Pengertian Pariwisata .1 Pengertian Pariwisata

BAB II URAIAN TEORITIS

2.1 Pengertian Pariwisata 2.1.1 Pengertian Pariwisata Secara etimologi, kata pariwisata berasal dari bahasa Sansekerta yang terdiri dari dua suku kata, yaitu : “pari” dan “wisata”. Pari berarti banyak, berputar-putar, berkali-kali, atau berkeliling. Sedangkan wisata berarti perjalanan dari satu tempat ke tempat yang lain. Wisata berarti pengalaman, bepergian. Pemakaian kata pariwisata untuk pertama kalinya dicetuskan oleh Prof. Priyono yang pada masa jabatannya menjabat sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan R.I. istilah tersebut diungkapkannya pada saat pelaksanaan Munas II Pariwisata di Tretes Jawa Timur, 12-14 Juni 1958, untuk menggantikan kata tourisme dan diresmikan pemakaiannya untuk umum oleh Presiden Soekarno. Dan atas dasar tersebut maka pada tahun 1960, istilah Dewan Tourisme Indonesia diganti menjadi Dewan Pariwisata Nasional. Pengertian mengenai pariwisata di atas dianggap belum memadai, karena istilah yang dikemukakan sering mengalami perubahan dan perbedaan. Oleh karena itu, sebagai bahan perbandingan dapat kita lihat berbagai pendapat yang dikemukakan pakar pariwisata berikut mengenai pengertian pariwisata. a. Oka A. Yoeti 1986:118 Pariwisata adalah suatu perjalanan untuk sementara waktu yang diselenggarakan dari suatu tempat ke tempat lain dengan tujuan bukan untuk mencari nafkah di tempat yang dikunjungi, tetapi semata-mata untuk menikmati perjalanan tersebut guna bertamasya dan berekreasi. b. Saleh Wahab dalam bukunya yang berjudul “An introduction on Tourism theory” mengemukakan bahwa pariwisata adalah “suatu aktifitas yang Universitas Sumatera Utara dilakukan secara sadar yang mendapat pelayanan secara bergantian di antara orang-orang dalam satu negara itu sendiri di luar negeri untuk sementara waktu dalam mencari kepuasan yang beraneka ragam dan berbeda dengan apa yang dialami dimana ia menetap dan bekerja”. Dalam batasan pariwisata ia mengemukakan tiga unsur, yaitu : 1 Manusia man yang melakukan perjalanan wisata; 2 Ruang space tempat melakukan perjalanan dan; 3 waktu time yang digunakan selama dalam perjalanan dan di daerah tujuan wisata. c. Tap MPRS No. 1 – II 1960 “Kepariwisataan dalam dunia modern pada hakekatnya adalah suatu cara untuk memenuhi kebutuhan manusia dalam memberikan hiburan jasmani dan rohani, setelah beberapa saat bekerja dan mempunyai modal untuk melihat-lihat daerah lain wisata keluar negeri”. d. Menurut A.J. Burkart dan S. Medik 1987 Pariwisata adalah perpindahan orang untuk sementara dan dalam jangka waktu pendek ke tujuan- tujuan diluar tempat dimana mereka biasanya hlidup dan bekerja dan kegiatan-kegiatan mereka selama tinggal di tempat-tempat tujuan itu. e. Herman V. Schulaland, seorang ahli ekonomi Austria 1910: 7 menyatakan bahwa : “Kepariwisataan merupakan penjualan kegiatan terutama yang berkaitan dengan kegiatan perekonomian, secara langsung berhubungan dengan keluar masuknya orang-orang asing ke suatu negara, daerah, maupun kota tertentu”. Dalam hal ini ia lebih menekankan aspek- aspek ekonomi dan tidak menunjukkan secara tegas aspek-aspek sosiologi, psikologi, seni budaya maupun aspek-aspek geografi kepariwisataan. f. Hunzieker dan Krapt 1892 : 8, menyatakan bahwa : “Kepariwisataan merupakan keseluruhan gejala-gejala yang ditimbulkan oleh perjalanan Universitas Sumatera Utara dan pendiaman tersebut tidak bersifat menetap dan tidak memperoleh penghasilan dari aktifitas yang bersifat sementara itu”. g. E. Guyer Freuler, mengemukakan bahwa : “Pariwisata dalam arti modern adalah fenomena dari zaman sekarang yang pada umumnya didasarkan pada kebutuhan akan kesehatan dan pergantian hawa, penilaian yang sadar dan menimbulkan cinta terhadap keindahan alam, sedangkan pada khususnya disebabkan oleh bertambahnya pergaulan berbagai bangsa dan kelas masyarakat manusia sebagai hasil dari perkembangan perniagaan, industri perdagangan, serta penyempurnaan dari pada alat-alat pengangkutan. h. Menurut Habert Bulden, menyatakan bahwa : “Kepariwisataan merupakan suatu seni dari lalu lintas orang dimana manusia berdiam di suatu tempat asing dengan maksud tertentu, tetapi tidak boleh menetap untuk melakukan pekerjaan untuk sementara waktu. Dengan demikian pariwisata berarti suatu perjalanan keliling ataupun perjalanan yang dilakukan untuk sementara waktu dan kembali ke tempat asal tanpa bermaksud mencari nafkah atau penghasilan di tempat yang singgahi.

2.1.2 Wisatawan

Wisatawan dapat dijabarkan sebagai berikut: Menurut Pasal 5 Resolusi Dewan Ekonomi dan Dewan Sosial Perserikatan Bangsa-Bangsa No. 810. “Untuk tujuan statistik yang dimaksudkan dengan visitor atau pengunjung adalah setiap orang yang mengunjungi suatu negara yang merupakan tempat tinggalnya yang biasa, dengan alasan apapun juga, kecuali mengusahakan sesuatu pekerjaan yang dibayar oleh negara yang dikunjunginya”. Universitas Sumatera Utara Yang termasuk di dalamnya adalah : Wisatawan tourist, yaitu pengunjung sementara yang paling sedikit tinggal 24 jam di negara yang dikunjunginya dan tujuan perjalanannya dapat digolongkan ke dalam klasifikasi sebagai berikut ini : • Pesiar leisure, seperti untuk keperluan rekreasi, hiburan kesehatan, studi, keagamaan dan oleh raga. • Pelancong excursionist, yaitu pengunjung sementara yang tinggal kurang dari 24 jam di negara yang dikunjunginya termasuk pelancong dengan kapal pesiar. Menurut Instruksi Presiden No. 9 tahun 1964 yang memberikan defenisi sebagai berikut: “Wisatawan tourist adalah setiap orang berpergian dari tempat tinggalnya untuk berkunjung ke tempat lain dengan menikmati perjalanan dan kunjungannya ini”

2.1.3 Objek dan Daya Tarik Wisata

Objek dan daya tarik wisata tourist attraction merupakan salah satu unsur pokok dalam pengembangan dan pembangunan dunia kepariwisataan yang keberadaannya akan mendorong parawisatawan, untuk mengunjunginya. Objek dan daya wisata juga merupakan hal yang sangat penting dalam mensukseskan program pemerintah dalam melestarikan adat dan budaya bangsa sebagai asset yang dapat dijual kepada wisatawan. Objek dan daya tarik wisata dapat berupa alam, budaya, tata hidup, dan sebagainya yang memiliki daya tarik dan nilai jual untuk dikunjungi ataupun dinikmati oleh wisatawan sekaligus merupakan sasaran utama wisatawan dalam mengunjungi suatu daerah atau negara.Dalam pengertian luas bahwa wisatawan dapat disebut sebagai objek dan daya tarik wisata. Universitas Sumatera Utara Menurut UU No. 91990, objek dan atraksi wisata memiliki pengertian tersendiri, yaitu : b. Objek wisata adalah merupakan hal-hal yang menarik untuk dilihat dirasakan oleh wisatawan yang bersumber pada alam saja. c. Atraksi wisata adalah segala sesuatu yang menarik untuk dilihat, dinikmati dan dirasakan oleh wisatawan yang merupakan hasil kerja manusia. Menurut Peraturan Pemerintah, Republik Indonesia No. 24 1979 : a. Objek wisata adalah perwujudan dari pada ciptaan manusia, atau hidup, seni budaya,sejarah bangsa, wisata agro, wisata tirta, wisata buru, tempat atau keadaan alam yang mempunyai daya tarik bagi wisatawan untuk dikunjungi. b. Atraksi wisata adalah semula yang diciptakan manusia berupa penyajian kebudayaan seperti tari-tarian, kesenian rakyat upacara adat, dan lain-lain. Objek dan daya tarik wisata dapat dikelompokkan menjadi empat kelompok yang terdiri dari beberapa unsur, yaitu : a. Nature alam yaitu segala sesuatu yang berasal dari alam dimanfaatkan dan diusahakan di tempat objek wisata yang dapat dinikmati dan memberikan kepuasan bagi wisatawan, misalnya keindahan alam, flora dan fauna, pemandangan alam dan lain-lain. b. Culture kebudayaan yaitu segala sesuatu yang berupa daya tarik yang berasal dari seni dan kreasi manusia berupa kesenian tari-tarian, upacara adat, keagamaan dan lain-lain. c. Human manusia yaitu segala sesuatu yang merupakan aktivitas atau kegiatan manusia way of life yang khas, dan mempunyai daya tarik tersendiri yang dapat dijadikan objek wisata, misalnya Suku Dayak di Kalimantan dan Suku Asmat di Irian Jaya dengan gaya dan cara hidup yang masih unik. d. Man made ciptaan manusia yaitu segala sesuatu yang merupakan hasil karya manusia yang dapat dijadikan sebagai objek wisata, Universitas Sumatera Utara misalnya candi-candi, prasasti, monumen, kerajinan tangan dan lain- lain.

2.1.4 Industri Pariwisata

Industri Pariwisata adalah kumpulan bermacam-macam perusahaan secara bersama-sama menghasilkan barang-barang dan jasa goods and services yang dibutuhkan oleh wisatawan selama kegiatan wisatanya berlangsung. Industry pariwisata telah membuktikan diri sebagai sebuah alternative kegiatan ekonomi yang dapat diandalkan sebagai salah satu upaya dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Untuk mendapatkan kondisi yang ideal maka industry pariwisata dituntut untuk berkembang dengan baik dan menghasilkan produk yang unggul dan handal. Para ahli pariwisata memberikan batasan yang bervariasi tentang industry pariwisata, yaitu: 1. Kusudianto Hadiroto Pendit, 1994:37 “ Industri pariwisata adalah sesuatu organisasi baik pemerintah maupun swasta yang terkait dalam pengembangan produk suatu layanan untuk memenuhi kebutuhan orang-orang yang berpergian wisatawan. 2. W. Hunzieker dari Bern University Pendit, 1994:38 “Tourism enterprises are all bisiness which, by combining various means of production, provide goods and service of a specially tourist nature” 3. G. A. Schmol dalam bukunya Tourism Promotion Yoeti, 1985:143, “Tourism is highly the centralized industry consisting of enterprises different in size, location, function, type organization, range of service provide, and method use to market and sell them”. Beberapa ahli kepariwisataan lainnya memberikan pengertian yang bervariasi tentang industry pariwisata, tetapi ada satu kesamaan dalam pengertian yang mereka berikan, yaitu bahwa perusahaan barang dan jasa itu terdiri dari bermacam-macam perusahaan bahkan dikatakan berbeda, baik ukrannya, bentuk organisasinya, maupun lokasi dan tempat kedudukannya. Universitas Sumatera Utara Secara umum pengertian industri pariwisata adalah keseluruhan pelayanan yang diterima oleh wisatawan semenjak ia meninggalkan daerah asalnya, sampai di tempat tujuan, dan kembali ke daerah aslanya kembali. Beberapa perusahaan yang bergerak di bidang pariwisata sebagai berikut:

2.1.5 Peran Kebudayaan dalam Kepariwisataan

Kata budaya atau kebudayaan adalah kata yang sudah sangat sering digunakan atau didengar dalam berbagai kesempatan, tetapi makna yang diberikan pada kata tersebut tidak selalu jelas dan sama. Sebagian orang mendefinisikan kebudayaan sebagai segala sesuatu yang merupakan hasil cipta, rasa, dan karsa manusia; sebagian lagi menganggap kebudayaan sebagai adat istiadat dan segala sesuatu yang berkaitan dengan tradisi atau kebiasaan lama; sementara itu ada juga yang menganggap kebudayaan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan kesenian. Kata budaya dan kebudayaan pada dasarnya memiliki makna yang sama, yakni simbol-simbol yang digunakan oleh manusia untuk berkomunikasi dan beradaptasi dengan lingkungannya yang dipelajarinya dalam kehidupannya sebagai warga suatu masyarakat. Telah disadari bahwa praktik-praktik pariwisata, yang melihat kebudayaan juga alam, terutama sebagai sumber komoditi, ternyata membawa dampak yang tidak selalu positif. Dampak positif yang biasanya langsung dan segera dapat dirasakan adalah dalam segi keuntungan ekonomi, tetapi sesungguhnya keuntungan tersebut hanya merupakan keuntungan jangka pendek. Yang dirasakan kemudian adalah dampak buruknya, yaitu terhadap ekspresi dan eksistensi budaya yang dijadikan sumber komoditi itu. Pariwisata yang menekankan pendekatan ekonomi cenderung memberikan peranan utama pada pemerintah atau pemilik modal, dan tujuannya juga ditentukan dan terutama untuk kepentingan mereka. Peranan masyarakat sangat rendah sehingga mereka cenderung tampak patuh dan tidak punya inisiatif karena lebih ditempatkan sebagai obyek daripada sebagai subyek. Sebagai akibatnya, adat-istiadat, nilai-nilai, dan norma-norma menjadi semakin terkikis. Ritual-ritual suci menjadi semakin dangkal dan Universitas Sumatera Utara pertunjukan-pertunjukan seni semakin tidak berjiwa. Masyarakat menjadi apatis dan kesejahteraan mereka pun tidak mengalami perbaikan. Tumbuhnya model pariwisata budaya yang berkesinambungan atau sustainable cultural-tourism SCT tampak sebagai reaksi terhadap dampak negatif dari pariwisata yang terlalu menekankan tujuan ekonomi. Gagasan tentang SCT ini pada dasarnya bertujuan agar eksistensi kebudayaan yang ada selalu diupayakan untuk tetap lestari. Oleh karena itu, diasumsikan bahwa masyarakat pemilik adalah pihak yang seharusnya lebih berperan dalam pelestarian tersebut. Dengan model yang baru ini, peranan utama dikembalikan kepada masyarakat lokal dan lembaga-lembaga non-pemerintah yang memiliki perhatian terhadap kelestarian warisan budaya. Di luar mereka ini, pemerintah daerah juga ikut ambil bagian, khususnya menyangkut upaya pemanfaatan aset-aset pariwisata untuk meninkatkan pendapatan asli daerah. Dalam situasi transisi ini, muncul persoalan-persoalan yang berkaitan dengan klaim atas sumber-sumber pariwisata yang mempunyai potensi menguntungkan. Di daerah-daerah tertentu yang memiliki pengalaman dalam pengelolaan obyek wisata budaya yang melibatkan peranan masyarakat lokal di Bali misalnya, persoalan pemanfaatan obyek budaya untuk tujuan wisata dapat dikelola dengan cukup baik. Tetapi, di beberapa daerah lain di Jawa misalnya, pemanfaatan obyek budaya untuk tujuan wisata tampak menjadi arena konflik kepentingan. Usaha untuk melakukan rekonsiliasi telah dilakukan tetapi belum sepenuhnya memuaskan. Hal ini dapat dipahami sebagai akibat dari adanya perubahan sikap yang datang secara tiba-tiba, seperti adanya klaim dari masyarakat setempat terhadap sejumlah warisan budaya yang semula dikuasai sepenuhnya oleh negara, kemudian dianggap sebagai “warisan” milik mereka juga. Pihak pemerintah sendiri tampak belum siap untuk mengantisipasi tuntutan yang datang secara tiba-tiba dan tidak diduga sebelumnya. Kondisi demikian juga tidak semestinya terjadi, karena pembangunan kepariwisataan Indonesia sudah mengarah pada pembangunan berbasis masyarakat. Pembangunan pariwisata harus mampu memberikan Universitas Sumatera Utara kesejahteraan kepada masyarakat dengan memberikan kesempatan agar masyarakat mampu berperan serta secara aktif untuk mendapatkan manfaat yang sebesar-besarnya. Usaha pariwisata harus mengedepankan kepentingan masyarakat sehingga masyarakat dapat mengambil bagian dalam pengelolaan sumber daya dan obyek wisata atau DTW. Kepariwisataan yang berbasis masyarakat hendaknya terkait dengan usaha bisnis lokal, pembangunan masyarakat, serta pelestarian warisan alam dan budaya. Hal tersebut sudah sejalan dengan kode etik pariwisata dunia yang pada dasarnya memiliki keterkaitan dengan pengaturan pelestarian lingkungan hidup, pemberdayaan masyarakat setempat, perencanaan yang berorientasi pada perlindungan sumber daya alam dan budaya, hak asasi manusia, hak dan kewajiban para pelaku pariwisata, pelestarian warisan budaya, dan globalisasi. Memang belum semua masalah dapat diatasi, tetapi arah pariwisata Indonesia sudah jelas. Arah itu disebutkan dalam pernyataan misi tentang pengembangan kebudayaan dan pariwisata yang antara lain dirumuskan sebagai berikut: 1. Pemberdayaan dan peningkatan peran serta masyarakat dalam pengembangan kebudayaan dan pariwisata nasional. 2. Perlindungan kebudayaan sebagai upaya melestarikan warisan budaya bangsa. 3. Pengembangan produk pariwisata yang berwawasan lingkungan, bertumpu pada kebudayaan, peninggalan budaya dan pesona alam lokal yang bernilai tambah tinggi dan berdaya saing global.

2.1.6 Pengertian Seni Tari Melayu dan Kaitannya Dengan Pariwisata

Kesenian itu bermacam-macam, yaitu seni suara, seni musik, seni tari, seni ukir, dan lain-lain.Di dalam masyarakat Melayu seni tari sangat berperan penting, hampir pada setiap adat Melayu diiringi oleh tari.Sebagai contoh Universitas Sumatera Utara pada upacara perkawinan, tari persembahan digunakan untuk menyambut mepelai pria. Di dalam teater tradisional pun seperti Makyong tidak terlepas dari seni tari Melayu. Menurut T. Lukman Sinar 1976 : 16 seni tari Melayu sudah ada sejak munculnya Kerajaan di sebelah Timur Sumatera. Pengertian dari seni tari Melayu itu pun bermacam-macam, beberapa ahli berpendapat sebagai berikut : a. Menurut seorang ahli sejarah tarian dan musik Jerman bernama C. Sach Seni Tari Melayu, 2008 : 5 mengatakan bahwa seni tari itu mengandung segala gerakan tubuh badan yang mempunyai unsur-unsur keindahan. Seni ini dapat dilihat pada gerakan tangan, kaki, badan, mata, dan anggota tubuh yang lain. Seni tari juga merupakan gerakan yang berirama, yaitu pengucapan jiwa manusia melalui gerak-gerik berirama yang indah. Seni tari dalam masyarakat Melayu lebih mengutamakan kehancuran dan kelembutan gerakan. b. Seni tari menurut Drs. Muhammad Takari, M.Hum yaitu tari Melayu merupakan ekspresi aktivitas sosial budaya dan suatu fenomena universal yang berhubungan dengan tenaga, waktu, dan ruang. c. Seni tari Melayu di dalam karya klasik sastra Melayu yaitu sejarah Melayu dan Suala Tussalatin Seni Tari Melayu, 2008 : 19 mengatakan bahwa menari itu seperti berlayam, yaitu menari dengan melila-lilakan pedang, perisai, mengigil, yaitu menari dengan gaya menarik, selain itu, seni tari itu seperti menanduk dan joget. d. Menurut Lange di dalam bukunya The Nature of Dance mengatakan bahwa seni tari itu sebagai komponen budaya manusia memiliki fungsi khusus seperti nilai sosial, nilai ritual, pengobatan, dan rekreasional. Tari-tari upacara yang mempunyai kekuatan-kekuatan magis mempunyai bobot kualitas gerak yang lebih tinggi daripada tari yang bermakna rekrasional karena nilai spritual yang terkandung didalamnya. Fungsi tari dalam kehidupan masyarakat juga membawa akibat pada standar teknis dan kualitas gerak. Tari yang bermakna rekreasional dan berfungsi sebagai tari Universitas Sumatera Utara pergaulan biasanya dilakukan oleh siapa saja yang mau menari pergaulan biasanya dilakukan oleh siapa saja yang mau menari. Gerakannya sederhana dan ringan, Tidak terlalu sukar dan tanpa aturan yang rumit, sedangkan tata upacara yang bermakna ritual dan berkekuatan magis biasanya hanya bisa dilakukan oleh mereka yang sudah disiapkan oleh penari yang fisik dan jiwanya sudah terlatih. Tari-tari sejernis ini menuntut disiplin yang tinggi dan mempunyai aturan-aturan yang perlu dipelajari untuk diketahui dan dipahami, agar bisa berfungsi sebagai kekuatan spritual yang diharapkan mask. Dari beberapa definisi di atas terlihat jelas bahwa seni tari merupakan hasil karya manusia. Seni tari merupakan bagian dari kebudayaan, karena menurut Koenjaraningrat Varhan, 2003 : 15 definisi kebudayaan adalah “seluruh sistem gagasan rasa dan tindakan serta karya yang dihasilkan manusia dalam kehidupan bermasyarakat, yang dijadikan miliknya dengan belajar. Dari pengertian ini dapat disimpulkan bahwa kebudayaan adalah hasil karya manusia yang berupa benda maupun kesenian baik seni suara, musik, tari, dan seni-seni lainnya.Dengan demikian kebudayaan berhubungan dengan pariwisata. Seni tari sebagai bagian dari kebudayaan merupakan salah satu potensi terbesar dalam dunia pariwisata yang mendukung perkembangan kepariwisataan, karena sumber objek wisata tidak hanya terletak pada keindahan alam saja tetapi terletak pada kebudayaan, aktifitas manusia dan segala sesuatu hasil karya manusia yang dapat dijadikan objek wisata. Seni tari merupakan atraksi wisata yang banyak menarik perhatian wisatawan. Seni tari yang bermacam-macam yang berasal dari setiap daerah memiliki keindahan dan kunikan tersendiri yang merupakan nilai budaya yang harus diperhatikan, salah satu cara adalah melalui kegiatan pariwisata. Karena dengan kegiatan kepariwisataan kebudayaan yang dimiliki oleh suatu dapat diketahui dan dinikmati oleh wisatawan luar yang datang ke negara atau Universitas Sumatera Utara daerah tujuan wisata sebagai salah satu dorongan kebutuhan manusia untuk mengunjungi suatu daerah atau negara wisata yang dikunjungi. Untuk itu seni tari dapat dijadikan usaha pengembangan kepariwisataan yang diharapkan tidak memudarkan nilai-nilai budaya yang ada sehingga tetapi menjadi satu kesatuan yang utuh dan saling mendukung Universitas Sumatera Utara

BAB III GAMBARAN UMUM MASYARAKAT MELAYU