Teori Psikologi Terhadap Karakter Kejiwaan Individu

BAB II TINJAUAN PERILAKU SEKSUAL MENYIMPANG

DALAM SUDUT PANDANG PSIKOLOGI KRIMINAL

A. Teori Psikologi Terhadap Karakter Kejiwaan Individu

Sebagaimana ilmu-ilmu yang lain, psikologi bertujuan untuk mengerti suatu gejala atau fenomena. Untuk itu, psikologi memerlukan teori. Dalam menyusun teori diperlukan data atau fakta dari pengalaman, namun tidak semua data dapat digunakan untuk penyusunan teori, melainkan hanya data yang memenuhi syarat yang diperoleh dari suatu eksperimen atau dengan kata lain dari suatu pengamatan dalam suatu situasi dimana faktor-faktor yang berpengaruh dikendalikan oleh peneliti. Definisi dari teori itu sendiri adalah, serangkaian hipotesis atau proposisi yang saling berhubungan tentang suatu gejala atau sejumlah gejala. 34 Definisi ini menggambarkan tentang apa yang dimaksud dengan teori. Dalam ilmu psikologi dikenal adanya dua bagian besar teori mengenai kejiwaan yaitu : 35 a. Teori Molar, yaitu teori tentang individu sebagai keseluruhan, misalnya teori tentang tingkah laku individu dalam proses kelompok; b. Teori Molekular, yaitu teori tentang fungsi-fungsi syaraf dalam tubuh suatu organisme. Berkaitan dengan dua aliran besar teori dalam ilmu psikologi tersebut, memerlukan penderivasian teori oleh karena itu para sarjana psikologi menyusun 34 Sarlito Wirawan Sarwono, Log.Cit, hlm. 5 35 Sarlito Wirawan Sarwono, Ibid, hlm. 7 Universitas Sumatera Utara berbagai teori pendukung dengan objek kajian kejiwaan individu, yaitu sebagai berikut : 36 a. Stimulus Response Theory; Teori ini mendasarkan pada pernyataan bahwa tingkah laku manusia berkembang berdasarkan rangsang dan tingkah laku balas yaitu konsep-konsep dasar untuk menerangkan gejala tingkah laku yang dapat diukur dan didefinisikan secara nyata b. Teori Belajar Sosial dan Tiruan; Menurut teori ini perkembangan kondisi jiwa individu dipengaruhi oleh empat prinsip dalam belajar yaitu, dorongan drive, isyarat cue, tingkah laku balas response, dan ganjaran reward, yang mana saling memiliki hubungan kausalitas c. Teori Proses Pengganti; Menyatakan bahwa tingkah laku manusia yang bersifat tiruan merupakan suatu bentuk asosiasi suatu rangsang dengan rangsang lainnya, yang memperkuat tingkah laku balas tetapi bukan syarat yang penting dalam proses belajar individu, sehingga dikategorikan sebagai proses pengganti. Berdasarkan teori-teori diatas maka dapat dipahami bahwa perkembangan jiwa individu dipengaruhi oleh faktor interaksi belajar secara sosial dari lingkungan sekitarnya dimana efek internal individu memiliki kecenderungan untuk mengalami perubahan. 36 Daryl Beum, Reinforcement Theory of Psychology, Jakarta : Prima Cipta Jaya, 1998, hlm. 20 Universitas Sumatera Utara Selanjutnya beberapa proses psikologi diterangkan oleh beberapa teori- teori yang mendasari tahapan perkembangan kejiwaan individu dalam suatu kelompok masyarakat, sebagai berikut : 37 a. Teori Kognitif, umumnya menyatakan bahwa perkembangan jiwa individu dipengaruhi oleh persepsi yang merupakan refresentasi fenomenal tentang objek distal sebagai hasil pengorganisasian objek distal itu sendiri; b. Teori Disonansi Kognitif, menyatkan bahwa dalam perkembangan jiwa individu dimungkinkan terjadi hubungan yang tidak koheren yang menimbulkan kejanggalan yang mendorong perubahan tingkah laku individu. Dalam perkembangan kondisi kejiwaan manusia melalui dua proses belajar, yaitu proses belajar secara fisik dan belajar secara psikis, dimana seseorang mempelajari perannya dan peran orang lain dalam kontak sosial. Selanjutnya, individu tersebut akan menyesuaikan tingkah lakunya sesuai dengan peran sosial yang dipelajarinya itu. Perkembangan kejiwaan individu erat dengan adanya proses tingkah laku tiruan imitation melaui tiga mekanisme yaitu : 38 a. Tingkah laku sama Terjadi apabila dua orang bertingkah laku balas sama terhadap isyarat yang sama sehingga tidak ditemukan suatu faktor pembeda yang menjadi ciri khas di antara keduanya; b. Tingkah laku tergantung 37 Daryl Beum, Ibid, hlm. 27 38 Sarlito Wirawan Sarwono, Op.Cit, hlm. 25 Universitas Sumatera Utara Tingkah laku tergantung timbul dalam hubungan antara dua pihak diamana salah satu pihak memilki kelebihan dari pihak yang satu c. Tingkah laku salinan Tingkah laku salinan dipengaruhi oleh ganjaran dan hukuman terhadap kuat atau lemahnya tingkah laku tiruan Dalam proses peniruan tingkah laku terdapat hubungan timbal balik antara satu pihak yang berfungsi sebagai superior atau yang menjadi model percontohan dan satu pihak sebagai inferior yang melakukan proses imitasi. Menurut Erik Erikson di dalam bukunya childhood and society, menjelaskan tahapan perkembangan karakter kejiwaan setiap individu berdasarkan prinsip epigenetik yang menyatakan bahwa kepribadian kita berkembang melalui delapan tahap. Satu tahap ditentukan oleh keberhasilan atau ketidakberhasilan tahap sebelumnya. Setiap tahapan memiliki tugas-tugas perkembangan sendiri-sendiri yang pada hakikatnya bersifat psikososial, yang berpengaruh terhadap individu dan masyarakat. 39 Selanjutnya mengenai fase-fase perkembangan jiwa manusia oleh Alfred Adler dengan memperluas pendapat Erik Erikson dibagi kedalam delapan tahapan yaitu: 40 a. Tahap pertama oral sensory stage, terjadi pada usia nol sampai dengan satu tahun. Tugas yang harus dijalani pada tahap ini adalah mengembangkan kepercayaan tanpa harus menekan kemampuan untuk tidak dipercaya; 39 George Boeroee, Log.Cit, hlm. 74 40 George Boeree, Ibid, hlm. 78 Universitas Sumatera Utara b. Tahap kedua anal muscular stage, masa balita yang berlangsung mulai dari usia delapan belas bulan sampai usia tiga atau empat tahun, tugas yang harus diselesaikan pada tahap ini adalah kemandirian sekaligus memperkecil perasaan malu dan ragu-ragu; c. Tahap ketiga genital locomotor stage, disebut juga tahap bermain, berlangsung antara usia tiga sampai dengan enam tahun, pada tahap ini seorang individu belajar mempunyai gagasan tanpa banyak melakukan kesalahan; d. Tahap keempat latency stage, yang terjadi pada usia sekolah dasar antara umur enam sampai dengan dua belas tahun, kondisi jiwa pada masa ini adalah individu berusaha mengembangkan kemampuan kerja keras dan menghindari perasaan rendah diri; e. Tahap kelima teenagers stage, yang dimulai pada saat masa puber dan berakhir pada usia delapan belas tahun, kondisi jiwa individu pada tahap ini adalah adanya pencapaian identitas pribadi ego identity dan menghindari peran ganda role confusion; f. Tahap keenam young adulthood, yaitu usia antara delapan belas sampai tiga puluh tahun. Usia di tahap dewasa ini lebih cair dibandingkan tahap kanak-kanak, dan setiap orang berbeda satu sama lain. Kondisi kejiwaan pada tahap ini adalah adanya kedekatan dengan orang lain intimacy; g. Tahap ketujuh middle adulthood, dalam tahap ini tercakup periode dimana individu terlibat langsung dengan kehadiran anak-anak. Universitas Sumatera Utara Kondisi jiwa dalam tahap ini adalah adanya pemikiran mengabdikan diri untuk keseimbangan antara sifat melahirkan sesuatu generativity dengan tidak berbuat apa-apa stagnation; h. Tahap kedelapan late adulthood, berkisar pada usia diatas enam puluh tahun, kondisi pada tahap terakhir ini adalah adanya integritas ego dan berupaya menghilangkan putus asa dan kekecewaan; Setiap tahapan harus dilalui sebagaimana mestinya guna memperoleh daya tahan psikososial dalam kehidupan interaksi sosial didalam masyarakat guna menghindari keterhambatan perkembangan jiwa malignansi yang bersifat negatif. Menurut psikologi perkembangan, bahwa selama masa kehidupan manusia mengalami tiga kali gelombang masa kehidupan, yaitu : 41 a. Masa Progresif Adalah masa pertumbuhan dan perkembangan yang sebenarnya baik fisik maupun phisikis. Secara fisik maksudnya adalah sejak kelahiran manusia hingga menjadi manusia yang beranjak dewasa. Begitu juga psikisnya atau hidup kejiwaanya berkembang dari fungsi yang paling sederhana mengarah ke fungsi yang paling kompleks yang menggambarkan tingkat kematangan individu; b. Masa stabil Disebut sebagai masa stabil adalah karena pada masa ini tidak terdapat perubahan-perubahan yang besar baik secara fisik maupun phsikis, 41 Chainur Arrasjid, Log.Cit, hlm. 14 Universitas Sumatera Utara oleh karena masa ini merupakan masa pengukuhan fungsi-fungsi yang sudah dimilikinya pada masa sebelumnya; c. Masa Regresif Merupakan masa dimana individu mengalami kemunduran baik berupa fisik maupun phsikis; Berdasarkan penjelasan teori psikologi perkembangan tersebut, dapat dilihat pola- pola psikodinamika yang memiliki ciri atau karakteristik yang berbeda antara satu dengan lainnya oleh karena tingkat perkembangan kehidupan manusia yang senantiasa berkembang setiap saat dalam mencapai kematangan sosial. Proses perkembangan kepribadian dan kejiwaan dari diri seorang individu merupakan salah satu syarat mutlak untuk menunjukkan eksistensinya dalam masyarakat, sebagaimana makhluk sosial baik secara internal maupun secara eksternal.

B. Teori Psikologi Kriminal Terhadap Kejahatan

Dokumen yang terkait

Tinjauan Yuridi Tindak Pidana Kekerasan Terhadap Anak Yang Menyebabkan Kematian (Studi Kasus Putusan Pengadilan Negeri Simalungun No.791/Pid.B/2011/PN.SIM)

5 130 108

Analisis Putusan Pengadilan Terkait Penerapan Pidana Bersyarat Terhadap Anak Sebagai Pelaku Tindak Pidana Pembunuhan (Studi Kasus Putusan Nomor 227/Pid.Sus/2013/Pn.Bi)

0 64 103

Sanksi Pidana Terhadap Pelaku Tindak Pidana Perdagangan Orang (Studi Beberapa Putusan Pengadilan Negeri di Indonesia)

1 74 133

Tinjauan Kriminologi Dan Hukum Pidana Tentang Tindak Pidana Penganiayaan Yang Dilakukan Terhadap Anak Kandungnya (Studi Putusan Pengadilan Negeri Tulungagung Nomor : 179/Pid.Sus/2012/PN.Ta)

5 134 138

Tinjauan Psikologi Kriminal Penyimpangan Perilaku Seksual Terhadap Tindak Pidana Mutilasi (Studi Kasus Putusan Pengadilan Negeri Depok Nomor 1036/PID.B/2009/PN.DEPOK)

18 111 171

Analisis Terhadap Putusan Hakim Dalam Tindak Pidana Penyalahgunaan Narkoba (Studi Terhadap Putusan Pengadilan Negeri Medan)

3 130 140

Penegakan Hukum Terhadap Oknum Polri Sebagai Pelaku Tindak Pidana Narkotika (Studi Putusan Pengadilan Negeri Medan Nomor 479/Pid.B/2011/Pn.Mdn)

1 50 102

Analisis Putusan Pengadilan Terkait Penerapan Pidana Bersyarat Terhadap Anak Sebagai Pelaku Tindak Pidana Pembunuhan (Studi Kasus Putusan Nomor 227/Pid.Sus/2013/Pn.Bi)

3 82 103

Analisis Putusan Pengadilan Terkait Penerapan Pidana Bersyarat Terhadap Anak Sebagai Pelaku Tindak Pidana Pembunuhan (Studi Kasus Putusan Nomor 227/Pid.Sus/2013/Pn.Bi)

0 0 9

Tinjauan Kriminologi Terhadap Tindak Pidana Penganiayaan Yang Dilakukan Oleh Anak (Studi Kasus Di Pengadilan Negeri Medan)

0 11 90