Perkembangan Sistem Perpajakan di Indonesia

40

BAB II PERSAMAAN SUNSET POLICY DENGAN TAX AMNESTY

A. Perkembangan Sistem Perpajakan di Indonesia

Laju inflasi yang relatif tinggi selama 1971-1978 berakibat merosotnya daya saing ekonomi Indonesia baik dalam maupun luar negeri. Kesulitan lainnya adalah berasal dari Perusahaan Tambang Nasional Pertamina, menurut laporan The Asian Wall Street Journal Pertamina tidak mampu membayar utang kepada beberapa kontraktor dan leveransirnya yang diperkirakan mencapai ratusan juta Dolar. Dan, kesulitan ketiga adalah masalah pangan di mana produksi padi tidak memenuhi sasaran sebagai akibat musim kering yang berkepanjangan dan serangan hama. 50 Penerimaan negara dari pajak perseorangan, minyak dan gas alam yang mulanya mencapai Rp. 4.259,6 miliar pada tahun 19781979, Rp. 4.259,6 Miliar pada tahun 19791980, dan Rp. 8,869,1 Miliar pada tahun 19831984 mengalami penurunan setelah tahun 19831984 karena adanya resesi dunia yang berakibat menurunnya permintaan dan harga minyak di pasaran dunia. Harga minyak Arab di pasaran tunai cenderung turun setelah sidang OPEC di Wina gagal mencapai kesepakatan kuota produksi. Produsen non-OPEC mengambil bagian lebih besar dari pasaran OPEC. Semua pasaran OPEC mewakili 63 persen pasaran dunia sejak tahun 1983 mengalami penurunan menjadi 44,2 persen. 51 Akibatnya, harapan terhadap hasil ekspor minyak dan gas tidak seperti sebelumnya, sehingga Indonesia tidak lagi memegang migas sebagai variabel permanen untuk jangka waktu lama. Patokan harga minyak yang menurun memengaruhi pajak perseroan migas Indonesia, sehingga pemerintah perlu 50 Sony Devano, Siti Kurnia Rahayu, Perpajakan Konsep, Teori, dan Isu, Kencana, Jakarta, 2006, hal. 74 51 Ibid 27 Universitas Sumatera Utara 41 melakukan rancangan ulang untuk menutup kekurangan target penerimaan APBN 19831984 yang sebagian dicari dari utang luar negeri. Pinjaman luar negeri telah mengandung banyak aspek politik dan modal asing juga memiliki aspek yang berada di luar kekuasaan Indonesia. Sehingga, jika state dan teknokrasi tak didukung oleh kemampuan menciptakan mobilisasi dana dalam negeri yang lebih terkontrol, maka tidak akan mampu membawa keberhasilan pembangunan. 52 Usaha ekstensifikasi dan intensifikasi pajak untuk meningkatkan jumlah penerimaan negara dengan tidak mengandalkan pada penerimaan dari sektor migas kemudian dilakukan. Reformasi perpajakan sebagai perubahan peraturan lama sampai keakar-akarnya, dasar falsafah dan sistem pemungutan diterapkan di Indonesia. Karena, bagaimanapun juga dengan mengandalkan sistem perpajakan yang sebelumnya akan menghalangi usaha peningkatan efisiensi industri dalam negeri, di mana sistem perpajakan. Dan, secara jelas IGGI International Government Group of Indonesia menyebutkan bahwa sistem perpajakan di Indonesia berada di bawah standar sistem perpajakan Internasional. Terdapat begitu banyak pengertian mengenai reformasi perpajakan di berbagai negara maju maupun negara berkembang. Hal tersebut disebabkan karena adanya perbedaan pengertian dan pola reformasi perpajakan yang dianut oleh negara berkembang dan yang dianut oleh negara maju. Hal ini dikarenakan terdapat 52 Ibid Universitas Sumatera Utara 42 perbedaan struktur pajak yang umumnya seragam di negara maju tapi ada bermacam- macam struktur pajak di negara berkembang. Menurut Ghaizi Nasucha, reformasi administrasi perpajakan adalah penyempurnaan atau perbaikan kinerja administrasi, baik secara individu, kelompok, maupun kelembagaan agar lebih efisien, ekonomis, dan cepat. 53 Malcolm Gillis mengemukakan atribut yang menjadi dasar suatu reformasi perpajakan : 1. Breadth of reform Reformasi perpajakan memfokuskan pada struktur pajak atau sistem pajak, dan administrasi pajak. 2. Scope of reform Reformasi perpajakan dilakukan secara comprehensive semua sumber penerimaan yang penting, atau dilakukan secara parsial hanya meliputi satu atau dua komponen penting dari sistem perpajakan. 3. Revenue goals Reformasi perpajakan untuk meningkatkan penerimaan dalam persentase terhadap PDB, yaitu rasio pajak revenue enhancing ; untuk mengganti penerimaan revenue neutral reform ; atau bahkan untuk mengurangi penerimaan revenue decreasing reform. 4. Equity goals Reformasi perpajakan untuk menegakkan keadilan redistributive. Orang berpenghasilan tidak sama, pajaknya diperlakukan tidak sama juga, namun jika reformasi perpajakan tidak dimaksudkan untuk mengubah distribusi pendapatan yang sudah ada, maka disebut distributionally neutral reform. 5. Resource allocations goals Reformasi perpajakan yang berusaha mengurangi pengenaan pajak pada sumber daya agar dapat dialokasikan lebih efisien euconomically neutral, jika sistem perpajakan untuk mempengaruhi aliran sumber daya sektor ekonomi atau aktivitas tertentu, maka disebut interventionist reforms. 6. Timing of reform Dilakukan dengan mengubah seluruh kebijakan perpajakan secara bersamaan disebut contemporaneous reforms, dengan implementasi bertahap disebut phased reforms, atau perubahan kebijakan perpajakan yang tidak berkaitan dilakukan dalam beberapa tahun lebih disebut successive reforms. 54 53 Ibid, hal. 75 54 Ibid, hal. 76 Universitas Sumatera Utara 43 Tujuan dari reformasi administrasi perpajakan adalah bahwa administrasi perpajakan yang ada di suatu negara mengimplementasikan struktur perpajakan yang efisien dan efektif, guna mencapai sasaran penerimaan pajak yang optimal. Hal ini meliputi pengembangan sumber daya manusia, baik itu peningkatan kuantitas dan kualitas pegawai pajak maupun peningkatan kesadaran Wajib Pajak untuk patuh dalam kewajiban perpajakannya. Selain itu, pengembangan teknologi informasi pada instansi perpajakan untuk mengimbangi keberadaan teknologi informasi yang telah dimiliki terlebih dahulu oleh Wajib Pajak untuk menjawab tantangan globalisasi. Kemudian, masalah perbaikan struktur organisasi instansi pajak, proses, dan prosedur administrasi perpajakan, serta sumber daya finansial bagi pengembangan sarana dan prasarana yang menunjang perbaikan secara menyeluruh sistem perpajakan dan insentif yang cukup bagi pegawai pajak. Reformasi perpajakan yang dilakukan oleh suatu negara merupakan suatu cara untuk memperbaiki dan meningkatkan perekonomian global melalui pajak. Reformasi dalam perpajakan akan berimplikasi terhadap luasnya dasar pengenaan pajak tax base , dalam hal ini menambah jenis penghasilan sebagai objek pajak dan mempengaruhi pengenaan tarif pajak tax rate, dan usaha memperbaiki administrasi perpajakan menjadi lebih sempurna. Suatu negara mengharapkan memiliki suatu sistem perpajakan yang sempurna, agar apa yang menjadi tujuan dari suatu pemerintahan negara dapat tercapai. Setiap usaha penyempurnaan memerlukan suatu perubahan, baik secara parsial maupun secara keseluruhan atau mendasar. Universitas Sumatera Utara 44 Alasan negara melakukan reformasi dalam perpajakan antara lain adalah : 1. Untuk menstabilkan perekonomian yang tidak menentu karena pengaruh perekonomian internasional maupun nasional. 2. Upaya mengalihkan sektor penerimaan APBN dari migas yang semula sebagai sektor primadona menjadi pajak sebagai sumber yang lebih dapat menjanjikan, karena secara rasional pajak adalah penerimaan yang berkelanjutan, tidak seperti migas. 3. Usaha mengikuti ketentuan dunia terutama dalam hal pendanaan pinjaman luar negeri yang mensyaratkan struktur pajak yang ada harus disesuaikan dengan kondisi seharusnya. 4. Meningkatkan penerimaan negara dari sektor pajak. 55 Adapun Tujuan Reformasi Perpajakan, menurut Sony Devano, yaitu: 1. Meningkatkan kualitas pelayanan kepada wajib pajak taxpayer’s quality services sebagai sumber aliran dana untuk mengisi kas negara. 2. Menekan terjadinya penyeludupan pajak tax evasian oleh wajib pajak. 3. Meningkatkan kepatuhan bagi wajib pajak dalam penyelenggaraan kewajiban perpajakannya. 4. Menerapkan konsep good governance, adanya transparansi, responsibility, keadilan, dan akuntabilitas dalam meningkatkan kinerja instansi pajak sekaligus publikasi jelasnya pos penggunaan pengeluaran dana pajak. 5. Meningkatkan penegakan hukum pajak, pengawasan yang tinggi dalam pelaksanaan administrasi pajak, baik kepada fiskus maupun kepada wajib pajak. 56 Reformasi perpajakan yang dilakukan di Indonesia dimulai sejak tahun 1984. Diawali dengan reformasi perpajakan first tax reform dilakukan pada tahun 1984, perubahan mendasar pada ketentuan peraturan perundang-undang perpajakan dilakukan di Indonesia. Pembaruan sistem perpajakan di Indonesia ini diusahakan tersusun sistem perpajakan yang sederhana, adanya kepastian hukum, dan bertujuan untuk memberikan pemerataan perekonomian. Kesederhanaan diperlukan agar mudah 55 Ibid, hal. 78 56 Ibid, hal. 79 Universitas Sumatera Utara 45 dimengerti dan dilaksanakan oleh wajib pajak ataupun fiskus. Dan, penyerahanaan di sini bukan berarti harus mengorbankan pemerataan, karena sistem yang baru tetap mempunyai progresivitas. Pembaruan sistem perpajakan melakukan pembenahan aparatur perpajakan dengan meningkatkan kemampuan dan keterampilan dalam rangka memahami, menguasai, dan melaksanakan peraturan perpajakan yang baru. Bagi instansi pajak juga menekankan pada peningkatan pelayanan kepada Wajib Pajak, agar dapat mendorong kepatuhan Wajib Pajak yang akhirnya akan mempengaruhi peningkatan pajak. Selain itu juga membenahi baik menyangkut prosedur, tata kerja, disiplin, maupun mental. B. Penegakan Hukum Dibidang Pajak Istilah penegakan hukum yang sering kali digunakan untuk menerjemahkan istilah law enforcement yang merupakan serangkaian upaya, proses, dan akitivitas untuk menjadikan hukum berlaku sebagaimana seharusnya. Menurut Satjipto Rahardjo, “penegakkan hukum adalah suatu proses untuk mewujudkan keinginan-keinginan hukum menjadi kenyataan. Yang disebut sebagai keinginan-keinginan hukum dalam hal ini tidak lain adalah pikiran-pikiran badan pembuat undang-undang yang dirumuskan dalam peraturan-peraturan hukum tersebut”. 57 57 Satjipto Raharjo, Masalah pengakan Hukum, Suatu Tinjauan Sosiologis, Sinar Baru, Bandung, 1984, hal. 24 Universitas Sumatera Utara 46 Dengan demikian apabila membicarakan mengenai penegakan hukum maka pada hakikatnya berbicara mengenai penegakan ide-ide serta konsep-konsep yang bersifat abstrak. Dengan kata lain, penegakan hukum merupakan suatu usaha untuk mewujudkan ide-ide tersebut menjadi kenyataan. Proses mewujudkan idi-ide inilah yang merupakan hakikat dari penegakan hukum. Dengan melihat uraian tersebut diatas, dapat dikatakan bahwa penegakan hukum merupakan serangkaian aktivitas, upaya, dan tindakan melalui organisasi berbagai instrument untuk mewujudkan apa yang dicita-citakan oleh penyusun hukum tersebut. Selain itu dapat dikatakan bahwa penegakan hukum bukan merupakan upaya yang sama sekali terpisah dari proses hukum itu sendiri. Khususnya dalam bidang pajak, penegakan hukum juga harus berkaitan dengan cita-cita dasar pembentukan serangkaian ketentuan dibidang pajak dan perumusan cita-cita hukum tersebut dalam norma hukum yang luas dan banyak. Penegakan hukum tidak hanya diartikan sebagai tindakan memaksa orang atau pihak yang tidak menaati ketentuan yang berlaku untuk mentaati peraturan tersebut, dimana hal ini lebih bersifat represif. Penegakan hukum juga dapat diartikan sebagai kemungkinan untuk mempengaruhi orang atau berbagai pihak yang terkait dengan pelaksanaan ketentuan hukum, sehingga hukum tersebut dapat berlaku sebagaimana adanya dan sebagaimana mestinya. 58 Dalam pelaksanaan ketentuan dibidang perpajakan, dikenal adanya penegakan hukum administrasi maupun penegakan hukum pidana. ”Penegakan hukum administrasi bertujuan agar sesuatu yang menyimpang dapat dibenahi. Dalam hal ini 58 Y. Sri Pudyatmoko, Penegakan dan Perundangan Hukum di Bidang Pajak, Salemba Empat, Jakarta, 2007, hal. 11 Universitas Sumatera Utara 47 yang menjadi fokus perhatian untuk mendapatkan penanganan adalah perbaikan atau perubahan sikap atau perilaku dari subjek pajak”. 59 Penegakan hukum administrasi kurang memberikan tekanan pada si subjek atau pelaku pelanggaran, melainkan lebih menekankan pada perbuatannnya. Penegakan hukum administrasi dilakukan oleh aparat pemerintah di bidang pajak, jadi bukan melalui hakim. Dalam penegakan hukum administrsai, prosedur penegakan hukum dilakukan secara langsung tanpa melalui pengadilan. Oleh kerena itu dalam penegakan hukum administrasi ini diperlukan instrument yang memungkinkan aparat yang melakukan penegakkan dapat melaksanakan tugasnya dengan mudah dan tanpa hambatan atau kesulitan yang berarti. Instrument tersebut dapat berupa ketentuan yang lebih jelas serta uraian prosedur yang cukup rinci dan pasti. Penegakan hukum administrsi tidak hanya terbatas pada uraian mengenai bagaimana sanksi itu akan diterapkan. Penegakan hukum administrasi dapat ditujukan kepada pelaku pelanggaran, baik Wajib Pajak maupun aparat pemerintah yang menjalankan tugasnya dibidang pajak. 1. Penegakan Hukum Administrasi Dalam Pajak Penegakan hukum administrasi handhaving van get bestuursrecht merupakan bagian dari “bestuuren” 60 atau kewenangan pemerintahan. Sementara, 59 Ibid 60 Van Wijk Knijnenbelt, Hoofdstukken van Administratief Rech, Vijfde Druk, S-gravenhage, 1984, hal. 281 Universitas Sumatera Utara 48 menurut P. de Haan, ”penegakan hukum administrasi diartikan sebagai penerapan sanksi administrasi”. 61 Penegakan hukum administrasi merupakan salah satu penegakan hukum yang paling banyak dilakukan dalam bidang pajak. Hal ini dapat dipahami karena sering kali sanksi administrasi diterapkan pada pelaku pelanggaran-pelanggaran yang dianggap relatif ringan. Penegakan hukum administrasi relatif lebih mudah untuk diterapkan. Hal ini disebabkan karena selain prosedurnya yang tidak terlalu rumit, pelanggaran yang dilakukan juga relatif lebih mudah untuk dipastikan. Dengan demikian, penegakan hukum administratif terlihat sederhana. Dalam bidang pajak yang menerapkan self assessment system, maka faktor yang sangat penting dan menentukan adalah si Wajib Pajak itu sendri. Artinya, ”keberhasilan dan kegagalan dibidang pajak juga sangat dipengaruhi oleh Wajib Pajak. Hal ini disebabkan karena di dalam self assessment system, yang menghitung besarnya penghasilan dan kekayaan, utang pajak, serta menetapkan pajak adalah Wajib Pajak itu sendiri”. 62 Kemampuan, pengetahuan, kejujuran, kedisiplinan serta kesadaran dari Wajib Pajak sangatlah diperlukan. Agar suatu self assessment system berhasil, tidak hanya diperlukan pengetahuan yang cukup dari Wajib Pajak. Tanpa dilandasi oleh kesadaran, kejujuran, dan kedisiplinan yang memadai, maka kepercayaan yang diberikan kepada Wajib Pajak dapat disalah gunakan. Untuk itu, diperlukan pengawalan dari pihak fiskus melalui pengawasan dan pengarahan. 61 Y. Sri Pudyatmoko, Op, Cit, hal. 14 62 Ibid. Universitas Sumatera Utara 49 Sebagaimana layaknya suatu upaya penegakan hukum, penegakan hukum administrasi juga memerlukan berbagai hal. Sebagaimana telah diketahui, penegakan hukum administrasi sebenarnya merupakan penggunaan kekuasaan pemerintah untuk memaksa warganya. Dengan demikian, penegakan hukum administrasi tidak lepas dari bagaimana kekuasaan pemerintah itu dijalankan dan dipenuhi. Berbagai hal yang perlu diperhatikan dalam penegakan hukum administrasi adalah : 1. Kejelasan norma yang mengatur karena penegakan hukum administrasi dilakukan oleh parat pemerintah tertentu yang diberikan kewenangan secara khusus untuk melakukan penegakan hukum. 2. Pemahaman dari pejabat yang berwenang 3. Pengunaan kewenagan diskresi 4. Norma hukum baik yang tertulis maupun tidak tertulis. 63 Agar penegakan hukum administrsi dalam pajak itu dapat dilakukan dengan baik dan efektif, diperlukan kejelasan mengenai konsekuensi-konsekuensi dari tidak dilakukannya penegakan hukum. Dengan kata lain, secara internal dalam lingkup pemerintahan, khususnya dalam jajaran Direktorat Jenderal Pajak, harus jelas konsekuensi yang harus dikenakan terhadap pejabat berwenang jika tidak melakukan penegakan hukum, padahal secara nyata suatu pelanggaran seharusnya sudah dikenakan sanksi. Penegakan hukum administrasi yang diterapkan dalam bidang pajak dilakukan sendiri oleh pihak fiskus. Dalam hal ini, yang melakukan penegakan adalah jajaran Derektorat Jenderal Pajak. Penegakan hukum ini dilakukan terhadap berbagai 63 Ibid, hal. 17 Universitas Sumatera Utara 50 pelanggaran yang dilakukan oleh Wajib Pajak. Sebagai instrument penegakan hukumnya, digunakan sanksi administrasi yang dapat diterapkan terhadap pelanggaran dibidang pajak tersebut meliputi: 1. Sanksi bagi Wajib Pajak atau Penaggung Pajak a. Bunga, yang meliputi: 1 Bunga Pembayaran. 2 Bunga penagihan. 3 Bunga Ketetapan b. Kenaikan 50 persen dan 100 persen 2. Sanksi bagi pihak ke-3 3. Sanksi bagi Pihak Aparatur Pemerintah 2. Penegakan Hukum Pidana Dalam Pajak Selain penegakan hukum administrasi yang menggunakan sanksi administrasi sebagi instrumennya, dalam bidang pajak juga dikenal penegakan hukum pidana. Penegakan hukum pidana dalam bidang pajak tentunya juga mempunyai tujuan tertentu, yaitu: ”agar ketentuan hukum dibidang pajak tersebut dapat dijalankan sebagaimana mestinya sehinga dapat mewujudkan keadilan, kepastian, dan keseimbangan antara para pihak yang melanggar ketentuan, baik yang dilakukan oleh pihak fiskus, Wajib Pajak, atau Penaggung Pajak, maupun pihak ketiga, apabila memenuhi kualifikasi tertentu harus dikenakan sanksi”. 64 Agar ketentuan hukum tersebut dapat berlaku sebagaimana mestinya, diperlukan tidak hanya upaya penegakan melainkan juga pencegahnya supaya 64 Y. Sri Pudyatmoko, Op, Cit, hal. 24 Universitas Sumatera Utara 51 pelanggaran atau kejahatan tersebut tidak terjadi. Upaya prefentif semacam itu seharusnya mendapatkan perhatian yang sama besarnya seperti penegakan hukum. Pencegahan terjadinya pelanggaran dan kejahatan dibidang pajak seharunya dilakukan secara sistematis dan terpadu dengan harapan agar sistem tersebut menghindarkan terjadinya kejahatan atau pelanggaran. Upaya penegakan hukum diharapkan dapat menimbulkan dampak tertentu. Bagi pihak yang melakukan pelanggaran dan terbukti bersalah, penegakan hukum pidana diharapkan dapat memberikan dampak jera sehingga yang bersangkutan tidak mengulangi tindakan yang sama dimasa mendatang. Sementara itu, bagi masyarakat pada umumnya, penegakan hukum tersebut diharapkan menjadi bagian dari pemahaman dan pendidikan hukum agar tidak melakukan tindakan yang serupa, sekaligus membangun kepercayaan masyarakat bahwa ketentuan yang ada memang harus dipatuhi. Untuk tercapainya tujuan tersebut, penegakan hukum harus dilakukan secara adil dan tanpa pandang bulu. Selain itu, sanksi yang diterapkan sebagai insturmen penegakan hendaknya setimpal dengan pelanggaran atau kejahatan yang telah dilakukan oleh pihak yang bersangkutan. Penegakan hukum pidana dibidang pajak tidak terlepas dari ketentuan pidana, baik yang diatur dalam Undang-undang di bidang perpajakan maupun dalam undang- undang lain, seperti KUHP. 65 Dari sisi pelaku, penegakan hukum pidana dibidang pajak dapat dikenakan terhadap fiskus, Wajib Pajak atau penanggung pajak, serta 65 Ibid, hal. 26 Universitas Sumatera Utara 52 pihak ketiga. Penegakan tersebut berkaitan dengan adanya tindakan pidana dibidang pajak, oleh karena itu, penting untuk mengetahui tindak pidana apa saja yang ada dibidang pajak serta cakupan dari penegakan hukum pidana di bidang pajak tersebut. 1. Tindak pidana yang dapat dilakukan oleh pihak fiskus dan diancam dengan sanksi pidana 2. Tindak Pidana oleh Wajib Pajak dan Penaggung Pajak dan diancam dengan sanksi pidana 3. Tindak pidana olah pihak ke-3

C. Sunset Policy Sama Dengan Dengan Tax Amnesty