tabel. 5.5 Proporsi ibu hamil KEK dalam program PMT berdasarkan usia di
Kota Depok
B B
Berdasarkan hasil analisis prosentase ibu hamil KEK beresiko  yang mendapatkan  PMT  berdasarkan  usia  sebesar  29  .  Dengan  rata-rata  usia
ibu hamil yang mendapatkan PMT adalah berusia 26 tahun.
2 Gambaran  proporsi  ibu  hamil  KEK    yang  beresiko  dalam  program  PMT
berdasarkan paritas di Kota Depok.
Tabel. 5.6 Proporsi ibu hamil KEK dalam program PMT berdasarkan paritas
di Kota Depok
B e
Berdasarkan hasil analisis prosentase ibu hamil KEK beresiko  yang mendapatkan PMT berdasarkan paritas sebesar 9 .
Usia Ibu n
Mean Standar Deviasi
Beresiko 42
29
Tidak Beresiko 103
71 26
0,455
Total 145
100
Paritas N
Std. Deviasi Beresiko
13 9
Tidak Beresiko 132
91 0,498
Total 145
100
3 Gambaran  proporsi  ibu  hamil  KEK    yang  beresiko  dalam  program  PMT
berdasarkan jarak kelahiran di Kota Depok.
Tabel. 5.7 Proporsi ibu hamil KEK dalam program PMT berdasarkan jarak
kelahiran di Kota Depok
B e
Berdasarkan  hasil  analisis  prosentase  ibu  hamil  KEK  beresiko yang mendapatkan PMT berdasarkan jarak kelahiran sebesar 6,2 .
4 Gambaran proporsi ibu hamil KEK dalam program PMT berdasarkan usia
kehamilan di Kota Depok
Tabel. 5.8 Proporsi ibu hamil KEK dalam program PMT berdasarkan usia
kehamilan di Kota Depok
B Berdasarkan  hasil  analisis  prosentase  ibu  hamil  KEK  yang
mendapatkan PMT umumnya pada usia kehamilan trimester kedua dengan prosentase sebesar 87,6 .
Jarak Kelahiran N
Std. Deviasi Beresiko
9 6,2
Tidak Beresiko 136
93,8 0, 242
Total 145
100
Usia Kehamilan N
Std. Deviasi Trimester 2
127 87,6
Trimester 3 18
12,4 0,331
Total 145
100
2. Proses
Proses  merupakan  berbagai  program  yang  dilakukan  untuk  mencapai tujuan,  yang  berkaitan  dengan  penyediaan  dan  penerimaan  pelayanan.  Adapun
hal-hal  yang  perlu  diperhatikan  dalam  melakukan  proses  yaitu  menilai perencanaan  program  untuk  mengetahui  target  dari  program  PMT,  pelaksanaan
program  serta  pengawasan  program  apakah  telah  mencapai  target  yang ditetapkan,  mengidentifikasi  kendala  dan  masalah  yang  dihadapi  serta
pemecahannya. a.
Perencanaan Perencanaan program  gizi Dinkes Kota Depok dibuat berdasarkan,
1 Besaran masalah yang ditemui
Berdasarkan  hasil  wawancara  dengan  staf  gizi  penanggung  jawab program PMT Ibu Hamil KEK di Kota Depok, prevalensi ibu hamil KEK di
Kota  Depok  adalah  sebesar  14,85.  Hal  ini  juga  sesuai  dengan  paparan Perencanaan  dan    Evaluasi  Program  Upaya  Perbaikan  Gizi  Perencanaan
dan    Evaluasi  Program  Upaya  Perbaikan  Gizi  Dinkes  Kota  Depok  yang dipresentasikan  Kepala  Bidang  Yankesmas  pada  program  kunjungan
mahasiswa  Kesehatan  Masyarakat  Universitas  Muhammadiyah  Bengkulu, prevalensi ibu hamil KEK di Kota Depok adalah 14,85.
Sedangkan  ambang  batas  yang  dikatakan  masalah  kesehatan masyarakat apabila prevalensi KEK lebih dari 10. Oleh karena itu, masih
tingginya  prevalensi  ibu  hamil  KEK  menjadi  salah  satu  dasar  diadakannya program  PMT  untuk  ibu  hamil  KEK  di  Kota  Depok.  Dinkes  Kota  Depok
juga memfokuskan pada ibu hamil KEK yang berasal dari keluarga miskin. 2
Ketersediaan dana Proses  Penganggaran  APBD  Kota  Depok  dalam  penyediaan  dana
untuk program PMT ibu hamil KEK Gakin yang ada di Kota Depok yaitu: a
Dibuat  Rencana  Program  Anggaran  RKA  oleh  tenaga  pelaksana  gizi yang kemudian disetujui oleh kepala seksi Kesga dan Gizi dan diketahui
oleh Kepala Bidang Yankesmas. b
Rencana Alokasi Program tersebut diajukan ke Bagian Perencanaan dan Evaluasi Program PEP.
c Diajukan  kepada  bagian  Administrasi  Setda  Kota  Depok  dan  Bagian
Keuangan. d
Beberapa tahap pengajuan kepada DPRD. e
Dokumen  Pelaksanaan  Anggaran  DPA  disahkan  dan  dapat dilaksanakan.
Pada program penanganan KEK, anggaran yang Pemda Kota Depok untuk  program  PMT  Ibu  Hamil  KEK  adalah  sebesar  Rp  630.000.000,-.
Dimana dengan jumlah dana tersebut setiap ibu hamil mendapatkan 16 dus selama 3 bulan. Pada tahun ini jumlah ibu hamil KEK yang diberikan PMT
sekitar  400  orang.  Dana  yang  dianggarkan  hanya  sebatas  sampai pendistribusian produk ke Puskesmas.
3 Ketersediaan sumber daya
Selain  berkoordinasi  dengan  staf  gizi,  dalam  perencanaannya  tim gizi  di  Dinkes  juga  berkoordinasi  dengan  bagian  sarana  dan  prasarana  di
Dinkes  Kota  Depok  dalam  hal  pengadaan  produk,  kemudian  dengan  staf gizi  di  Puskesmas  yang  terdapat  di  kota  Depok  terkait  penetapan  sasaran
serta bagian KIA yang secara langsung memiliki keterkaitan sasaran dengan laporan program PMT.
Berikut  hasil  wawancara  dengan  staf  gizi  penanggung  jawab program PMT :
“Dalam perencanaan program PMT ini kita ada kerjasama dengan berbagai  pihak.  Dengan  bagian  sarana  dan  pra  sarana  untuk
pengadaan  barang.  Sama  Puskesmas  untuk  penetapan  jumlah sasarannya.  Sama  KIA  yang  memang  terkait  langsung  dengan
sasarannya.” Sedangkan terkait dengan penetapan sasaran di Puskesmas, biasanya
petugas  gizi  di  Puskesmas  mengumumkan  pada  rapat  kader  di  kelurahan akan  diadakannya  PMT  untuk  Ibu  hamil  KEK  Gakin.  Setelah  itu  kader
posyandu  di  masing-masing  wilayah  kerja  Puskesmas  akan  mendata  ibu hamil  yang  KEK  yang  terdapat  di  wilayah  tersebut.  Kemudian  Ibu  hamil
tersebut dirujuk ke Puskesmas untuk dilihat kadar Hb nya juga dan di data untuk mendapatkan PMT Ibu Hamil KEK tersebut.
Berikut  kutipan  wawancara  dengan  petugas  Puskesmas  Pancoran Mas:
“Jadi  kalo  sasarannya  juga  kita  kan  diumumin  di  rapat-rapat kelurahan sama kader. Nanti kader data  nih bumil yang ada disana,
nah nanti diliat kan bumil nya itu LILA nya berapa trus d krosscek
dulu nih di Posyandu bener ga LILAnya kurang dari 23,5, nah nanti kalau  setelah  itu  baru  di  rujuk  ke  Puskesmas  untuk  di  data  biar
dikasih  PMTnya  nanti  disini  di  cek  Hbnya  karena  kan  kurang  gizi juga ngaruh sama anemi juga kan neng
.” Hal  ini  juga  diungkapkan  ketika  wawancara  dengan  petugas
Puskesmas Pengasinan: “Nanti kan ada edarannya dari dinas mau akan dapet PMT, setelah
itu  baru  kita  data,  nah  sasaranya  itu  kita  kerjasama  sama  bagian KIA minta data ibu hamil yang KEK sama dari LB3. LB3 itu isinya
termasuk  sama  yang  laporan  kader.  Jadi  laporan  kader  yang dilaporin ke Puskesmas udah dicantumin didalam LB3.”
Perencanaan dibuat dalam bentuk dokumen KAK Kerangka  Acuan Kerja.  Dalam  KAK  komponen-komponen  yang  dimasukkan  dilihat  dari
segi  sasaran,  waktu  pelaksaaan,  mekanisme  distribusi  produk,  spesifikasi produk, pemantauan dan pelaksanaan.
Selain menetapkan besaran masalah yang ditemui, ketersediaan dana dan sumber daya  serta kebutuhan masyarakat.  Dilakukan juga perencanaan
pelaporan dan pengawasan program PMT Ibu hamil KEK. Untuk  pelaporan  status  ibu  hamil  KEK  sendiri  dilakukan  setiap
bulan  dengan  format  LB3  yang  dilaporkan  setiap  bulannya  oleh  seluruh Puskesmas.  Meskipun  pelaporan  jumlah  ibu  hamil  KEK  dilakukan  setiap
bulan,  data  besaran  masalah  KEK  pada  ibu  hamil  yang  akan  mendapatkan PMT diperoleh dari jumlah kunjungan ibu hamil ke seluruh Puskesmas yang
mengalami  KEK  setiap  bulannya  yang  dilakukan  pada  bulan  Agustus.  Hal
ini dilakukan karena bersamaan dengan diberikannya PMT untuk balita.
Format laporan lain yang dibuat adalah laporan program monitoring PMT di setiap Puskesmas. Dalam perencanaan pembuatan laporan program
tersebut  item  yang  dicantumkan  yaitu,  nama  ibu,  alamat  ibu,  usia  ibu, paritas,  usia  kehamilan,  LILA  serta  pertambahan  berat  badan  selama
diberikan  PMT  BB  I,  BB  II,  dan  BB  III.  Target  keberhasilan  program PMT  Ibu  hamil  KEK  di  Kota  Depok  dilihat  dari  prosentase  pertambahan
berat badan sesuai umur kehamilan. Sedangkan di Puskesmas sendiri hanya mengikuti  format  pelaporan  yang  ada  di  Dinkes,  meskipun  tidak  semua
Puskesmas mengikuti format yang telah ditentukan oleh Dinkes.
Dalam  merencanakan    proses  pengawasan  dan  penilaian  program PMT  ibu  hamil  KEK  Gakin  staf  gizi  penanggung  jawab  program  PMT
belum menetapkannya secara spesifik.  Untuk rencana pengawasan  petugas hanya  membuat  format  laporan  program  monitoring  pertambahan  berat
badan  PMT  Ibu  Hamil  KEK  yang  nantinya  akan  langsung  diawasi  oleh petugas  gizi  di  Puskesmas  wilayah  kerja  masing-masing.  Untuk  penilaian
dilakukan  dengan  melihat  hasil  dari  laporan  program  monitoring  yang
dilakukan di seluruh Puskesmas Kota Depok.
Selain itu,  staf gizi juga mendaftar  hambatan-hambatan yang terjadi
di Puskesmas Kota Depok yang dilaporkan di Dinkes diantaranya:
1 Pengadaan  barang  yang  hanya  terjadi  pada  periode  tertentu,  sedangkan
daftar sasaran ibu hamil yang mendapatkan PMT sudah dibuat satu atau dua  bulan  sebelum  pelaksanaan  sehingga  ketika  barang  tersebut  tiba  di
Puskesmas,  sehingga  terkadang  ibu  hamil  yang  mendapatkan  PMT
tersebut tidak menghabiskan produk makanan tambahannya dikarenakan ibu hamil tersebut telah melahirkan.
2 Format  laporan  dari  Kemenkes  hanya  sebatas  pada  pelaksanaan
pendistribusian PMT. 3
Sasaran belum dapat dipantau secara rutin, salah satunya dikarenakan ibu hamil malas datang ke Dinkes untuk mengambil PMT dan memeriksakan
kandungannya ke Puskesmas, dikarenakan jarak atau ongkos yang harus dikeluarkan.
Berdasarkan  wawancara  dengan  informan  utama,  diketahui  cara untuk  mengatasi  kendala  tersebut  adalah  ibu  hamil  yang  namanya  sudah
tercantum sebagai penerima PMT akan tetap diberikan makanan tambahan, meskipun  sudah  melahirkan.  Hal  ini  juga  bertujuan  untuk  memperbaiki
status gizi ibu dan bayinya dalam proses menyusui. Untuk format pelaporan petugas gizi membuat standar baku pelaporan sendiri, agar format pelaporan
seragam dari seluruh puskesmas meskipun hingga saat ini juga belum dilihat dari  output  dari  program  tersebut.  Ibu  hamil  yang  malas  datang  ke
Puskesmas  biasanya  dibutuhkan  peranan  kader  yang  sudah  dilatih  untuk membantu  membantu  mengukur  berat  badan  ibu  hamil  dan  membawakan
produk PMT ke tempat sasaran. Sedangkan pemantauan sasaran secara rutin belum dilakukan, sehingga belum dapat dilihat secara langsung apakah ibu
hamil tersebut benar-benar mengkonsumsi makanan tambahan tersebut atau tidak.  Berikut  hasil  wawancara  dengan  staf  gizi  yang  ada  di  Dinkes  Kota
Depok,
“Pada  saat  PMT  nya  ada  mungkin  ibu  hamil,  kan  sebelum barangnya  ada  kita  sudah  minta  data  pengajuan  dari  Puskesmas,
misal  di  Puskesmas  A,  ada  lima  belas  orang  ibu  hamil.  Misalnya perencanaannya  kan  bulan  Agustus,  nah  pengadaannya  bulan
September. Ibu hamil yang awalnya tujuh bulan, pas pengadaan itu jadi delapan bulan. Jadi sebelum habis dia sudah melahirkan. Terus
format  dari  Kemenkes  kan  cuma  sebatas  pendistribusian,  jadi  kita buat  format  sendiri  untuk  laporan  monitoringnya  mba,  sama
sasarannya belum terpantau secara rutin. Hal  ini  juga  diungkapkan  oleh  petugas  gizi  di  Puskesmas  Pancoran
Mas sebagai informan pendukung. Berikut hasil wawancara dengan petugas gizi di Puskesmas Pancoran
Mas: “Waktu dateng susu nya yang enggak pas sama usia bumilnya, jadi
kadang  pas  kita  kasih  belum  habis  susunya  eh  udah  melahirkan dianya, terus juga paling bumilnya pada males dateng, apalagi yang
rumahnya  jauh  yah.  Udah  gitu  alesannya  ga  punya  ongkos,  karena itu tadi yang gakin yah, jadi untuk ongkos aja mereka ga punya, jadi
minta  tolong  sama  kadernya.  Tapi  paling  enggak  dia  pernah  sekali kontak sama kita, kan ngambil PMT nya di Puskesmas yah, jadi bisa
ditimbang BB nyah. Kalau nggak kita minta tolong ditimbang sama kadernyah.
Hal ini juga diungkapkan oleh Petugas gizi Puskesmas Pengasinan:
“ya  kendalanya  gitu, kita  udah  dapet  sasarannya.  Tapi  pas  dateng sasarannya udah beda lagi orangnya,nyari lagi sasarannya. karena
ada yang udah melahirkan atau ibu hamilnya udah ga kek lagi. Jadi pelaporannya juga agak lama mba. Terus gini, kondisi kita ni, lokasi
kita ya, mungkin kalo yang didepan jalan raya sih ga masalah, kalo qt  kan  masuk  ke  perumahan  yaa..  harus  ngojek.  Apalagi  ibu-ibu
yang  daerah  bedahan,  kan  jauh  tu  dari  sini.  Berat  diongkos.  Jadi kita yang kesana. Mereka jarang ada yang mau kesini untuk ngambil
PMT nya” Informan Pendukung
b. Pelaksanaan
Dalam  pelaksanaan  program  PMT  di  Kota  Depok  mengacu  pada dokumen KAK Kerangka  Acuan  Kerja yang telah dibuat pada ketika proses
perencanaan.  Pemberian  Makanan  tambahan  bagi  ibu  hamil  keluarga  miskin
diberikan dalam bentuk Susu ibu hamil kemasan minimal 400 gr.
Proses pelaksanaan meliputi : 1
Melakukan pengawasan proses pelaksanaan distribusi barang 2
Sebelum  barang  didistribusi  dilakukan  pemeriksaan  barang  oleh  panitia pemeriksa barang,  setelah  barang   diterima   sesuai   dengan   spesifikasi
baru   dilakukan distribusi barang ke Puskesmas. 3
Distribusi   dilaksanakan  oleh  rekanan  kepada  32  puskesmas  dalam satu kali  pengiriman  dengan  menggunakan  Surat  Bukti  Barang  Keluar  SBBK
didampingi oleh bendahara barang Dinkes. 4
Selanjutnya distribusi  barang   kepada  sasaran dilakukan oleh puskesmas dalam  tiga kali pemberian tiga bulan  dengan  menggunakan tanda terima
dari masing-masing sasaran. Hal  ini  juga  dicantumkan  dalam  dokumen  KAK  PMT  Ibu  Hamil
KEK Gakin di Kota Depok. c.
Pengawasan dan Penilaian PMT Dalam  pengawasan  program  PMT,  staf  gizi  di  Dinkes  hanya  sebatas
menanyakan  apakah  makanan  tambahan  tersebut  telah  terdistribusi  dengan lancar  atau  tidak.  Program  pengawasan  biasanya  hanya  berupa  by  phone
dengan  petugas  puskesmas  atau  berkunjung  langsung  ke  Puskesmas  ketika
sedang  ada  program  di  Puskesmas  tersebut.  Biasanya  petugas  gizi  di Puskesmas akan ke Dinkes baik untuk memberikan laporan program PMT ibu
hamil  KEK  maupun  masalah-masalah  yang  dihadapi  selama  proses pendistribusian PMT. Yang mengawasi secara langsung program PMT petugas
gizi di Puskesmas.
Berikut  hasil  wawancara  langsung  dengan  staf  gizi  penanggung  jawab
program PMT ibu hamil KEK :
“Puskesmas  yang  mengawasi  PMT  secara  langsung.  Kalau  kita biasanya pengawasannya hanya sebatas by phone, atau kalau memang
saat  lagi  ada  program  di  Puskesmas,  disitu  paling  kita  tanyakan bagaimana  pelaksanaan  PMT  di  Puskesmas.  Apakah  susu  nya  sudah
terdistribusi  atau  belum  atau  misalnya  ada  kendala  di  lapangan, biasanya petugas puskesmas ak
an langsung melaporkan ke Dinkes” Untuk  menilai  seluruh  program  di  Dinkes  Kota  Depok,    terdapat
institusi  yang  bernama  Inspektorat  Pengawas  Daerah,  yang  bertugas  untuk menilai seluruh program yang ada di Kota Depok termasuk program PMT ibu
hamil  KEK.  Komponen  yang  dinilai  dalam  program  ini  terkait  dengan perencanaan  program,  keuangan,  laporan  hasil  program  dan  juga  penetapan
sasaran. Dalam  pelaksanaannya,  Petugas  gizi  tidak  melakukan  pengawasan
secara khusus. Pengawasan dan pemantauan dilakukan hanya ketika ibu hamil mengambil kembali produk PMT ke Puskesmas. Saat itulah petugas memantau
pertambahan  berat  badan  ibu  tersebut.  Namun,  belum  dilakukan  pemantauan apakah  ibu  hamil  tersebut  benar-benar  dipastikan  meminum  susu  yang  telah
diberikan  tersebut.  Selain  itu,  apabila  ibu  hamil  tersebut  tidak  mengambil kembali produk yang diberikan, maka petugas gizi berkoordinasi dengan kader
agar  susu  tetap  dapat  diberikan  dan  pertambahan  berat  badan  ibu  tetap  dapat dipantau.
Namun, dalam penelitian ini tidak dilakukan wawancara dengan kader. Sehingga  belum  dapat  dikonfirmasi apakah  kader  benar-benar  ikut  membantu
mendistribusikan  PMT  ke  sasaran  dan  juga  membantu  dalam  hal  pemantauan pertambahan berat badan ibu hamil yang mendapatkan PMT tersebut.
Berikut hasil wawancara dengan Petugas Puskesmas Pancoran Mas: “Kita si paling pengawasannya ya pertambahan berat badan itu neng.
Nanti  kan  kita  tanya  ke  KIA  kalau  misalnya  ibu  hamilnya  periksa kehamilan ke KIA. Kalau misalnya ibu ga periksa ke Puskesmas, paling
kita  minta  kader  untuk  mantau  atau  kita  yang  dateng  ke  lokasi  ibu
hamil tersebut neng.” Hal ini, juga diungkapkan Petugas gizi Puskesmas Pengasinan:
“Untuk  monitoringnya  juga  saya  bingung.  Paling  hanya pendistribusian  sama  pemantauan  berat  badan  ibu  hamil  mba.
Biasanya  saya  minta  tolong  sama  bagian  KIA,  ini  berat  badan  ibu  A yang  dapetin  PMT  tolong  dicatetin  pertambahan  berat  badannya
berapa.  Atau  kalau  dia  ga  meriksa  kehamilannya  ke  Puskesmas  saya minta tolong pembina kelurahan bidan kelurahan yang saya percaya
untuk dip
antau berat badannya per bulan si ibu ini.”
Dalam  pelaksanaan  program  PMT  Ibu  hamil  KEK,  petugas  gizi  di Puskesmas  tidak  mendapatkan  dokumen  KAK  tersebut.  Informasi  mengenai
substansi dari dokumen KAK hanya didapatkan berdasarkan sosialisasi ketika rapat  bulanan  dengan  staf  gizi  Dinkes.  PMT  didistribusikan  pada  periode
selama tiga  bulan  per tahunnya  di  setiap Puskesmas  yang  ada  di  kota  Depok. PMT yang diberikan berupa PMT pabrikan, yaitu beberapa dus susu khusus ibu
hamil  setiap  dus  nya  berisi  400  gram.  PMT  diberikan  melalui  bidan  yang
bertugas  di  Bagian  KIA  Kesehatan  Ibu  dan  Anak  di  setiap  Puskesmas  yang ada di Kota Depok.
Dalam hal ini, petugas gizi di Puskesmas melakukan pendataan jumlah ibu  hamil  yang  beresiko  KEK  serta  menerima  produk  PMT  dari  Dinkes  yang
gudangnya  terletak  di  Gedung  Pemerintah  Daerah  Kota  Depok.  Namun,  yang memberikan tetap di bagian KIA, hal ini dikarenakan ibu hamil memeriksakan
kandungannya langsung di bagian KIA. Sesuai prosedur yang telah ditetapkan, pemberian  PMT  hanya  diberikan  di  Puskesmas,  untuk  memudahkan  petugas
melakukan  pendataan  bumil  KEK  Gakin.  Selain  itu,  agar  ibu  hamil  yang mendapat  PMT  dapat  mendapatkan  penjelasan  minimal  mengenai  aturan
mengkonsumsi  PMT  tersebut  serta  penjelasan  mengenai  KEK  dan  dampak KEK  pada  Ibu  hamil.  Namun,  karena  keterbatasan  waktu  terkadang  petugas
hanya memberikan aturan mengkonsumsi PMT saja. 3.
Output Program PMT Hasil Wawancara dengan Informan Utama Hasil program PMT bumil KEK Gakin dilaporkan dalam bentuk Laporan
PMT Ibu Hamil KEK Gakin di Kota Depok. Sedangkan berdasarkan Juknis PMT Ibu Hamil KEK yang dikeluarkan oleh Kemenkes, laporan yang dibuat di Dinkes
KabupatenKota  adalah  laporan  pendistribusian  makanan  tambahan  dengan menggunakan  formulir  5  yang  dibuat  rangkap  3  masing-masing  1  lembar  untuk
arsip, provinsi, dan pusat. Masalah yang ditemui dan alternatif pemecahan dicatat dalam formulir 8.
Namun, Dinkes Kota Depok tidak melaporkan hasil program PMT ibu hamil KEK Gakin ke Dinkes Propinsi. Dinkes Kota Depok hanya bertanggung jawab terhadap
Pemerintah  Kota  Depok  khususnya  Pemberi  Tugas  adalah  Pejabat  Pembuat Komitmen    Kuasa  Pengguna  Anggaran  Program  Peningkatan  Gizi  Masyarakat
pada  Dinkes  Kota  Depok  ,  dikarenakan  dana  program  PMT  bukan  berasal  dari Dinkes  Propinsi,  melainkan  APBD  dari  Pemerintah  Kota  Depok.  Staf  gizi  di
Dinkes  hanya  melaporkan  secara  rutin  program  PMT  ibu  hamil  ke  Pemerintah Daerah  Kota  Depok.  Namun,  itupun  hanya  sebatas  laporan akhir  pendistribusian
PMT Ibu Hamil. Berikut hasil kutipan wawancara dengan staf gizi di Dinkes  Kota Depok,
sebagai informan utama:
“Program  PMT  Bumil  ini,  dinkes  tidak  berkewajiban  mengirimkan laporan  ke  Propinsi,  karena  anggaran  program  berasal  dari  APBD  kota
Depok.  Kami  punya  kewajiban  melaporkan  laporan  anggaran  proses program PMT ke Pemda Kota Depok. Kalau untuk output sendiri saat ini
kami hanya melihat sebatas pendistribusian PMT. Belum dilihat dari segi sasaran  sendiri,  baik  dari  proses  kelahiran  ibu  hamil  yang  mendapatkan
PMT dan berat bayi lahirnya
”. Informan Utama Pada  tahun  2011 ini,  program  PMT  belum  dapat  dilihat  keberhasilan  jika
dilihat dari pendekatan output atau sasaran. Berikut kutipan dari informan utama mengenai evaluasi program PMT pada tahun ini:
“Karena dampak dari KEK ini belum bisa di evaluasi, jadi yang kita lihat dalam program ini hanya sebatas pelaksanaan programnya mba, jadi gini,
Ibu  hamil  mendapatkan  PMT  iya,  mereka  minum  iya,  tapi  untuk  melihat apakah  ada  perbaikan  kesananya  dari  program  PMT  itu  belum  bisa
” Informan Utama
C. Gambaran  Prosentase  Efektifitas  Program  PMT  Ibu  Hamil  KEK  di  Kota