B. Gambaran program PMT untuk Ibu hamil KEK di Kota Depok
Program perbaikan gizi pada ibu hamil ini ditujukan supaya kebutuhan gizi bagi ibu hamil tercukupi. Sehingga resiko terjadinya KEK Kekurangan Energi
Kronis pada ibu hamil dapat tertangani. Salah satu program yang dijalankan oleh Dinkes Kota Depok adalah pemberian makanan tambahan bagi ibu hamil yang Gakin
yang mengalami KEK karena mengacu pada Pedoman Gizi Ibu Hamil dan Pengembangan Makanan Tambahan Ibu Hamil Berbasis Pangan, Kementrian
Kesehatan RI yang memang diprioritaskan pada ibu hamil KEK dari keluarga miskin.
Produk PMT didistribusikan ke seluruh Puskesmas yang ada di Kota Depok yang sebelumnya sudah didata oleh petugas gizi yang ada di Puskesmas. Ibu hamil
yang mendapatkan PMT adalah ibu hamil yang memeriksakan kandungannya ke Puskesmas dan terdeteksi berisiko KEK. Selain itu, data sasaran juga didapat dari
laporan kader posyandu jika di wilayahnya terdapat ibu hamil berisiko KEK meskipun tidak memeriksakan kandungannya ke Puskesmas.
Secara umum, gambaran program PMT pada ibu hamil KEK dijelaskan dengan menggunakan pendekatan sistem dimana dilakukan pada komponen input,
proses, dan output.
Bagan 5.1 Alur Pendekatan Sistem dalam Program PMT Ibu Hamil KEK
1. Input
Unsur-unsur yang diperhatikan dalam komponen input program PMT untuk ibu hamil KEK Gakin yang sudah dijalankan oleh program gizi seksi kesga
dan gizi Dinkes Kota Depok serta Petugas Gizi yang ada di Puskesmas Kota Depok meliputi:
a. Data
Berdasarkan Pedoman PWS Pemantauan Wilayah Setempat yang dikeluarkan oleh Kementrian Kesehatan RI, Dirjen Bina Kesmas, Direktorat
Bina Gizi Masyarakat tahun 2008 sumber data untuk Ibu hamil KEK Gakin
adalah LB3 gizi KIA, PWS KIA berdasarkan pencatatan dari Puskesmas yang
akan dikirim ke Dinkes Kota Depok. Selain data LB3 dan PWS KIA untuk program pemberian PMT Ibu Hamil KEK Gakin, juga terdapat laporan PMT
Bumil yang dilaporkan paling lambat 90 hari setelah proses distribusi pemberian PMT Bumil KEK Gakin. Jumlah ibu hamil hanya merupakan data
•Data LB3 prevalensi Bumil KEK, laporan PMT Bumil
KEK, Pedoman KAK •SDM
•Materi •Dana
•Sarana dan Prasarana •Sasaran
Input
•Perencanaan Kegiatan •Pelaksanaan kegiatan
•Pengawasan dan Penilaian Kegiatan
Proses
• Laporan Kegiatan PMT
Bumil KEK -- penambahan
berat badan ibu hamil
Output
proyeksi dari Dinkes. Data didapat dari Puskesmas, BPS Bidan Praktek Swasta, institusi Pelayanan Kesehatan lain, seperti dari RS Besar yang berada
di kota Depok baik swasta maupun Pemerintah. Sedangkan untuk pedoman program PMT Ibu hamil KEK di Kota Depok dibuat pedoman Kerangka
Acuan Kerja KAK program PMT ibu hamil KEK Gakin yang bertujuan untuk meningkatkan status gizi ibu hamil.
Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan, pada laporan PMT ibu hamil yang diberikan PMT adalah ibu hamil yang beresiko KEK, namun pada
pelaksanaan di Puskesmas Ibu hamil yang berasal dari keluarga miskin tetap diberikan PMT meskipun tidak mengalami KEK. Hal ini dengan pertimbangan
bahwa ibu hamil yang berasal dari keluarga miskin sulit untuk membeli makanan tambahan dengan kondisi ekonomi yang terbatas. Keluarga miskin
yang mendapatkan PMT dari Dinkes adalah yang mempunyai Jamkesda dan Jamkesmas.
Berikut kutipan hasil wawancara dengan informan utama: “Seharusnya yang mendapatkan PMT memang dari ibu hamil KEK
mba, namun ibu hamil yang berasal dari keluarga miskin juga tetap diberikan PMT, karena kami mempertimbangkan kondisi ekonomi
keluarga ibu hamil tersebut. Jadi, ibu hamil yang berasal dari keluarga miskin walaupun dia tidak mengalami KEK akan tetap mendapatkan
PMT
” Informan Utama. Hal ini juga diperkuat oleh ucapan petugas gizi Puskesmas Pengasinan
sebagai informan pendukung. Berdasarkan hasil wawancara dengan Petugas gizi di Puskesmas Pengasinan, data sasaran memang tidak hanya berasal dari
kondisi kekurangan energi kronis, namun ibu hamil yang berasal dari keluarga miskin tetap diberikan PMT.
Berikut hasil kutipan wawancara dengan informan pendukung yaitu petugas gizi Puskesmas Pengasinan:
“Iya mba, kalo ibu hamil itu dari keluarga miskin saya kasih PMT juga. Karena, disana yang KEK juga ga begitu banyak,banyakan gakin jadi
ibu hamil Gakin kalo dia periksa ke Puskesmas juga kita kasih susu. ”
Informan Pendukung. Sedangkan, berdasarkan uraian dari petugas gizi dari Puskesmas
Pancoran Mas, sasaran yang terdapat dari laporan program PMT ibu hamil KEK merupakan ibu hamil KEK dan benar-benar berasal dari keluarga miskin.
Berikut hasil wawancara dengan petugas gizi Puskesmas Pancoran Mas:
“Jadi kita kan nyarinya kan yang kriterianya yang Gakin, trus KEK juga, trus nanti kita cek juga yang Hb nya rendah. Soalnya kan kriteria
yang diminta dinkes gtu neng .”Informan Pendukung.
b. Sumber Daya
Staf gizi yang bertanggung jawab dalam program PMT Ibu hamil KEK di Kota Depok, memiliki latar belakang sarjana kesehatan masyarakat dalam
peminatan epidemiologi gizi. Beliau menjadi penanggung jawab program PMT di Kota Depok selama 3 tahun. Tidak hanya program PMT ibu hamil, beliau
bertanggung jawab terhadap beberapa program yang berkaitan dengan peningkatan gizi masyarakat, Hal ini dikarenakan beliau menjadi koordinator
dalam program perbaikan gizi di Dinkes Kota Depok. Hal ini juga terlihat dalam dokumen rencana program program gizi Dinkes Kota Depok Tahun
2011. Dalam dokumen tersebut dicantumkan rencana program program perbaikan gizi selama satu tahun, berikut dengan penanggung jawab program
masing-masing. Untuk program PMT ibu hamil KEK beliau juga berkoordinasi dengan
staf gizi yang lain serta Kepala Seksi KaSie Kesehatan Keluarga dan Gizi serta Kepala Bidang Kabid Pelayanan Kesehatan Masyarakat terkait dengan
perencanaan program serta pengawasan program PMT. Jika terdapat kendala di lapangan yang dilaporkan oleh staf gizi di Puskesmas, umumnya petugas gizi
akan berkonsultasi dengan Kepala Seksi maupun Kepala Bidang agar dapat
dicari solusi bersama.
Berikut hasil wawancara dengan informan utama: “Iya mba. Biasanya kalau ada kendala di lapangan, kami bicarakan
dengan Kasie atau Kabid, nanti baru dicari penyelesaian bagaimana baiknya
”. Sedangkan untuk Puskesmas sendiri, latar belakang pendidikan petugas
gizi bervariasi di Puskesmas yang ada di Kota Depok. Namun, umumnya berasal dari D3 Kebidanan, D3 Gizi dan S1 Gizi Kesmas. Dalam pelaksanaan
program PMT di Puskesmas, seluruh petugas gizi beserta bidan KIA saling berkoordinasi untuk memberikan makanan tambahan untuk Ibu hamil KEK.
Petugas gizi mendata ibu hamil yang mendapatkan PMT, dan Bidan KIA yang memberikan secara langsung kepada ibu hamil yang mengalami KEK.
c. Sarana dan Prasarana
Jumlah sarana yang terdapat pada program gizi di Dinkes yaitu 2 unit laptop dan 1 buah komputer. Untuk menunjang program PMT pada bumil KEK
GAKIN, setiap staf gizi masing-masing memiliki handphone pribadi untuk melakukan konfirmasi kepada petugas gizi di Puskesmas jika terdapat data-
data yang masih belum jelas, serta memudahkan untuk memantau pelaksanaan PMT Bumil KEK.
Tidak ada sarana maupun prasarana yang disiapkan secara spesifik untuk menunjang program PMT ibu hamil KEK di Puskesmas. Dalam
pelaksanaannya, petugas gizi hanya bertugas untuk memberikan produk PMT ke bagian KIA, dan nantinya akan diberikan langsung ke sasaran oleh bagian
KIA. d.
Dana Dana merupakan komponen yang penting dalam pelaksanaan suatu
program. Program Pemberian Makanan Tambahan ini dibiayai dari APBD Kota Depok dalam Dokumen Perencanaan Anggaran DPA Program
Peningkatan Gizi Masyarakat Tahun Anggaran 2011. Tidak ada pendanaan yang dialokasikan secara khusus untuk mengevaluasi program PMT di Kota
Depok. Pada tahun ini, dana yang diturunkan juga sudah sesuai dengan waktu pelaksanaan program tersebut. Anggaran yang disiapkan oleh Dinkes tiap
tahunnya mengalami peningkatan, hal ini didasarkan pada hukum ekonomi dan juga terkait dengan inflasi harga. Tiap tahunnya anggaran program PMT ibu
hamil KEK di Kota Depok meningkat 10 dari anggaran program tahun sebelumnya.
Proses penyediaan anggaran yaitu sebelumnya pada saat bulan Juni Juli pertengahan tahun dibuat rencana anggaran tahun depan, untuk program
program peningkatan gizi, dan kemudian dikeluarkan dalam bentuk Rencana Keuangan Anggaran RKA. Anggaran dana dikirim ke Badan Pembangunan
Daerah Bappeda, kemudian Tim Anggaran Bappeda yang akan mengevaluasi jumlah anggaran yang diajukan setelah itu dikembalikan ke bagian PEP
sebagai koordinator bagian anggaran di Dinkes. Jumlah anggaran yang dikeluarkan Pemda untuk program PMT Bumil adalah Rp. 630.000.000,-
dengan rincian untuk 500 Ibu hamil KEK Gakin dikalikan lama waktu pemberian dan harga PMT pabrikan yang disiapkan.
Berikut hasil kutipan dengan informan utama: “Anggaran diperkirakan per tahunnya selalu naik, selain karena inflasi,
kalau menurut teori orang ekonomi, setiap penganggaran itu dinaikkan 10 dari target yang ditentukan. Anggaran yang buat tim perbaikan
gizi, setelah dari program, nanti diajukan ke kepala seksi nanti direkap oleh bagian perencanaan dan evaluasi program, nanti kalau udah jadi
dibentuk satu anggarannya dinas, rencana programnya dinas, nah nanti total anggaran dananya itu akan dikirim ke Bappeda dan di
evaluasi oleh Bappeda atau tim anggaran, nanti setelah itu dikoreksi apakah ada anggaran yang harus ditambah atau dikurangi nanti
dikembalikan lagi ke seksi dibalikin lagi ke program. Nanti dari program kalau memang sudah sesuai balik lagi mba alurmya, jadi
kalau di dinas itu yang menjadi koordinator anggarannya itu ya bagian PEP. Nanti setelah dari PEP diajukan lagi ke Pemda. Biasanya pada
saat bulan junijuli dibuat rencana program, nanti kalau sudah ada rencana program, nah untuk program ini berapa besar dana yang
dbutuhkan, nah setelah itu dibuatlah perinciannya apa aja nah setelah itu dibuat rencana program anggaran atau RKA, RKA itulah yang
menjadi desk, anggota DPR ketika rapat nanti. Untuk biaya pembeliannya, kita melalui pihak ketiga, karena mengikuti
PP.54,tentang pengelolaan barang dan jasa setiap dana diatas 100 juta lewat le
lang umum atau pihak ketiga”. Informan Utama. Hasil wawancara ini juga diperkuat dengan adanya dokumen KAK
Kerangka Acuan Kerja Program PMT ibu hamil KEK di Kota Depok. Dimana dicantumkan rincian biaya program dan juga melalui proses
pelelangan. e.
Materi Produk PMT yang diberikan berupa PMT pabrikan, yaitu susu.
Spesifikasi persyaratan yang ditetapkan Dinkes dibuat dalam bentuk tabel. Tabel. 5.3
Spesifikasi Produk Susu Untuk Ibu Hamil
BAHAN MAKANAN SPESIFIKASI
Susu Ibu hamil Kemasan minimal 400 gr
Kemasan Alumunium Foil dan Karton Kemasan Menunjukkan :
- Label Halal dari MUI - MD dari BPOM
- Berat Bersih - Saran Penyajian
- Saran Penyimpanan - Kode Produksi dan tanggal kadaluarsa
- Layanan Konsumen yang bisa dihubungi - Jaminan Kualitas ISO
Produksi baru Kandungan Zat Gizi per saji : 40-46 grsaji
Energi : Minimal 150 kkal Protein : Minimal 8.5 gr
Tabel. 5.3 Lanjutan Spesifikasi Produk Susu Untuk Ibu Hamil
Sumber : Kajian Kerangka Acuan Kerja KAK Pekerjaan Pengadaan Pemberian Makanan Tambahan Ibu Hamil Keluarga Miskin Program
Peningkatan Gizi Masyarakat. Dinkes Kota Depok, Tahun Anggaran 2011
Berdasarkan Pedoman Gizi Ibu Hamil dan Pengembangan Makanan Tambahan Ibu Hamil Berbasis Pangan yang dikeluarkan oleh Kemenkes RI.
Jumlah energi minimal dari makanan tambahan yang diberikan Ibu Hamil KEK per hari adalah 300 kkal dan 17 gram untuk kandungan protein. Jumlah produk
makanan tambahan yang diberikan juga disediakan untuk konsumsi selama 90 hari, yaitu sekitar 16 dus. Spesifikasi tersebut juga sudah sesuai dengan
kandungan gizi yang tercantum pada produk susu merk “x” yang bekerjasama dengan Dinkes Kota Depok.
Vitamin : Vitamin A : Minimal 30 AKG
Vitamin D : Minimal 40 AKG Vitamin E : Minimal 15 AKG
Vitamin K : Minimal 30 AKG Vitamin C : Minimal 50 AKG
Vitamin B1 : Minimal 30 AKG Vitamin B2 : Minimal 35 AKG
Vitamin B3 : Minimal 30 AKG Vitamin B6 : Minimal 30 AKG
Asam Folat : Minimal 50 AKG Vitamin B12 : Minimal 20 AKG
Mineral : Calcium : Minimal 20 AKG
Magnesium : Minimal 20 AKG Phospor : Minimal 10 AKG
Zat Besi : Minimal 10 AKG Zinc : Minimal 10 AKG
Iodium : Minimal 20 AKG Selenium : Minimal 10 AKG
Staf gizi di Dinkes juga memberikan persyaratan mengenai produk susu yang akan diberikan untuk ibu hamil. Hal ini dilakukan untuk melihat kualitas
dan higienitas makanan tambahan yang akan didistribusikan ke sasaran. Pada tahun ini, produk makanan tambahan yang diberikan untuk ibu hamil telah
memenuhi spesifikasi yang disyaratkan oleh staf gizi Dinkes Kota Depok. Jumlah produk makanan tambahan yang diberikan juga disediakan untuk
konsumsi selama 90 hari, yaitu sekitar 16 dus. Namun, jumlah makanan tambahan yang disediakan untuk ibu hamil
masih belum memenuhi jumlah energi selama 90 hari. Jumlah makanan tambahan minimal yang harus dikonsumsi per hari untuk memenuhi kebutuhan
gizi adalah 80 gram atau sekitar 4 sendok makan, yang diminum 2 kali dalam sehari. Jadi, dalam satu gelas susu yang diminum minimal jumlah bubuk susu
yang dituang kedalam gelas 40 gram. Netto setiap dus produk makanan tambahan yang berupa susu adalah 400 gram, berarti dalam waktu 5 hari
maksimal satu dus terpakai. Dalam satu bulan, jumlah dus susu yang minimal dikonsumsi seharusnya 6 dus yang terpakai dan dalam 3 bulan atau 90 hari
seharusnya jumlah minimal produk susu yang diberikan adalah 18 dus. Sehingga jumlah jumlah gram yang dikonsumsi per hari adalah 60 gram.
Kekurangan 20 gram per hari diharapkan ibu juga mengkonsumsi makanan tambahan yang biasa dikonsumsi sehari-hari selain yang diberikan oleh Dinkes.
Hal ini dibutuhkan peranan bidan KIA di Puskesmas yang langsung memberikan makanan tambahan ke sasaran mengenai aturan konsumsi
makanan tambahan serta efek yang ditimbulkan apabila ibu hamil mengalami KEK.
f. Sasaran
Karakteristik sasaran dari ibu hamil KEK didapat dari pengumpulan laporan program monitoring PMT ibu hamil KEK Gakin dan data kohort ibu
hamil yang ada di Puskesmas. Variabel yang ditetapkan dari laporan program PMT yaitu usia ibu hamil, usia kandungan ibu hamil, jumlah anak paritas,
jarak kelahiran dan penambahan berat badan selama diberikan PMT. Berikut format laporan monitoring yang didalamnya dicantumkan
karakterisitik dari sasaran.
Tabel 5.4 Contoh Format Laporan Monitoring Program PMT Ibu Hamil KEK
di Kota Depok
Karakteristik sasaran yang dicantumkan di Puskesmas bervariasi, meskipun sudah ditetapkan oleh staf gizi di Dinkes Kota Depok. Sehingga tidak
semua data dapat diolah, karena format laporan yang beragam antar Puskesmas. Pengolahan data menggunakan analisis deskriptif dengan pendekatan kuantitatif
dengan menggunakan program SPSS. Berikut gambaran proporsi karakteristik ibu hamil yang mendapatkan
PMT yang dapat diolah di Puskesmas Kota Depok:
Nama Alamat Umur
Hamil ke
Umur hamil
LILA BBI BBII BBIII LILA
1 Gambaran proporsi ibu hamil KEK dalam program PMT berdasarkan usia
di Kota Depok.
Tabel. 5.5 Proporsi ibu hamil KEK dalam program PMT berdasarkan usia di
Kota Depok
B B
Berdasarkan hasil analisis prosentase ibu hamil KEK beresiko yang mendapatkan PMT berdasarkan usia sebesar 29 . Dengan rata-rata usia
ibu hamil yang mendapatkan PMT adalah berusia 26 tahun.
2 Gambaran proporsi ibu hamil KEK yang beresiko dalam program PMT
berdasarkan paritas di Kota Depok.
Tabel. 5.6 Proporsi ibu hamil KEK dalam program PMT berdasarkan paritas
di Kota Depok
B e
Berdasarkan hasil analisis prosentase ibu hamil KEK beresiko yang mendapatkan PMT berdasarkan paritas sebesar 9 .
Usia Ibu n
Mean Standar Deviasi
Beresiko 42
29
Tidak Beresiko 103
71 26
0,455
Total 145
100
Paritas N
Std. Deviasi Beresiko
13 9
Tidak Beresiko 132
91 0,498
Total 145
100
3 Gambaran proporsi ibu hamil KEK yang beresiko dalam program PMT
berdasarkan jarak kelahiran di Kota Depok.
Tabel. 5.7 Proporsi ibu hamil KEK dalam program PMT berdasarkan jarak
kelahiran di Kota Depok
B e
Berdasarkan hasil analisis prosentase ibu hamil KEK beresiko yang mendapatkan PMT berdasarkan jarak kelahiran sebesar 6,2 .
4 Gambaran proporsi ibu hamil KEK dalam program PMT berdasarkan usia
kehamilan di Kota Depok
Tabel. 5.8 Proporsi ibu hamil KEK dalam program PMT berdasarkan usia
kehamilan di Kota Depok
B Berdasarkan hasil analisis prosentase ibu hamil KEK yang
mendapatkan PMT umumnya pada usia kehamilan trimester kedua dengan prosentase sebesar 87,6 .
Jarak Kelahiran N
Std. Deviasi Beresiko
9 6,2
Tidak Beresiko 136
93,8 0, 242
Total 145
100
Usia Kehamilan N
Std. Deviasi Trimester 2
127 87,6
Trimester 3 18
12,4 0,331
Total 145
100
2. Proses
Proses merupakan berbagai program yang dilakukan untuk mencapai tujuan, yang berkaitan dengan penyediaan dan penerimaan pelayanan. Adapun
hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan proses yaitu menilai perencanaan program untuk mengetahui target dari program PMT, pelaksanaan
program serta pengawasan program apakah telah mencapai target yang ditetapkan, mengidentifikasi kendala dan masalah yang dihadapi serta
pemecahannya. a.
Perencanaan Perencanaan program gizi Dinkes Kota Depok dibuat berdasarkan,
1 Besaran masalah yang ditemui
Berdasarkan hasil wawancara dengan staf gizi penanggung jawab program PMT Ibu Hamil KEK di Kota Depok, prevalensi ibu hamil KEK di
Kota Depok adalah sebesar 14,85. Hal ini juga sesuai dengan paparan Perencanaan dan Evaluasi Program Upaya Perbaikan Gizi Perencanaan
dan Evaluasi Program Upaya Perbaikan Gizi Dinkes Kota Depok yang dipresentasikan Kepala Bidang Yankesmas pada program kunjungan
mahasiswa Kesehatan Masyarakat Universitas Muhammadiyah Bengkulu, prevalensi ibu hamil KEK di Kota Depok adalah 14,85.
Sedangkan ambang batas yang dikatakan masalah kesehatan masyarakat apabila prevalensi KEK lebih dari 10. Oleh karena itu, masih
tingginya prevalensi ibu hamil KEK menjadi salah satu dasar diadakannya program PMT untuk ibu hamil KEK di Kota Depok. Dinkes Kota Depok
juga memfokuskan pada ibu hamil KEK yang berasal dari keluarga miskin. 2
Ketersediaan dana Proses Penganggaran APBD Kota Depok dalam penyediaan dana
untuk program PMT ibu hamil KEK Gakin yang ada di Kota Depok yaitu: a
Dibuat Rencana Program Anggaran RKA oleh tenaga pelaksana gizi yang kemudian disetujui oleh kepala seksi Kesga dan Gizi dan diketahui
oleh Kepala Bidang Yankesmas. b
Rencana Alokasi Program tersebut diajukan ke Bagian Perencanaan dan Evaluasi Program PEP.
c Diajukan kepada bagian Administrasi Setda Kota Depok dan Bagian
Keuangan. d
Beberapa tahap pengajuan kepada DPRD. e
Dokumen Pelaksanaan Anggaran DPA disahkan dan dapat dilaksanakan.
Pada program penanganan KEK, anggaran yang Pemda Kota Depok untuk program PMT Ibu Hamil KEK adalah sebesar Rp 630.000.000,-.
Dimana dengan jumlah dana tersebut setiap ibu hamil mendapatkan 16 dus selama 3 bulan. Pada tahun ini jumlah ibu hamil KEK yang diberikan PMT
sekitar 400 orang. Dana yang dianggarkan hanya sebatas sampai pendistribusian produk ke Puskesmas.
3 Ketersediaan sumber daya
Selain berkoordinasi dengan staf gizi, dalam perencanaannya tim gizi di Dinkes juga berkoordinasi dengan bagian sarana dan prasarana di
Dinkes Kota Depok dalam hal pengadaan produk, kemudian dengan staf gizi di Puskesmas yang terdapat di kota Depok terkait penetapan sasaran
serta bagian KIA yang secara langsung memiliki keterkaitan sasaran dengan laporan program PMT.
Berikut hasil wawancara dengan staf gizi penanggung jawab program PMT :
“Dalam perencanaan program PMT ini kita ada kerjasama dengan berbagai pihak. Dengan bagian sarana dan pra sarana untuk
pengadaan barang. Sama Puskesmas untuk penetapan jumlah sasarannya. Sama KIA yang memang terkait langsung dengan
sasarannya.” Sedangkan terkait dengan penetapan sasaran di Puskesmas, biasanya
petugas gizi di Puskesmas mengumumkan pada rapat kader di kelurahan akan diadakannya PMT untuk Ibu hamil KEK Gakin. Setelah itu kader
posyandu di masing-masing wilayah kerja Puskesmas akan mendata ibu hamil yang KEK yang terdapat di wilayah tersebut. Kemudian Ibu hamil
tersebut dirujuk ke Puskesmas untuk dilihat kadar Hb nya juga dan di data untuk mendapatkan PMT Ibu Hamil KEK tersebut.
Berikut kutipan wawancara dengan petugas Puskesmas Pancoran Mas:
“Jadi kalo sasarannya juga kita kan diumumin di rapat-rapat kelurahan sama kader. Nanti kader data nih bumil yang ada disana,
nah nanti diliat kan bumil nya itu LILA nya berapa trus d krosscek
dulu nih di Posyandu bener ga LILAnya kurang dari 23,5, nah nanti kalau setelah itu baru di rujuk ke Puskesmas untuk di data biar
dikasih PMTnya nanti disini di cek Hbnya karena kan kurang gizi juga ngaruh sama anemi juga kan neng
.” Hal ini juga diungkapkan ketika wawancara dengan petugas
Puskesmas Pengasinan: “Nanti kan ada edarannya dari dinas mau akan dapet PMT, setelah
itu baru kita data, nah sasaranya itu kita kerjasama sama bagian KIA minta data ibu hamil yang KEK sama dari LB3. LB3 itu isinya
termasuk sama yang laporan kader. Jadi laporan kader yang dilaporin ke Puskesmas udah dicantumin didalam LB3.”
Perencanaan dibuat dalam bentuk dokumen KAK Kerangka Acuan Kerja. Dalam KAK komponen-komponen yang dimasukkan dilihat dari
segi sasaran, waktu pelaksaaan, mekanisme distribusi produk, spesifikasi produk, pemantauan dan pelaksanaan.
Selain menetapkan besaran masalah yang ditemui, ketersediaan dana dan sumber daya serta kebutuhan masyarakat. Dilakukan juga perencanaan
pelaporan dan pengawasan program PMT Ibu hamil KEK. Untuk pelaporan status ibu hamil KEK sendiri dilakukan setiap
bulan dengan format LB3 yang dilaporkan setiap bulannya oleh seluruh Puskesmas. Meskipun pelaporan jumlah ibu hamil KEK dilakukan setiap
bulan, data besaran masalah KEK pada ibu hamil yang akan mendapatkan PMT diperoleh dari jumlah kunjungan ibu hamil ke seluruh Puskesmas yang
mengalami KEK setiap bulannya yang dilakukan pada bulan Agustus. Hal
ini dilakukan karena bersamaan dengan diberikannya PMT untuk balita.
Format laporan lain yang dibuat adalah laporan program monitoring PMT di setiap Puskesmas. Dalam perencanaan pembuatan laporan program
tersebut item yang dicantumkan yaitu, nama ibu, alamat ibu, usia ibu, paritas, usia kehamilan, LILA serta pertambahan berat badan selama
diberikan PMT BB I, BB II, dan BB III. Target keberhasilan program PMT Ibu hamil KEK di Kota Depok dilihat dari prosentase pertambahan
berat badan sesuai umur kehamilan. Sedangkan di Puskesmas sendiri hanya mengikuti format pelaporan yang ada di Dinkes, meskipun tidak semua
Puskesmas mengikuti format yang telah ditentukan oleh Dinkes.
Dalam merencanakan proses pengawasan dan penilaian program PMT ibu hamil KEK Gakin staf gizi penanggung jawab program PMT
belum menetapkannya secara spesifik. Untuk rencana pengawasan petugas hanya membuat format laporan program monitoring pertambahan berat
badan PMT Ibu Hamil KEK yang nantinya akan langsung diawasi oleh petugas gizi di Puskesmas wilayah kerja masing-masing. Untuk penilaian
dilakukan dengan melihat hasil dari laporan program monitoring yang
dilakukan di seluruh Puskesmas Kota Depok.
Selain itu, staf gizi juga mendaftar hambatan-hambatan yang terjadi
di Puskesmas Kota Depok yang dilaporkan di Dinkes diantaranya:
1 Pengadaan barang yang hanya terjadi pada periode tertentu, sedangkan
daftar sasaran ibu hamil yang mendapatkan PMT sudah dibuat satu atau dua bulan sebelum pelaksanaan sehingga ketika barang tersebut tiba di
Puskesmas, sehingga terkadang ibu hamil yang mendapatkan PMT
tersebut tidak menghabiskan produk makanan tambahannya dikarenakan ibu hamil tersebut telah melahirkan.
2 Format laporan dari Kemenkes hanya sebatas pada pelaksanaan
pendistribusian PMT. 3
Sasaran belum dapat dipantau secara rutin, salah satunya dikarenakan ibu hamil malas datang ke Dinkes untuk mengambil PMT dan memeriksakan
kandungannya ke Puskesmas, dikarenakan jarak atau ongkos yang harus dikeluarkan.
Berdasarkan wawancara dengan informan utama, diketahui cara untuk mengatasi kendala tersebut adalah ibu hamil yang namanya sudah
tercantum sebagai penerima PMT akan tetap diberikan makanan tambahan, meskipun sudah melahirkan. Hal ini juga bertujuan untuk memperbaiki
status gizi ibu dan bayinya dalam proses menyusui. Untuk format pelaporan petugas gizi membuat standar baku pelaporan sendiri, agar format pelaporan
seragam dari seluruh puskesmas meskipun hingga saat ini juga belum dilihat dari output dari program tersebut. Ibu hamil yang malas datang ke
Puskesmas biasanya dibutuhkan peranan kader yang sudah dilatih untuk membantu membantu mengukur berat badan ibu hamil dan membawakan
produk PMT ke tempat sasaran. Sedangkan pemantauan sasaran secara rutin belum dilakukan, sehingga belum dapat dilihat secara langsung apakah ibu
hamil tersebut benar-benar mengkonsumsi makanan tambahan tersebut atau tidak. Berikut hasil wawancara dengan staf gizi yang ada di Dinkes Kota
Depok,
“Pada saat PMT nya ada mungkin ibu hamil, kan sebelum barangnya ada kita sudah minta data pengajuan dari Puskesmas,
misal di Puskesmas A, ada lima belas orang ibu hamil. Misalnya perencanaannya kan bulan Agustus, nah pengadaannya bulan
September. Ibu hamil yang awalnya tujuh bulan, pas pengadaan itu jadi delapan bulan. Jadi sebelum habis dia sudah melahirkan. Terus
format dari Kemenkes kan cuma sebatas pendistribusian, jadi kita buat format sendiri untuk laporan monitoringnya mba, sama
sasarannya belum terpantau secara rutin. Hal ini juga diungkapkan oleh petugas gizi di Puskesmas Pancoran
Mas sebagai informan pendukung. Berikut hasil wawancara dengan petugas gizi di Puskesmas Pancoran
Mas: “Waktu dateng susu nya yang enggak pas sama usia bumilnya, jadi
kadang pas kita kasih belum habis susunya eh udah melahirkan dianya, terus juga paling bumilnya pada males dateng, apalagi yang
rumahnya jauh yah. Udah gitu alesannya ga punya ongkos, karena itu tadi yang gakin yah, jadi untuk ongkos aja mereka ga punya, jadi
minta tolong sama kadernya. Tapi paling enggak dia pernah sekali kontak sama kita, kan ngambil PMT nya di Puskesmas yah, jadi bisa
ditimbang BB nyah. Kalau nggak kita minta tolong ditimbang sama kadernyah.
Hal ini juga diungkapkan oleh Petugas gizi Puskesmas Pengasinan:
“ya kendalanya gitu, kita udah dapet sasarannya. Tapi pas dateng sasarannya udah beda lagi orangnya,nyari lagi sasarannya. karena
ada yang udah melahirkan atau ibu hamilnya udah ga kek lagi. Jadi pelaporannya juga agak lama mba. Terus gini, kondisi kita ni, lokasi
kita ya, mungkin kalo yang didepan jalan raya sih ga masalah, kalo qt kan masuk ke perumahan yaa.. harus ngojek. Apalagi ibu-ibu
yang daerah bedahan, kan jauh tu dari sini. Berat diongkos. Jadi kita yang kesana. Mereka jarang ada yang mau kesini untuk ngambil
PMT nya” Informan Pendukung
b. Pelaksanaan
Dalam pelaksanaan program PMT di Kota Depok mengacu pada dokumen KAK Kerangka Acuan Kerja yang telah dibuat pada ketika proses
perencanaan. Pemberian Makanan tambahan bagi ibu hamil keluarga miskin
diberikan dalam bentuk Susu ibu hamil kemasan minimal 400 gr.
Proses pelaksanaan meliputi : 1
Melakukan pengawasan proses pelaksanaan distribusi barang 2
Sebelum barang didistribusi dilakukan pemeriksaan barang oleh panitia pemeriksa barang, setelah barang diterima sesuai dengan spesifikasi
baru dilakukan distribusi barang ke Puskesmas. 3
Distribusi dilaksanakan oleh rekanan kepada 32 puskesmas dalam satu kali pengiriman dengan menggunakan Surat Bukti Barang Keluar SBBK
didampingi oleh bendahara barang Dinkes. 4
Selanjutnya distribusi barang kepada sasaran dilakukan oleh puskesmas dalam tiga kali pemberian tiga bulan dengan menggunakan tanda terima
dari masing-masing sasaran. Hal ini juga dicantumkan dalam dokumen KAK PMT Ibu Hamil
KEK Gakin di Kota Depok. c.
Pengawasan dan Penilaian PMT Dalam pengawasan program PMT, staf gizi di Dinkes hanya sebatas
menanyakan apakah makanan tambahan tersebut telah terdistribusi dengan lancar atau tidak. Program pengawasan biasanya hanya berupa by phone
dengan petugas puskesmas atau berkunjung langsung ke Puskesmas ketika
sedang ada program di Puskesmas tersebut. Biasanya petugas gizi di Puskesmas akan ke Dinkes baik untuk memberikan laporan program PMT ibu
hamil KEK maupun masalah-masalah yang dihadapi selama proses pendistribusian PMT. Yang mengawasi secara langsung program PMT petugas
gizi di Puskesmas.
Berikut hasil wawancara langsung dengan staf gizi penanggung jawab
program PMT ibu hamil KEK :
“Puskesmas yang mengawasi PMT secara langsung. Kalau kita biasanya pengawasannya hanya sebatas by phone, atau kalau memang
saat lagi ada program di Puskesmas, disitu paling kita tanyakan bagaimana pelaksanaan PMT di Puskesmas. Apakah susu nya sudah
terdistribusi atau belum atau misalnya ada kendala di lapangan, biasanya petugas puskesmas ak
an langsung melaporkan ke Dinkes” Untuk menilai seluruh program di Dinkes Kota Depok, terdapat
institusi yang bernama Inspektorat Pengawas Daerah, yang bertugas untuk menilai seluruh program yang ada di Kota Depok termasuk program PMT ibu
hamil KEK. Komponen yang dinilai dalam program ini terkait dengan perencanaan program, keuangan, laporan hasil program dan juga penetapan
sasaran. Dalam pelaksanaannya, Petugas gizi tidak melakukan pengawasan
secara khusus. Pengawasan dan pemantauan dilakukan hanya ketika ibu hamil mengambil kembali produk PMT ke Puskesmas. Saat itulah petugas memantau
pertambahan berat badan ibu tersebut. Namun, belum dilakukan pemantauan apakah ibu hamil tersebut benar-benar dipastikan meminum susu yang telah
diberikan tersebut. Selain itu, apabila ibu hamil tersebut tidak mengambil kembali produk yang diberikan, maka petugas gizi berkoordinasi dengan kader
agar susu tetap dapat diberikan dan pertambahan berat badan ibu tetap dapat dipantau.
Namun, dalam penelitian ini tidak dilakukan wawancara dengan kader. Sehingga belum dapat dikonfirmasi apakah kader benar-benar ikut membantu
mendistribusikan PMT ke sasaran dan juga membantu dalam hal pemantauan pertambahan berat badan ibu hamil yang mendapatkan PMT tersebut.
Berikut hasil wawancara dengan Petugas Puskesmas Pancoran Mas: “Kita si paling pengawasannya ya pertambahan berat badan itu neng.
Nanti kan kita tanya ke KIA kalau misalnya ibu hamilnya periksa kehamilan ke KIA. Kalau misalnya ibu ga periksa ke Puskesmas, paling
kita minta kader untuk mantau atau kita yang dateng ke lokasi ibu
hamil tersebut neng.” Hal ini, juga diungkapkan Petugas gizi Puskesmas Pengasinan:
“Untuk monitoringnya juga saya bingung. Paling hanya pendistribusian sama pemantauan berat badan ibu hamil mba.
Biasanya saya minta tolong sama bagian KIA, ini berat badan ibu A yang dapetin PMT tolong dicatetin pertambahan berat badannya
berapa. Atau kalau dia ga meriksa kehamilannya ke Puskesmas saya minta tolong pembina kelurahan bidan kelurahan yang saya percaya
untuk dip
antau berat badannya per bulan si ibu ini.”
Dalam pelaksanaan program PMT Ibu hamil KEK, petugas gizi di Puskesmas tidak mendapatkan dokumen KAK tersebut. Informasi mengenai
substansi dari dokumen KAK hanya didapatkan berdasarkan sosialisasi ketika rapat bulanan dengan staf gizi Dinkes. PMT didistribusikan pada periode
selama tiga bulan per tahunnya di setiap Puskesmas yang ada di kota Depok. PMT yang diberikan berupa PMT pabrikan, yaitu beberapa dus susu khusus ibu
hamil setiap dus nya berisi 400 gram. PMT diberikan melalui bidan yang
bertugas di Bagian KIA Kesehatan Ibu dan Anak di setiap Puskesmas yang ada di Kota Depok.
Dalam hal ini, petugas gizi di Puskesmas melakukan pendataan jumlah ibu hamil yang beresiko KEK serta menerima produk PMT dari Dinkes yang
gudangnya terletak di Gedung Pemerintah Daerah Kota Depok. Namun, yang memberikan tetap di bagian KIA, hal ini dikarenakan ibu hamil memeriksakan
kandungannya langsung di bagian KIA. Sesuai prosedur yang telah ditetapkan, pemberian PMT hanya diberikan di Puskesmas, untuk memudahkan petugas
melakukan pendataan bumil KEK Gakin. Selain itu, agar ibu hamil yang mendapat PMT dapat mendapatkan penjelasan minimal mengenai aturan
mengkonsumsi PMT tersebut serta penjelasan mengenai KEK dan dampak KEK pada Ibu hamil. Namun, karena keterbatasan waktu terkadang petugas
hanya memberikan aturan mengkonsumsi PMT saja. 3.
Output Program PMT Hasil Wawancara dengan Informan Utama Hasil program PMT bumil KEK Gakin dilaporkan dalam bentuk Laporan
PMT Ibu Hamil KEK Gakin di Kota Depok. Sedangkan berdasarkan Juknis PMT Ibu Hamil KEK yang dikeluarkan oleh Kemenkes, laporan yang dibuat di Dinkes
KabupatenKota adalah laporan pendistribusian makanan tambahan dengan menggunakan formulir 5 yang dibuat rangkap 3 masing-masing 1 lembar untuk
arsip, provinsi, dan pusat. Masalah yang ditemui dan alternatif pemecahan dicatat dalam formulir 8.
Namun, Dinkes Kota Depok tidak melaporkan hasil program PMT ibu hamil KEK Gakin ke Dinkes Propinsi. Dinkes Kota Depok hanya bertanggung jawab terhadap
Pemerintah Kota Depok khususnya Pemberi Tugas adalah Pejabat Pembuat Komitmen Kuasa Pengguna Anggaran Program Peningkatan Gizi Masyarakat
pada Dinkes Kota Depok , dikarenakan dana program PMT bukan berasal dari Dinkes Propinsi, melainkan APBD dari Pemerintah Kota Depok. Staf gizi di
Dinkes hanya melaporkan secara rutin program PMT ibu hamil ke Pemerintah Daerah Kota Depok. Namun, itupun hanya sebatas laporan akhir pendistribusian
PMT Ibu Hamil. Berikut hasil kutipan wawancara dengan staf gizi di Dinkes Kota Depok,
sebagai informan utama:
“Program PMT Bumil ini, dinkes tidak berkewajiban mengirimkan laporan ke Propinsi, karena anggaran program berasal dari APBD kota
Depok. Kami punya kewajiban melaporkan laporan anggaran proses program PMT ke Pemda Kota Depok. Kalau untuk output sendiri saat ini
kami hanya melihat sebatas pendistribusian PMT. Belum dilihat dari segi sasaran sendiri, baik dari proses kelahiran ibu hamil yang mendapatkan
PMT dan berat bayi lahirnya
”. Informan Utama Pada tahun 2011 ini, program PMT belum dapat dilihat keberhasilan jika
dilihat dari pendekatan output atau sasaran. Berikut kutipan dari informan utama mengenai evaluasi program PMT pada tahun ini:
“Karena dampak dari KEK ini belum bisa di evaluasi, jadi yang kita lihat dalam program ini hanya sebatas pelaksanaan programnya mba, jadi gini,
Ibu hamil mendapatkan PMT iya, mereka minum iya, tapi untuk melihat apakah ada perbaikan kesananya dari program PMT itu belum bisa
” Informan Utama
C. Gambaran Prosentase Efektifitas Program PMT Ibu Hamil KEK di Kota