Analisis Data Pengamatan Deskriptif 1 Fenotipe Daun Tanaman Caladium bicolor

Jumlah Daun helai. Dihitung jumlah daun yang sepenuhnya sudah terbuka. Berat basah g . Dihitung pada akhir penelitian dengan cara menimbang tanaman segar dengan menggunakan neraca analitik. Berat Kering g. Dihitung pada akhir penelitian dengan cara mengeringkan tanaman yang telah diketahui berat basahnya dengan oven selama 2 x 24 jam kemudian ditimbang neraca analitik dan dilakukan sampai beratnya konstan.

3.8 Pengukuran Kadar Klorofil

Ekstraksi Daun Segar. Ekstraksi jaringan daun segar dilakukan dengan cara, 2,5 mg daun segar digerus dengan mortar sampai halus, kemudian ditambahkan aseton 80 sebanyak 25 ml sampai semua warna terlepas dari jaringan. Ekstrak lalu disaring dengan kertas saring. Pengukuran Kadar Klorofil dengan Metode Spektrofotometer. Pengukuran kandungan klorofil a dan b dilakukan dengan menggunakan Spektrofotometer. Ekstrak daun dimasukkan ke dalam kuvet dan di ukur adsorbansinya pada panjang gelombang 663 dan 645 nm Harbone, 1974. Penghitungan kadar klorofilnya dilakukan berdasarkan Hendry dan Grime 1993 dalam Anggarwulan dan Solichatun 2007 adalah sebagai berikut: Klorofil- a µg g daun : 12,7 x A663 – 2,69 x A645 x 10 -1 Klorofil-b µg g daun : 22,9 x A645 – 4, 68 x A663 x 10 -1 Klorofil total µg daun : 20, 2 x A645 + 8,02 x A645 x 10 -1 Dimana A 663 dan A645 merupakan serapan pada panjang gelombang 663 dan 645 nm, g adalah berat daun yang digunakan, sedangkan mL adalah jumlah aseton yang dipakai.

3.9 Analisis Data

Data mengenai perubahan fenotipe dibandingkan secara deskriptif. Sedangkan data mengenai pertumbuhan morfologi yang didapat dari masing-masing parameter dianalisis dengan ANOVA Analisis of Variance. Jika terdapat perbedaan yang nyata dilanjutkan dengan Duncan New Multiple Range Test DNMRT. Universitas Sumatera Utara BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Pengamatan Deskriptif

Dari penelitian yang telah dilakukan didapat beberapa perubahan fenotipe dari daun Caladium sewaktu tanaman tersebut masih anakan.

4.1. 1 Fenotipe Daun Tanaman Caladium bicolor

Data mengenai persentase tanaman Caladium yang abnormal dapat dilihat pada Lampiran A. hal. 39. Dari lampiran tersebut diketahui bahwa terdapat sekitar 16,67 tanaman yang abnormal. Berdasarkan data tersebut diketahui bahwa hanya sedikit tanaman yang mengalami perubahan morfologi, baik dari segi bentuk dan juga warna daunnya, meskipun penelitian ini telah dilakukan sebanyak empat kali yaitu penelitian pertama dengan menggunakan energi lampu UV sebesar 0, 10, 20 dan 30 Watt, dengan lama waktu penyinaran 1, 2 dan 3 menit untuk masing-masing perlakuan. Penelitian kedua dengan menggunakan energi lampu UV sebesar 0, 20, 40 dan 60 Watt, dengan lama waktu penyinaran 4, 6, 8 dan 10 menit, penelitian ketiga dengan menggunakan energi lampu UV sebesar 30, 40, 50 dan 60 Watt dengan lama waktu penyinaran 30, 60 dan 90 menit. Dimana sangat sedikit sekali didapat tanaman yang mengalami perubahan morfologi dan fenotipe. Dengan ini diketahui juga bahwa mutasi dengan induksi sinar UV tidak terlalu berpengaruh terhadap perubahan morfologi tanaman Caladium. Gambar perbandingan fenotipe daun tanaman Caladium yang tanpa penyinaran kontrol dan tanaman mutan setelah 14 hari penyinaran ditampilkan pada Gambar 4.1. Berdasarkan Gambar 4.1.1a, di bawah diketahui bahwa fenotipe tanaman yang normal adalah warna daun didominasi hijau dengan bintik-bintik putih, pangkal dan tulang daun yang berwarna merah, serta ujung Universitas Sumatera Utara daun yang lancip sedangkan tanaman yang dikategorikan mutan adalah tanaman yang memiliki ciri-ciri yang berbeda dengan tanaman kontrol tersebut. Adapun ciri tanaman berdasarkan Gambar 4.1.1b-e adalah: daun menjadi kerdil, tidak terdapat bintik putih, dan daun agak tebal Gambar 4.1.1b, terdapat lipatan lipatan pada permukaan daun Gambar 4.1.1c, daun berwarna hijau polos, permukaan daun mengkilap, bentuk daun membulat dan ujung daun tidak lancip Gambar 4.1.1d, daun berwarna hijau polos dan bentuk daun tidak simetris Gambar 4.1.1e. a. Caladium tanpa perlakuan normal W0T1 b. Caladium penyinaran 60 Watt c. Caladium penyinaran 60 Watt selama 1 jam W3T1 selama 1 jam W3T1 d. Caladium penyinaran 60 Watt e. Caladium penyinaran 60 Watt selama 3 jam W3T3 selama 3 jam W3T4 Gambar 4.1.1 Perbandingan fenotipe daun Caladium umur 14 hari normal a, dengan mutan penyinaran dengan UV 60 Watt 1 jam b dan c, 3 jam d dan 4 jam Universitas Sumatera Utara Adapun gambar perubahan fenotipe pada daun tanaman Caladium setelah 21 hari penyinaran ditampilkan pada Gambar 4.1.2 berikut ini. a. Caladium tanpa perlakuan normal W0T1 b Caladium penyinaran 40 Watt c Caladium penyinaran 40 Watt selama 1 Jam W1T1 selama 2 jam W1T2 d Caladium penyinaran 40 Watt e Caladium penyinaran 40 Watt selama 3 jam W1T3 selama 3 jam W1T3 Gambar 4.1.2 Perbandingan fenotipe daun Caladium umur 21 hari normal a, dengan mutan penyinaran dengan UV 40 Watt 1 jam b 2 jam c, 3 jam d dan e. Dari Gambar 4.1.2 b–e diatas diketahui bahwa ciri-ciri tanaman mutan yang abnormal pada perlakuan dengan besar energi lampu UV 40 Watt dan dengan lamanya Universitas Sumatera Utara waktu penyinaran yang berbeda antara lain adalah: bentuk daun melengkung dan ujung daun yang tidak acutus serta terjadi pengerasan pada tulang daun Gambar 4.1.2b, tidak adanya bintik putih, permukaan daun mengkilap, bentuk daun yang tidak simetris dan daun berwarna hijau muda Gambar 4.1.2c, daun menggulung ke bawah dan bintik putih yang sangat kecil serta permukaan daun yang mengkilap Gambar 4.1.2d, ujung daun tidak acutus, daun agak keriting dan warnanya hijau pucat Gambar 4.1.2e. Untuk lebih jelasnya mengenai perbedaan antara fenotipe Caladium normal dan Caladium yang mutan disajikan dalam Tabel 4.1 berikut ini. Tabel 4.1 Perbandingan Fenotipe Caladium normal dengan yang mutan Universitas Sumatera Utara i No Perbedaan fenotipe Caladium normal dengan yang mutan Caladium normal Caladium mutan 1 2 3 4 Warna daun didominasi hijau dengan bintik-bintik putih Pangkal dan tulang daun berwarna merah Bentuk daun seperti hati dan simetris Ujung acutus Permukaan daun tidak terlalu mengkilap Warna daun hijau polos, tidak ada bintik putih atau sangat sedikit Pangkal dan tulang daun hijau atau hanya sedikit berwarna merah Bentuk daun bulat, tidak simetris Ujung daun non acutus, permukaan daun mengkilap Berdasarkan Tabel 4.1 telah diketahui perbedaan dari fenotip Caladium normal dengan yang mutan, dimana setiap perlakuan menghasilkan penampakan morfologi yang berbeda. Irawan 2008, menyatakan bahwa mutasi morfologi adalah mutasi yang mudah diamati karena terjadinya pada susunan kimia DNA-nya yang mengakibatkan perubahan pada karakter fisik seperti: mutasi pada gen yang mengkode SBEI sehingga biji ercis Pisum sativum dapat menjadi keriput. Dari semua perlakuan yang telah dilakukan diketahui bahwa perlakuan dengan penggunaan energi lampu UV sebesar 50 Watt tidak didapati tanaman yang dapat diamati kelainan morfologinya. Demikian juga dengan perlakuan dengan besar energi lampu UV 40 dan 60 Watt, tidak semua perlakuan menghasilkan tanaman yang abnormal yang dapat diamati perubahan morfologinya. Hal ini mungkin disebabkan oleh kemampuan tanaman dalam memperbaiki kerusakan yang ditimbulkan oleh radiasi UV, dimana biasanya dosis dari radiasi juga berpengaruh terhadap kerusakan yang ditimbulkan. Menurut Alatas 2006, menyatakan bahwa pada saat yang bersamaan, tidak ada dosis yang berbahaya secara homogen. Bahkan pada dosis yang relatif tinggi tidak semua organisme akan mengalami tingkat kerusakan yang sama karena adanya perbedaan tingkat kemampuan dan ketepatan mekanisme perbaikan terhadap kerusakan yang timbul akibat radiasi. Sedangkan Irawan 2008, menyatakan bahwa sinar ultraviolet merupakan salah satu agen yang dapat menyebabkan perubahan pada bahan genetik yaitu peristiwa mutasi. Proses mutasi karena sinar ini melibatkan dua faktor yaitu kisaran spektrum UV yang dapat menyebabkan mutasi dan spektrum yang dapat diabsorpsi oleh bahan genetik. Panjang gelombang yang dapat menyebabkan mutasi sesuai dengan panjang gelombang yang dapat diserap oleh asam nukleat. Universitas Sumatera Utara ii Sering kali mutasi tidak sampai menyebabkan perubahan morfologi, melainkan hanya berakibat pada perubahan metabolisme atau biokimia, bila mutasi ini menyangkut metabolisme nutrisi biasanya disebut mutasi nutrisional. Walaupun akibat mutasi ini sering tidak tampak secara morfologi, mutasi biokimia juga dapat berakibat fatal. Warna daun tanaman anakan yang abnormal tidak berlangsung lama karena setelah dewasa warna tanaman tersebut kembali lagi ke warna yang normal, namun bentuk daunnya tetap hal ini mungkin disebabkan oleh kemampuan tanaman Caladium untuk memperbaiki kerusakan yang ditimbulkan oleh sinar ultraviolet, selain itu dapat juga disebabkan karena sel yang dimutasi adalah sel somatis tunas tanaman Caladium bukan sel gamet biji, sehingga mutasi yang terjadi tidak permanen dan juga tidak diwariskan pada keturunannya. Irawan 2008, menyatakan bahwa mutasi yang terjadi di jaringan somatik disebut mutasi somatik, dan yang terjadi di jaringan gametik disebut mutasi gametik. Karena itu mutasi somatik tidak dapat diwariskan ke keturunannya, sedang mutasi gametik akan diwariskan. Mutasi somatik yang menghasilkan alel resesif jarang menimbulkan akibat yang nampak nyata pada individu sebab ekspresinya tertutup oleh alel normal yang dominan, atau terjadi di kromosom X. Mutasi somatik akan memiliki dampak lebih nyata bila terjadi pada awal perkembangan embrio, ketika sel belum mengalami diferensiasi. Bila terjadi pada masa awal ini maka berarti banyak jaringan yang akan memiliki sel mutan, dan kemungkinan diwariskan bila ada sel mutan, dan kemungkinan diwariskan bila ada sel mutan yang menjadi sel gametik. Mutasi somatik yang terjadi pada individu dewasa biasanya juga tidak tampak sebab tertutupi oleh ratusan sel normal.

4.2. Pengamatan morfologi