x
Menurut Afza 2004 bahwa sinar ultraviolet menurunkan jumlah tunas, panjang tunas, berat basah planlet dan kadar klorofil tanaman anyelir yang dikultur
secara invitro. Ackerman 1988, menyatakan bahwa sinar UV merupakan sinar non- ionisasi, tidak memiliki cukup energi untuk induksi ionisasi, walaupun demikian sinar
UV sangat baik digunakan sebagai mutagen dan sel. Jadi penyinaran UV ini merupakan rangsangan yang penting yang dapat merusak sel.
4.3 Kandungan Klorofil
Panjang gelombang yang digunakan untuk mengukur absorbansi ekstrak daun Caladium adalah 663 dan 645 nm. Harborne dan Dey 1990 menyatakan bahwa,
absorbsi yang terbesar pada klorofil-a diperoleh antara panjang gelombang 390 nm– 400 nm dan 650 nm-700 nm, sedangkan klorofil-b mempunyai absorbsi terbesar pada
panjang gelombang antara 400 nm-450 nm dan 620 nm-670 nm. Tjitrosomo 1985, menyatakan bahwa perbandingan kadar klorofil a dan klorofil b dalam suatu
tumbuhan tinggi adalah 3 : 1. Pada tanaman tingkat tinggi ada 2 macam klorofil yaitu klorofil-a C55H72O5N4Mg yang berwarna hijau tua dan klorofil-b
C55H70O6N4Mg yang berwarna hijau muda. Kandungan klorofil pada daun juga sangat dipengaruhi oleh usia daun, dimana daun tua akan mengandung klorofil jauh
lebih banyak dibanding dengan daun yang masih muda.
Berdasarkan pengukuran yang dilakukan terhadap kadar klorofil daun tanaman Caladium akibat penyinaran lampu UV dan lamanya waktu penyinaran
adalah tidak berpengaruh, hal ini sesuai juga dengan daftar sidik ragam menunjukkan bahwa interaksi antara energi lampu dan lamanya penyinaran terhadap klorofil-a
adalah berbeda sedangkan pada klorofil-b adalah tidak berbeda nyata Lampiran M dan N, hal. 48-50. Berikut disajikan Tabel 4.3 pengaruh kadar klorofil tanaman
Caladium terhadap lamanya penyinaran dan besarnya Watt lampu Uv yang digunakan:
Universitas Sumatera Utara
xi
Tabel 4.3 Pengaruh Kadar Klorofil Tanaman Caladium Terhadap Penyinaran
Perlakuan Rataan Kandungan Klorofil µgg daun
Klorofil-a Klorofil-b
Klorofil Total
W0T1 17.87abAB
5.09 abc 23.07 ab
W0T2 17.06 abAB
4.79 abc 21.84 ab
W0T3 15.54 abAB
5.26 abc 20.79 ab
W0T4 17.21 abAB
6.03 abc 23.33 ab
W1T1 20.82 abAB
6.82 a 27.63 a
W1T2 16.19 abAB
6.64 a 22.82 a
W1T3 18.61 abAB
6.73 a 25.33 a
W1T4 19.80 abAB
7.21 a 27.06 a
W2T1 16.56 aA
6.03 ab 22.59 ab
W2T2 21.35 aA
6.10 ab 26.76 ab
W2T3 16.08 aA
5.18 ab 21.25 ab
W2T4 22.66 aA
8.73 ab 31.23 ab
W3T1 15.62 bc
5.06 abc 20.66 ab
W3T2 15.42 bc
5.42 abc 20.83 ab
W3T3 20.87 bc
6.39 abc 27.25 ab
W3T4 23.42 bc
7.36 abc 30.78 ab
Ket: Angka-angka yang diikuti pada kolom yang sama menyatakan perbedaan nyata pada P.0,05 menurut uji Duncan
Hubungan kandungan klorofil-a dan klorofil-b daun Caladium terhadap energi lampu dan waktu penyinaran dapat dilihat pada Gambar 4.3.1a dan Gambar
4.3.1b berikut ini:
0.00 5.00
10.00 15.00
20.00 25.00
30.00
0 Watt 40 Watt
50 Watt 60 Watt
Perlakuan
K ada
r kl orofi
l-a µ
g g
1 jam 2 jam
3 jam 4 jam
Gambar 4.3.1a Hubungan kadar klorofil-a, terhadap energi lampu UV dan waktu penyinaran
Universitas Sumatera Utara
xii
0.00 2.00
4.00 6.00
8.00 10.00
0 Watt 40 Watt
50 Watt 60 Watt
Perlakuan
K ada
r K lorofi
l-b µ g
g
1 jam 2 jam
3 jam 4 jam
Gambar 4.3.1a Hubungan klorofil-b terhadap energi lampu UV dan waktu penyinaran
Berdasarkan Gambar 4.3.1a dan Gambar 4.3.1b diketahui bahwa penyinaran dengan waktu 1, 2 dan 3 jam cenderung menurunkan kadar klorofil-a dan kadar
klorofil–b seiring dengan peningkatan Watt lampu UV yang digunakan walaupun kadar klorofil-a dan klorofil-b lebih tinggi dibandingkan dengan kadar klorofil
tanaman kontrol. Sedangkan penyinaran dengan waktu 4 jam cenderung meningkatkan kadar klorofil-a dan klorofil-b seiring dengan meningkatnya ener
Watt lampu UV yang digunakan. Kandungan klorofil dari daun Caladium tiap perlakuan juga berbeda, perbedaan kandungan klorofil kemungkinan berhubungan
dengan faktor genetik.
Menurut Balsubramanian et al., 2000 dalam Rahayu dan Limnantara 2005 bahwa warna hijau daun sangat berkorelasi dengan kandungan klorofil. Pada
umumnya semakin hijau warna daun akan semakin tinggi kandungan klorofilnya. Selanjutnya perbedaan kandungan klorofil setiap tanaman dipengaruhi oleh adanya
perbedaan massa jenis tanaman, varietas, status nutrisi, musim serta stress biotik dan abiotik.
Seharusnya berdasarkan pada beberapa laporan penelitian yang telah dilakukan diketahui bahwa sinar UV berpengaruh pada kandungan klorofil daun
tanaman yaitu biasanya menyebabkan berkurangnya jumlah klorofil. Hal ini
Universitas Sumatera Utara
xiii
berbanding terbalik dengan penelitian ini karena justru tanaman yang diberi perlakuan dengan UV yang memiliki kadar klorofil yang lebih tinggi. Keadaan ini mungkin
disebabkan juga oleh beberapa faktor lain seperti kandungan hara tanah, dan banyaknya cahaya matahari yang diterima oleh tanaman serta naungan, karena selama
penelitian berlangsung tanaman tidak dibiarkan terpapar langsung dibawah sinar matahari.
Beberapa tanaman juga lebih baik dalam melindungi dirinya dari sinar UV dibandingkan yang lain, dengan cara mengembangkan pigmen-pigmen yang akan
mengabsorbsi beberapa sinar, membuat daunnya lebih tebal atau perbaikan kerusakan yang diinduksi oleh UV bagi jaringan dan DNA http:www3.interscience.wiley.c
omjournal118565038abstract?CRETRY=1SRETRY=0, 2006, diakses 4 Desember 2009. Sedangkan Widido et al., 2007, melaporkan bahwa terdapat kecenderungan
paparan UV-C meningkatkan tebal daun dengan semakin bertambahnya lama waktu paparan radiasi terhadap tanaman Gynura procumbens dimana peningkatan lama
waktu ekspose UV-C dan UV-A cenderung menurunkan ratio klorofil b.
Sedangkan Djukri 2003, menyatakan bahwa pada kondisi kekurangan cahaya, tanaman berupaya untuk mempertahankan agar fotosintesis tetap berlangsung
dalam kondisi intensitas cahaya rendah, selain itu kemampuan tanaman untuk beradaptasi terhadap lingkungan ditentukan oleh sifat genetik tanaman. Secara
genetik, tanaman yang toleran terhadap naungan mempunyai kemampuan adaptasi yang tinggi terhadap perubahan lingkungan. Sedangkan Harahap 1994 menyatakan
bahwa perubahan fisik yang diikuti perubahan kimia merupakan petunjuk adanya efek biologis dari radiasi ultraviolet yang dapat menggangu keseimbangan biologis yang
sangat sensitif terhadap radiasi, sehingga menyebabkan perubahan fisiologis dan morfologi. Selain dipengaruhi oleh faktor-faktor internal, klorofil dapat juga
dipengaruhi oleh faktor lain seperti intensitas cahaya, naungan, morfologi seperti luas permukaan daun.
Menurut Marjenah 2001, faktor naungan juga memberikan efek nyata terhadap kandungan klorofil pada jenis yang sama. Tanaman yang tumbuh di tempat
ternaung umumnya memiliki kandungan klorofil lebih besar dan luas daun lebih besar
Universitas Sumatera Utara
xiv
sedangkan tanaman di tempat terbuka atau tempat tidak ternaung, kandungan klorofilnya lebih kecil dan luas daunnya lebih sempit tetapi lebih tebal. Daun
ternaungi mengandung lebih banyak klorofil agar tetap dapat menyerap cahaya lebih efektif. Hal ini juga sesuai dengan yang dinyatakan oleh Anggarwulan et al.,2008,
yang menyatakan bahwa intensitas cahaya yang tinggi akan menghambat biosintesis klorofil, khususnya pada biosintesis 5-aminolevulinat sebagai prekursor klorofil.
Dengan semakin tinggi tingkat naungan yang diberikan, tanaman akan melakukan adaptasi dengan meningkatkan efisiensi penangkapan cahaya tiap unit area
fotosintetik. Adaptasi yang dilakukan tanaman adalah dengan meningkatkan jumlah klorofil per unit luas daun. Semakin meningkatnya laju fotosintesis maka semakin
banyak karbohidrat yang terbentuk. Karbohidrat dalam bentuk gula digunakan untuk sintesis klorofil. Karbohidrat yang tersedia dalam jumlah banyak akan meningkatkan
sintesis klorofil sehingga kadar klorofil lebih tinggi pada daun yang ternaungi.
Universitas Sumatera Utara
xv
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan